Bab 13 : Salah

1123 Words
Setelah pertemuan nya dengan Sule yang berakhir penganiayaan seperti biasanya, Nadia sampai di rumah yang terlihat sangat sepi, ia bahkan tidak menemukan motor milik Paramex yang biasanya jam segini sudah sampai di rumah. Ke mana semua orang pergi? Kenapa ia mendadak horor dengan rumah nya ini. "Mak... Babe... Paramex, Kelen di mana?" Teriak Nadia memutari seluruh ruangan di rumah mencari keberadaan anggota keluarganya yang lenyap bak ditelan bumi. "Woy, pada ke mana sih? Ini rumah juga kok mendadak jadi horor begini." BRAK! Nadia langsung terlonjak kaget melihat wadah tempat buah yang jatuh dari atas meja dan mengakibatkan buah yang bercecer di lantai. Nadia menatap ruang makan yang membuat buku kuduknya berdiri tegak. "Kok makin horor gini sih, heh lu hantu gila, jangan buat gue jantungan dong. Ya kali belum ngerasain malam pertama udah koid duluan. Kan gak lucu kalau gue bantu gentayangan terus nakuti elu nya." Melihat keadaan yang semakin tidak mengenakan, Nadia berlari keluar rumah dengan terburu-buru, bahkan sampai membuat vas bunga yang berada di pojok ruang tengah jatuh lantaran ke tendang. Suasana yang tiba-tiba mendung membuat ia ingin menangis saja rasanya. Di rumah sendirian adalah hal yang paling menakutkan bagi dirinya, sebab ia memiliki trauma dengan kondisi yang sama seperti ini, waktu ia berumur 11 tahun, saat itu kedua orang tuanya sedang ada acara di sekolah Paramex, ia yang tidak ingin ikut alhasil tinggal sendirian di rumah, sampai ketika hujan tiba-tiba datang, Nadia yang tengah berada di dalam kamarnya diganggu oleh makhluk halus dan menyebabkan dirinya sakit selama dua Minggu. Dan kejadian itu membawa dampak trauma bagi dirinya sendiri, ia selalu ketakutan setiap ditinggal sendiri seperti ini, meskipun ia sudah tidak dikatakan sebagai anak kecil lagi. "Nadia." "Huwa..... Mamak... Ada setan." Orang yang memanggil Nadia tadi ikut panik dan melirik ke sana ke mari mencari setan yang barusan disebut gadis di depannya. Hingga ketika ia sadar bahwa yang disebut setan oleh Nadia adalah dirinya sendiri langsung saja ia memasang wajah masam. "Ganteng gini dikatain setan, gak waras memang." Nadia yang mendengar itu merasa familiar dengan suara yang akhir-akhir ini selalu membuatnya jengkel. Begitu membuka mata ia langsung mundur ke belakang karena posisi wajah mereka yang sangat dekat sekali. Plak! "Menjauh dari wajah glowing gue." Sule tersadar lalu menatap keadaaan rumah yang memang keliatan sedang sepi itu . " Lah di rumah gak ada orang?" Tanya Sule yang dijawab gelengan oleh Nadia. Gadis itu masih terdiam syok karena hampir saja berciuman dengan seorang laki-laki yang amat sangat ia benci. "Yaudah, mau jalan-jalan gak? Mumpung lagi gak tugas." Nadia menatap Sule dengan Alis terangkat, gak salah tuh si penegak hukum ngajak dirinya jalan-jalan? Tidak mendapatkan jawaban sama sekali, Sule menggoyangkan tangannya di depan Nadia. "Mau gak ini? Kalau gak mau pulang ajalah." "Eh, mau, dari pada gue nunggu di sini kayak kambing congek." Sule tertawa ngakak, tanpa diberitahu juga sebenarnya ia tahu jika gadis ini sedang ketakutan, apalagi melihat mimik wajahnya yang tidak biasa itu. Tanpa membuang waktu ia langsung mengajak gadis yang menjadi cinta pandangan pertamanya itu jalan-jalan tanpa tujuan. Hingga ketika sudah berputar selama 30 menit, Sule masih tidak tahu akan membawa Nadia ke mana. "Ini mau ke mana sih? Dari tadi kok muter-muter gak nyampe-nyampe." Tanya Nadia yang sudah jenuh dan jantungnya sudah tidak aman lagi. Sule menggaruk kepalanya sambil cengengesan. "Gak tau, hehehehe..." "Astagfirullah, gue kira lu ngajak jalan udah tahu mau ke mana, yang ini mah bukan