Get Caught (Tertangkap)

1056 Words
"Natalie!" Terry menghampiri Natalie yang sedang sibuk membereskan kamarnya pasca makan malam. "Ada apa, Terry?" "Natalie, aku sudah tau bagaimana caranya menyembah bulan dan mendapatkan kecantikan abadi," ucap Terry sambil duduk di samping Natalie. "Hm? Bagaimana?" Wajah Natalie terlihat tidak tertarik dengan hal itu. "Bulan ini harus disembah di tengah hutan sana. Dan kita harus membawa seekor binatang yang di sembelih lalu mencampurkanya dengan kelopak bunga merancolypyus yang bisa kita petik di tepi sungai desa ini," kata Terry bersemangat. "Hhh! Itu hanya takhayul, Terry! Siapa yang mengatakan itu padamu?" Natalie menghembuskan nafas dan sama sekali tidak antusias mendengar penjelasan adiknya. "Louisa! Neneknya kenal dengan Rachel." Terry menunjuk ke foto anak itu. "Louisa? Rachel? siapa itu?" "Louisa adalah tetangga kita. Rumahnya di sebelah. Dia adalah gadis yang cantik," puji Terry. "Sementara Rachel adalah nama gadis ini!" sambung Terry. "Lupakan, Terry. Siapa tau dia hanya asal bicara. Tidak ada yang membuktikannya, bukan?" Nada bicara Natalie masih tetap datar. "Aku yang akan membuktikannya, Natalie. Jika kamu tidak mau membantuku aku akan pergi sendiri!" Terry segera bangkit dan keluar dari kamar Natalie dengan wajah kesal. "Hey! Terry tunggu!" Melihat Terry kesal, Natalie terpaksa meninggalkan aktifitasnya dan bergegas mengejar adiknya. Terry melangkah cepat menuju ke luar. Di ruang tamu ada Kathy bersama dengan Ronan yang masih sibuk menata barang. "Mau kemana kamu malam-malam begini, Terry? Sebaiknya kamu tidur. Besok kamu harus sekolah, 'kan?" Kathy berkata sambil menatap Terry yang terus berjalan cepat. Terry sama sekali tidak menjawab ucapan mamanya. Ia terus berjalan keluar rumah. "Mom, aku keluar sebentar. Terry keliatannya kesal sama aku." Natalie yang hendak mengejar Terry terpaksa menghentikan langkahnya untuk sekedar berpamitan dengan Kathy. "Baik. Jangan lama-lama! Ini sudah malam. Dan ini bukan kota. Kita tidak tau bahaya yang mungkin mengancam entah dari binatang buas atau orang jahat," ujar Kathy. "Baik, Mom!" Natalie segera keluar dan kembali mengejar Terry. Ia melihat bayangan Terry menuju ke arah hutan. "Terry!! Tunggu! Jangan kesana. Ini sudah sangat gelap!" Natalie berlari cepat mengejar Terry. Namun Terry semakin mempercepat langkahnya. Ia malah berlari cepat menuju hutan yang gelap. Natalie kehilangan jejak Terry. Ia sudah berada di tepi hutan dan ia benar-benar cemas melihat hutan yang gelap. Kemana Terry? Bagaimana dia bisa senekad itu untuk masuk ke dalam hutan yang mengerikan ini? "Terry!! Please jangan main-main denganku. Keluarlah, Terry! Hutan ini terlihat berbahaya!" Suara Natalie terdengar ditahan takut ada binatang atau apapun yang terkejut dengan suaranya. Tapi tidak ada jawaban dari Terry. Natalie memberanikan diri untuk masuk ke dalam hutan dan ia hanya mengandalkan cahaya bulan saja untuk menyusuri jalan setapak yang gelap. KRESS!! Ia mendengar suara ranting patah di dekatnya. "Terry!! Apakah itu kau?" Natalie mengedarkan tatapannya ke sekeliling hutan. Tapi suara itu tak terdengar lagi. Jantung Natalie semakin berdegup kencang. Ia bahkan tidak tau, dia ini sedang pergi kemana. "Oh, Bulan! Please tolong aku!" Natalie tanpa sadar menyebut nama bulan. Awan hitam tiba-tiba datang dan menutupi sinar bulan purnama sehingga jalan setapak yang sedang dilalui oleh Natalie ikut tidak terlihat. Suasana hutan seketika juga ikut gelap gulita. "Oh, s**t! Terry! Dimana kau?" Suara Natalie terdengar frustrasi. "Sst, Natalie! Aku di sini!" Natalie seketika menoleh ke arah bisikan suara. "Terry!! Apa yang kau lakukan? Ayo kita pulang!" Natalie menatap bayangan Terry yang berada dalam kegelapan. "Tapi, kau harus berjanji bahwa kau akan menemaniku melakukan ritual untuk sang bulan, besok malam. Okay?" Terry melangkah maju dan menghampiri Natalie. "Ritual itu adalah tindakan bodoh, Terry! Kita bisa celaka di hutan liar ini!" Natalie berusaha mengingatkan. "Tidak akan ada apapun di hutan ini, Natalie! Percayalah. Hutan ini sudah aman!" Terry berusaha meyakinkan. Natalie menggelengkan kepalanya. Ia tidak habis pikir dengan cara pikir adiknya yang tidak masuk akal. Menyembah bulan sebuah benda mati yang bahkan untuk bersinar saja dia masih butuh bantuan matahari! Ini benar-benar konyol. "Bagaimana?" Terry menarik pergelangan tangan Natalie menunggu jawaban. "Berapa kali ritual itu harus dilakukan? Karena aku tidak suka membuang waktu untuk hal yang tidak berguna!" Nada Natalie terkesan meminta kepastian. "Bulan purnama hanya akan berlangsung 3 hari sejak malam ini. Jadi kita bisa melakukan sisanya mulai besok. Nanti aku akan tanya ke Louisa, berapa lama Rachel melakukan ritual itu sampai ia mendapatkan kecantikannya," jawab Terry. Natalie menggeleng sekali lagi. "Terserah lah! Tapi aku tidak akan melakukan ritual gila ini seumur hidupku! Dan aku tidak akan terus-terusan menuruti kemauanmu! Catat itu!" Natalie berkata tegas. "Ok, aku setuju. Kalo begitu, mari kita pulang!" ajak Terry bersemangat. Mereka menyusuri hutan yang gelap. Sinar bulan yang tadi menyinari jalan setapak sekarang sudah tidak lagi. Awan hitam yang pekat masih menutupi sinar emasnya. Natalie dan Terry terus berjalan sambil mengira-ngira arah mereka. "Terry, apakah ini jalan menuju luar hutan?" tanya Natalie sambil menatap Terry yang berjalan dengan yakin di sampingnya. "Seharusnya begitu, Natalie. Lagian jalan setapak ini hanya mengarah pada satu tujuan, 'kan?" ucap Terry. "Tapi, aku merasa pohon di sini lebih tinggi dan besar. Aku rasa keliatannya kita tersesat, Terry!" Natalie mulai was-was. Terry tidak menjawab. Langkahnya yang tadi cepat dan yakin terlihat mulai ragu. Dan akhirnya ia berhenti dan berusaha mengenali sekelilingnya. Ia memegang pohon yang terdekat lalu berjalan ke arah lain dan meraba pohon lainnya lagi. "Natalie, keliatannya kau benar. Pohon di sini terasa lebih besar." Nada Terry mulai cemas. "Nah, apa kubilang. Sebaiknya kita kembali dan mencoba mengenali jalannya sekali lagi!" usul Natalie. Mereka berbalik arah namun tiba-tiba sebuah sinar di kegelapan membuat bulu kuduk kedua gadis itu berdiri. Sinar itu berkilauan seperti mutiara atau permata. Berwarna abu-abu kebiruan dan itu tampak seperti sepasang mata binatang. "Terry ... jangan berteriak." Natalie menggenggam tangan Terry sambil setengah berbisik. Mereka berdua mulai mundur teratur ketika sepasang sinar itu semakin maju mendekat. Suara geraman menemani langkah binatang itu. Sinar bulan purnama yang diharapkan sama sekali tidak muncul di saat Natalie dan Terry sangat membutuhkannya. Keduanya dengan kaki gemetar terus berjalan mundur sampai tubuh keduanya membentur sebuah pohon yang cukup besar. "Terry ... kau sembunyilah di balik pohon ini! Dan jika ada kesempatan, segeralah lari dan bersembunyi sampai matahari terbit nanti. Biar aku yang menghadapinya!" Natalie melepaskan genggamannya dari tangan Terry dan mendorong tubuh adiknya itu agar bersembunyi di balik pohon. "Tap-tapi ... " "Segeralah pergi, Terry!" Natalie mendorong tubuh Terry dan ia pun berlari ke arah yang berlawanan dengan Terry. Binatang itu mengejar Natalie yang berlari kencang. Jalanan yang gelap membuat Natalie tersandung dan terjerembab!! ROARRRR!!!! Binatang itu melompat dan menerkam Natalie yang tertelungkup di tanah!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD