Suasana yang tadinya gaduh lantaran babe yang panik melebihi paniknya ibu Nadia kini kembali kondusif dengan luka Nadia yang sudah diperban dan diberikan serangkaian obat mencegah infeksi.
"Dipijat aja yah? Babe gak tenang kalau belum dipastikan." Ajak babe dengan sabar ketika menghadapi betapa keras kepala anak gadisnya ini.
Nadia tetap menggeleng menolak keinginan babe. Gila apa, dirinya sudah sebesar ini mau di grepe-grepe, no way! Walaupun kang pijatnya seorang perempuan tetap saja ia akan digrepe-grepe.
"Nadia gak mau digrepe-grepe. Dikira Nadia ini apaan, kagak! Gak mau, titik."
Sule melongo takjub mendengar alasan gadis itu menolak untuk dipijat, tapi bener sih masa Nadia nya bakal di grepe-grepe ia sendiri saja belum. Eh? Hahahaha....
"Ngapain kamu senyum-senyum? Mikir jorok yah?" Tanya babe dengan wajah yang penuh dengan kecurigaan, pasal nya pemuda yang ngebet menjadi menantunya ini menatap putri nya seperti mengandung maksud lain, belum lagi senyuman yang membuat dugaan babe semakin kuat.
"Eh, enggak, mana ada . Babe ini fitnah Mulu."
"Awas aja kalau mikir jorok, gue tampil lu yah."
Sule bergidikn ngeri, "babe nuduh-nuduh, nanti babe sendiri yang gitu."
"Lah si asem dah minggir Lu."
Dan pertengkaran itu terus berlanjut sampai salah satu dari mereka ada yang mengalah.
***
Sejak kejadian yang mengakibatkan lututt dan siku nya terluka itu, Nadia menjadi princes yang ke mana-mana harus di antarakan, tidak boleh berkendara sendirian, tidak boleh menyebrang sendiri, dan masih banyak lagi larangan yang membuat gadis itu berteriak frustasi sangking bosannya.
"Sampai kapan sih gini Mulu."
"Sampai itu luka semua kering." Sahut seseorang yang berada di depan pintu rumah, dan tengah menenteng plastik putih berisi pesanan milik Nadia.
Sebenarnya Sule masih ada tugas, tapi yah sudahlah sesekali. Setelah memberikan pesanannya dan memastikan Nadia baik-baik aja, Sule kembali pulang dan berpamitan dengan Nadia..
Nadia sedikit melamun, betapa baiknya Sule kepadanya selama ini sedangkan dirinya sendiri sampai detik ini masih menggantungkan lamaran pemuda itu . Nadia adalah gadis yang bengal, gadis keras kepala, gadis yang tempramen dan masih banyak lagi kekurangan yang dimilikinya yang bahkan tidak akan bisa ditutupi lagi oleh Sule.
Tapi desakan orang tua untuk menerima pemuda semakin hari semakin bertambah, entah itu ibunya atau babenya yang semakin lama semakin menyukai Sule.
"Udah terima aja, emak udah ngebet mau mantu kayak Sule. Pokoknya akhir Minggu ini kudu udah bicara sama keluarga besar Sule."
Segala obrolan tadi malam kembali berputar di ingatannya. Keluarga? Apa keluarga pemuda itu bisa menerima dirinya? Bagaimana kamu tidak? Lagian Sule kemarin melamarnya tanpa didampingi pihak keluarga mana pun.
Lamunan Nadia berhenti ketika ponselnya bergetar menampilkan nama satu orang yang baru saja datang ke rumah nya.
"Assalamualaikum, kenapa?"
"Waalaikumsalam, Nadia terima kasih atas jawaban iya nya, insyaallah Minggu ini aku akan resmi melamar kamu bersama dengan keluarga!"
Jeder!
Nadia terpelongo dan terkejut, siapa yang mengatakan jika dirinya menerima lamaran ini. Sedangkan dirinya belum menjawab sama sekali .
"Tau dari mana?" Tanya Nadia dengan tenang meskipun kenyataannya ingih sekali ia mengamuk dan memaki orang yang sudah menjebaknya itu
"Dari ibu."
Nadia menghela nafas lelahnya, demi apa pun bukan Sule yang ia mau menjadi suaminya, bukan pemuda berprofesi sebagai polisi, ia ingin menolak tapi tidak tega dengan pemuda itu.
"Baik." Jawab Nadia singkat padat, membuat suke di seberang sana sedikit terpengkur kaget.
"Nadia, jika kamu terpaksa menerima lamaran aku gak papa, aku gak akan marah seumpamanya kamu tolak."
"Enggak, itu emang jawaban gue," ujar Nadia dengan nada yang dibuat seyakin mungkin, tidak mungkin ia mengatakan tidak sedangkan Sule sudah sangat amat bahagia di seberang sana. Biarlah kali ini ia akan mengikuti kemauan kedua orang tuanya dan mencoba untuk menerima Sule seutuhnya, meskipun tahu ini tidak akan semudah itu, bayangan di mana rumah tangganya berjalan atas otoriter sudah terbayang di otak nya. Rumah tangga yang banyak peraturan dan juga rumah tangga yang mengekang kebebasan nya..
Nadia memutuskan sambungan telpon tanpa mengatakan apa pun lagi, dirinya berjalan menuju kamar dan duduk termenung memikirkan semua yang terjadi di dalam hidupnya. Memang benar yang namanya jodoh tidak akan mungkin bisa lepas gitu aja, pasti asa saja pengikat yang membuat dirinya dekat.
"Ini beneran gue mau nikah sama polisi? Serius? Nikah sama si Sule tengil? Ya Allah ..."
Berbeda dengan Nadia yang kepikiran bahkan hampir stress, maka Sule sendiri sudah berjingkrak ke sana kemari sambil berteriak keras jika lamarannya sudah diterima.
"LAMARAN GUE DI TERIMA!"
Temannya yang lain menatap Sule dengan geli, pemuda itu tampak sangat bahagia tanpa memperdulikan sedang berada di mana. Bahkan beberapa pengendara menatap Sule dengan geli dan juga aneh, mungkin mereka mengira jika Sule sudah gila.
"Lamaran gue di terima sama Nadia."
"Selamat bro, semoga lancar sampai hari H."
"Gila, kisah cinta gue bersemi di tilang menilang."
Sontak ucapan Sule mengundang gelak tawa petugas polisi yang sedang berjaga di sana. "Kisah cinta yang membagongkan."
Sule mengangguk." Iya sangat membagongkan, bisa -bisa nya gue bakal nikah sama tuh orang yang hoby jya melanggar aturan Mulu, malah pakaian ya nyentrik semua lagi ."
"Lah Sule anjing, belum apa-apa udah ghibahi calon bininya sendiri, awas ada Cepu yang ngadu ke Nadia. Mampus lu."
"Lah yah jangan njir, bisa Batal nikah gue."
Sule tampak panik dan semakin mengundang kejahilan teman-teman nya, kapan lagi coba membuat seorang Sule yang pembawaan nya selalu tenang itu panik dan heboh sendiri.
"Eh lu yakin mau sama Nadia? Jangan nanti pas udah di tengah jalan lu nya gak yakin dan milih mundur. "
Sebenarnya kalau dipikir-pikir kenapa bukan Nadia sendiri yang mengatakan jika ia menerima lamarannya? Kenapa harus ibu gadis itu? Dan semua pemikiran ini membuat ia sedikit ragu, catat hanya sedikit.
"Alhamdulillah gue udah yakin bahkan dari awal sebelum gue mau ngelamar."
"Emak di kampung udah tau?"
Sule mengangguk pelan, memang ibunya sudah tahu tapi hanya diam dan tidak mengatakan apa apa sama sekali, seola mengisyaratkan jika wanita yang sudah melahirkan nya itu tidak setuju dengan rencana yang telah ia buat. Tapi semoga saja itu hanya perasaan nya, ibunya pasti menerima Nadia, Nadia kan cantik calon sarjana hukum pula, pasti ibunya suka kan? kenapa ia jadi parno sendiri seperti ini coba? lagian masa iya ibunya tidak menerima Nadia, gak mungkin lah! Nadia itu mantu material banget
Yah semoga saja!