jalan-jalan, tapi ngukur jalan." "Lah buat apa? Kan udah ada lembaganya sendiri? Aku mah cuma ngurus pengguna nya doang." Nadia menghela nafasnya pelan, apa pemuda ini gak tau apa yang ia maksudkan tadi? Kalau iya, tolong beri tahu apa yang sedang ia maksud. Tak ada lagi obrolan keduanya, hingga pada akhirnya dengan pemikiran matang, Sule membawa Nadia ke mall yang paling dekat dengan rumah gadisnya. "Ngapain ke mall? Gue gak mau belanja apa-apa." "Idih pede bener si ibu, lagian yang mau ngajak ibu belanja itu siapa? Gak ada." Cibir Sule memberikan tatapan mengejek yang membuat Nadia malu dan kesal secara bersamaan. "Yah-yah terus mau ngapain?" Tanya Nadia gugup. Sule hampir saja kelepasan tertawa kalau ia tidak mengingat jika gadis di hadapannya ini terlalu menjunjung tinggi harga diri jadi ia memilih diam dan menutui mulut rapat. "Ayo nonton, ada film seru hari ini." Nadia mau tidak mau menuruti permintaan Sule meksipun ia bukan spesies cewek yang suka di ajak nonton, sebab bagi dirinya dengan nonton seperti ini malah terkesan buang uang. "Oke, dua yah... Sama pop corn nya yang mix." Samar-samar Nadia mendengar ucapan Sule yang sedang mengantri popcorn dan juga minuman soda. Hingga tak lama kemudian tangannya digandeng oleh tangan besar Sule lalu menuju ruangan teater 1 seperti yang tertera di tiket masuk. Dengan cepat pemuda itu mengajak Nadia di tempat duduk strategis yaitu kursi nomor dua dari belakang. Dalam hati Sule sudah tertawa ngakak dan menyusun rencana ini dengan matang, semoga saja berhasil. "Kita nonton film apa?" "Eh... Hah apa?" Nadia berdecak pelan. "Kita nonton genre apa?" Sule langsung terdiam dan ketar-ketir di tempat, namun dengan gaya nya yang terlihat santai ia menatap lurus ke arah layar besar yang sedang menampilkan iklan sebelum film dimulai. "Film romantis kok." Jawabnya tanpa menatap Nadia. Gadis itu memicingkan matanya curiga, tapi melihat ada banyak pasangan yang masuk ke dalam teater ini, Nadia pada akhirnya percaya dan memilih memakan popcorn yang berada di sebelahnya. Hingga 5 menit berlalu, tiba-tiba lampu bioskop padam dan redup dengan cahaya remang-remang. Ia fokus menatap layar di depannya tanpa sadar sedari tadi Sule tengah menikmati pemandangan paling cantik di depannya. "Kok perasaan gue gak enak yah, " ujar Nadia pelan yang membuat Sule tertawa dalam hatinya, lihat saja nanti bagaimana respon gadis itu setelah tahu film apa yang sedang mereka tonton. Hingga tak lama suara teriakan saking bersahut-sahutan dari dalam bioskop, bahkan suara itu mengalahkan suara film yang bergema, begitu juga dengan Nadia yang sudah teriak kejer dengan menyembunyikan wajahnya di d**a bidang Sule. Dengan sigap pemuda itu langsung melingkarkan tangannya ke bahu Nadia, modus dikit gak papa kan yah? Kapan lagi melihat cewek bar-bar jadi hello Kitty seperti ini. "Ta-takut..." Lirih Nadia dengan tubuh yang gemetar hebat, Sule yang merasakan itu tentunya terkejut melihat respon Nadia yang jauh dari perkiraan nya. Ia menatap wajah Nadia yang sudah pucat pasi dengan air mata yang muncul dari pelupuk mata indah itu. "Nad, Nadia?" Panggil Sule yang merasakan tubuh Nadia semakin gemetar, dengan cepat ia membawa Nadia dalam gendongannya tanpa peduli ada banyak pasang mata yang menatapnya dengan heran dan kagum. Sule berjalan dengan cepat menuju pintu keluar yang bahkan filmnya saja baru dimulai beberapa menit. Seketika timbul rasa sesal dalam hatinya, respon Nadia yang seperti ini jauh dari pikirannya tadi, seharusnya ia bertanya tentang aoanyang menjadi ketakutan terbesar gadisnya bukan malah memaksa seperti ini. "Maaf, Nadia. Aku lalai jaga kamu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD