Nadia Salsabila, Gadis yang memiliki sifat keras kepala yang luar biasa itu akhirnya menyadari kesalahannya, dan karena itu pula ia menghindari Sule sejak dua hari yang lalu setelah pertemuan terakhir mereka.
"Nad, kemarin ada yang nyariin lu." Nadia melirik teman sekelasnya dan hanya mengangguk saja. Tanpa diberitahu siapa yang mencarinya saja ia sudah mengetahui seseorang itu. Intinya ia sudah menanamkan di dalam otaknya agar menjauhi Sule, ia tidak mau lagi disebut sebagai seorang perempuan yang tidak memiliki hati. Sudah cukup Rizqi dengan Rahman saja yang mengatakan hal demikian. Akh apa karena permasalahan ini sehingga pemuda itu tidak memberinya sanksi tadi atau bahkan tidak memunculkan wajahnya di depan nadia yang bahkan kemarin selalu absen pagi.
“Masih gak baikan sama Sule?”
Nadia tidak menjawab, memilih diam dan enggan membahas sesuatu yang bahkan sebenarnya tidak perlu dibahas lagi.
“Gak baik marahan sama calon suami sendiri, Nad. Nanti allah marah emang mau dimarah Allah, udah gak rajin ibadah, kerjanya cari perkara, eh malah sekarang kena laknat allah karena musuhin calon suami sendiri.”
Nadia menatap Rahman dengan tajam, well dirinya bukan tidak mau bermaafan dengan sule, hanya saja rasa gengsi dan merasa jika dirinya yang paling benar membuat ia mengurungkan niat tersebut.
‘turunin rasa gengsi lu, kalua bertahan sama gengsi yah bakal gitu gitu aja, kasian sulenya.”
Nadia terdiam dan berlalu menuju kelasnya, ia sedang tidak ingin membahas hal itu sekarang, jadi biarkan saja semua mengalir dengan apa adanya.
Berbeda dengan Nadia sule sendiri tengah dilanda kecemasan serta kegalauan tingkat akhir, pasalnya hubungan ia dengan nadia tidak kunjung membaik, bahkan terkesan semakin memburuk, ia sengaja tidak ingin menilang Nadia tadi, meski dianggap tidak professional, ia juga tidak mau membuat Nadia semakin marah dan berimbah kepada hubungan mereka.
“Le, belum baik juga?”
Sule mengangguk. Sebenarnya ini hanya masalah sepele yang menjadi besar lantaran kurangnya komunikasi diantara mereka berdua. Nadia yang memilh bungkam, dan juga dirinya sendiri yang memilih menunda menyebabkan hubungannya semakin sulit rasanya.
“cepet lah baikan, gak enak kali aku liat muka kau, sepet.”
“Anjir emang kau yah, lagian gak mau maksa kali, nadia juga lagi mau focus kuliah.”
Seno tertawa ngakak begitu mendengar penuturan dari rekan nya ini “ Itu Cuma alasan betina aja itu, aslinya mana gitu apa yang dia mau, jadi yah, le ku kasih tahu sama kau Bahasa cewek kalua enggak artinya iya, sejenis kebalikannya gitu.”
Sule menatap rekannya dengan heran. “ Kok bisa tahu kau? Emang kau cewek?”
Plak!
“Seenak jidat aja kau ngomong yah, tulen aku ini, mau bukti lagi kau betapa perkasanya aku?”
Sule meringis pelan setelah menerima tepokan maut di jidatnya. "Yah mana tau kan, lagian kau gak pernah Deket sama cewek sok tau bahasa cewek ."
Seno mendengus kesal, ia ingin sekali rasanya menabok Sule dengan sekop kebersihan yang ada di poskonya. Lagian apa salahnya ia mengetahui bahasa cewek, kan itu Sudah menjadi rahasia umum bukan lagi rahasia pribadi.
"Makanya jadi cowok jangan kaku kali biar gak ketahuan banget lama jomblo nya."
"Gue lama jomblo bukan berarti tak laku, tapi lagi cari yang pas." Jawab Sule dengan wajah dibuat sesongong mungkin.
"Cari yang pas tapi dapatnya yang miring sebelah."
Seno tertawa pelan begitu menyadari jika perempuan yang berhasil merebut hati Sule adalah perempuan barbar yang hobby nya mencari perkara dengan polisi dan paling doyan melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Model cewek yang senang melawan dan membangkang.
Cocok sebenarnya sih sama Sule, soalnya Sule kan penyabar, dan Nadia sendiri orang nya emosian dan sering memancing keributan.
"Tapi kok bisa sih lu nya malah naksir sama itu orang, bar bar, cantik sih enggak, gak ada sopan sopan nya. Sesuka hati lagi orang nya."
Sule juga tidak mengetahui hal ini. Kenapa ia bisa nyantol dengan cewek seperti Nadia modelannya, begajulan dan tidak patuh terhadap peraturan. Sangat jauh dari kata istri idaman. Tapi itu menjadi daya tarik sendiri bagi Sule karena Nadia bertingkah dengan sejujurnya tidak ada yang ditutup-tutupi.
"Mending cewek kayak gitu dari pada cewek yang sok kalem tapi di dalam nya ancur. "
"Bener juga sih, rata-rata cewek kayak gitu modelnya," ujar Seno yang membenarkan tuturan Sule. Pasalnya ada banyak perempuan di luar sana yang pembawaan nya kalem tapi sebenarnya rusak dari dalam.
"Kita gak bisa menjudge orang dari luar nya aja, mungkin untuk kau Nadia itu bukan cewek baik, tapi untuk aku pribadi dia lebih dari cukup dari apa yang aku mau. Masalah sifat dia yang slengekan itu udah resiko aku, karena aku berani milih dia berarti aku berani ambil semua kekurangan yang Ida punya. Paham kan maksud ku?"
Seno mengangguk paham.
"Sebenarnya aku pengen marah kau jelekkan Nadia kayak gitu, tapi balik lagi, semua bukan tentang apa pandangan orang, tapi gimana aku sama Nadia mencoba bungkam dan jalani yang seharusnya."
"Sorry kalau kesannya kayak menjudge, gue juga kan mau yang terbaik buat lu, Le."
"Yang terbaik menurut kau belum tentu terbaik menurut aku, dan terbaik menurut aku belum tentu terbaik menurut tuhan, semua itu udah ada porsinya dan yah, itu emang udah dari atas yang ngatur. Tuhan aja gak pernah mengatakan hambanya begini begitu, ia selalu menyayangi hambanya dengan sangat baik . Jadi apa hak kita buat menilai sesama kita?"
Seno mengangguk lalu menepuk bahu rekannya, Sule berharap pemuda itu dapat mengerti jika yang disampaikannya barusan bukan semata hanya untuk membela Nadia, namun untuk memberikan pemahaman jika yang terlihat rusak dari luar belum tentu rusak seluruhnya, malah bisa jadi yang kelihatan baik malah rusak tidak terbenahi lagi.
Sama hal nya seperti buah mangga dengan buah durian, mangga yang kelihatan mulus belum tentu tidak busuk di dalamnya, sedangkan durian yang keliatan kotor dari luar belum tentu yang di dalam mengikutinya yang di luar.
"No, aku tahu kau heran kenapa aku pilih Nadia dari pada perempuan yang dijodohkan mamak ku, tapi inilah hati, aku udah milih Nadia dan udah mantap akan pilihan itu. Cuma satu permintaan aku, hargai pilihan aku jangan jelekkan Nadia lagi di depan ku sendiri. Karena itu buat sakit hati aja sih. Masalah aku tentang Nadia biar aku cari sendiri dan tidak perlu repot-repot menilai Nadia."
Sule langsung berjalan meninggalkan Seno, bagaimana pun ia harus tetap Menjaga nama baik Nadia di depan teman-temannya .