Sulaiman seorang pemuda yang tergila-gila dengan mantan pengendara yang ia tilang, gilanya lagi pengendara itu pula yang sudah dua kali menghajarnya di depan umum.
Kehidupan sulaiman yang memang berasal dari keluarga biasa saja membuat kepribadiannya sangat sederhana, ia sadar hal apa yang membuat ayah Nadia menolaknya menjadi menantu. Image aparat penegak hukum yang sok berkuasa dan petentengan tentunya menjadi salah satu alasan itu, sedangkan alasan lainnya adalah ayah Nadia trauma dengan aparat penegak hukum yang menilangnya lalu meminta sebagian uang sebagai jaminan agar terlepas dari sanksi.
Sekarang, karena oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab seperti ini, malah yang benar-benar menjalankan tugas yang kena imbasnya. Beruntung ayah Nadia memberinya kesempatan sebagai pembuktian bahwasanya ia cocok menjadi menantu dan juga suami ideal bagi anak gadis satu-satunya.
Seperti saat ini, Sule yang tengah bertugas di lapangan melihat kehadiran ayah Nadia yang sepertinya hendak pergi bekerja. Yang ia ketahui ayah Nadia merupakan seorang guru di salah satu sekolah tingkat atas negeri.
"Be..." Sapa Sule begitu dekat dengan pria paruh baya itu.
Babe yang merada dipanggil akhirnya melihat ke samping dan tersenyum singkat membalas sapaan seorang pemuda yang memakai seragam coklat itu.
"Mau ngajar, Be?"
"Iya, ini mau ngajar."
Sule tentunya ingin mengobrol panjang lebar, tapi saat ini ia sedang tugas dan tidak ingin menjadi lalai dalam tugasnya. Sehingga dengan berat hati ia melepaskan babe untuk pergi ke sekolah.
"Siapa?" Sule menggeleng pelan mendengar suara tanya dari rekan sesama polisi.
"Calon bapak mertua, tapi belum dapat ijin."
"Belum direstui gitu?"
Sule mengangguk, benar kan? Kemarin ayah Nadia itu memberikan semua pernyataan yang secara tidak langsung menolaknya menjadi menantu.
Temannya itu tampak mengangguk, lalu terkekeh lirih. "Sama sih, gue juga gitu. Cuma bedanya gue ditolak jadi calon mantu karena pernah jadi mantan anaknya yang gua tinggal gitu aja."
"Hah? Maksud lu balikan sama mantan?" Tanya Sule terkejut.
Tampak temannya itu mengangguk sambil tersenyum lebar seolah fakta itu sangat menyenangkannya. "Iya, kayaknya kena karma gue. Dulu gue putusin karena pengen nyari pasangan yang setara, soalnya mantan gue cuma lulusan SMA dan kerja di rumah makan doang. g****k emang sih, alasan gue gak ngotak banget kan?"
Sule mengangguk. Memang benar, kalau ia jadi gadis itu juga tidak akan mau kembali kepada orang yang sudah mencampakkan nya dengan sadis.
"... Tapi dengan gak tau dirinya gue, malah minta balik setelah 4 tahun putus, dan pertemuan gue juga lantaran makan siang di warung seberang Universitas itu, gak tau nya dia di sana jadi bos warung nya."
"Hah? Serius?"
"Serius. Jadi dia udah punya warung sendiri di seberang kampus yang tentunya rame banget. Gue aja kaget pas dia yang bawain pesanan gue. Gue pikir dia masih jadi pekerjanya. Terus setelah dicari tahu ternyata pemilik warung makan itu."
Sule tertawa ngakak. Ia bahkan sampai memegangi perutnya yang terasa keram karena asyik tertawa. "The real of karma. Gue gak tahu harus ngomong apa, tapi tentu aja kalau gue jadi itu cewek bakal nolak elu."
"Iya sih,.gue juga mikir gitu. Cuma kan yang namanya cinta kudu diperjuangkan. Mana tau ada kesempatan kedua."
"Terus bapak cewek itu tau?"
Teman Sule itu mengangguk kembali. "Yah tahu lah, orang gue putusin anaknya di depan bapaknya langsung. "
"Anjir, berani banget lu woy, yah pantes di gak setuju. Dia tahu gimana anaknya dulu disakitin, untung bukan gue bokapnya, kalau anak gue yang digituin bunuh lu lun jadi."
Teman Sule itu tampak berfikir, sedangkan Sule sendiri sudah ngakak tidak karuan. Dirinya saja yang tidak berbuat demikian ditolak oleh ayah Nadia apalagi temannya ini? Bayangkan, memutus hubungan dengan alasan yang menyakitkan di depan orang tuanya langsung, terlalu gantel jatuh nya PAOK yah kayak gini.
Apa temannya ini gak pernah mikir kalau yang namanya mantan masih ada kemungkinan buat balik? Kok yah sesadis itu dan sekarang karmanya lebih sadis. Suatu hukuman jika.melihat mantan yang dulunya dihina masalah kehidupannya kini telah bangkit bahkan sudah sukses, berhasil membuktikan jika dirinya tidak serendah itu.
Sule dulu punya mantan dan ia lah yang ditinggalkan lantaran berasal dari keluarga sederhana. Ia yang saat itu hanya anak SMA dan tidak bisa mengajak kekasih nya ke tempat rekreasi yang sedang viral langsung diputuskan saat itu juga. Sakit sudah tentu sakit, tapi dari sanalah ia bangkit, ia mulai memikirkan masa depannya yang tidak mungkin begini saja. Yang ada tidak ada gadis yang ingin menjadi pendamping hidupnya.
Dan mengingat tingkah laku temannya yang tidak beda jauh dari mantannya, Sule rasa mereka berdua ini cocok untuk bersatu.
***
Berbeda dengan Sule, Nadia yang saat ini sudah sampai di pelataran parkir kampus dengan selamat, ia yang tadinya sudah pesimis akan kena tilang lantaran tidak mengenakan helm. Kejadian semalam di mana Sule yang datang secara tiba-tiba di pagi hari menjadi beban pikirannya, terlebih ketika pulang dar kampus babe dan emaknya menyampaikan jika Sule berniat serius kepadanya.
Jangan tanya bagaimana respon darinya, sudah tentu saja menolak! Di rumah itu hanya sang emak lah yang berteriak heboh kesenangan. Memiliki mantu seorang polisi merupakan impian dari emak Nadia yang entah kenapa tergila-gila sekali dengan aparat penegak hukum itu.
Dengan segala beban pikirannya, Nadia pada akhirnya memilih untuk ke kampus lebih cepat dari biasanya, bahkan saat ini kampus masih terlihat sepi dari mahasiswa, hanya ada beberapa cleaning Service yang memang berjumlah banyak dan rutin membersihkan area universitas.
"Lah, cepat banget datang ke kampusnya, Kak? Ruangan aja belum saya buka."
Sapa seorang petugas kebersihan kampus yang bertugas di fakultas ilmu hukum.
Nadia hanya tertawa pelan. Memang ini sebuah keajaiban sih, ia berangkat seperti petugas kebersihan. Bahkan kantin saja masih tutup.
"Iya, bang. Ada kelas pagi dan dosen killer, agak serem kalau telat." Alibinya yang tentu saja merupakan sebuah kebohongan.
"Owalah, emang kalau dosen killer itu nakutin banget yah, pernah sekali masuk ke ruangan yang baru selesai diajar sama dosen killer, muka nya pada syok dan gak enak dilihat semua hahaha..."
Nadia itu terkekeh geli, ia tidak heran sih karena pernah berada di posisi seperti itu. Ia memilih untuk duduk di depan kelasnya sambil bermain ponsel untuk mengusir rasa jenuh. Ini semua karena Sule si polisi kambing itu. Seenaknya saja melamar anak orang bahkan tidak membicarakan dengan nya. Memikirkan akan menikah dengan seorang penegak hukum saja ia sudah berat dan kesulitan bernafas.
"Anjir, kalau sempet kenyataan tamat riwayat gue."