Saved by the beast

1253 Words
"Aaaahhhh!" Tubuh kurus Natalie seketika hilang ketika binatang besar itu menerkamnya. Tubuhnya tertindih tubuh besar binatang itu dan terjerembab di dalam tanah. Sementara ia mengalami kesulitan untuk bernafas. Bulu-bulu binatang itu begitu basah dan lembab, baunya juga sedikit menusuk hidung sehingga Natalie kesulitan untuk bernafas. "Mmph!" Natalie menutup hidungnya, berusaha bernafas dengan lubang hidung yang dikecilkan. Binatang itu bangkit dan sedikit mundur. Matanya yang berwarna silver menatap Natalie sementara bibirnya nampak menyeringai tajam. Air liurnya terus menetes membuat Natalie tidak berani bernafas. Binatang itu mengendus Natalie dan menggeram perlahan. Salah satu kakinya yang berkuku panjang, ia angkat, membuat Natalie dengan reflek menyeret tubuhnya agar sedikit menjauh. "Grrrrr!" Lagi-lagi binatang itu mengeluarkan suara seram. Ia kembali memajukan moncongnya sambil menjulurkan lidahnya lalu menjilat wajah Natalie yang sudah terlihat pucat. Bau amis seketika menyeruak, membuat Natalie memejamkan mata sambil menahan nafas. Ia sama sekali tidak berani bergerak dan lebih terkesan pasrah jika ternyata binatang itu melahapnya. Whushh! Binatang itu menghembuskan nafasnya yang berair. Sehingga air liurnya memercik ke wajah Natalie. Natalie sudah terbujur kaku dan ia tidak berani membuka mata apalagi bergerak. Binatang yang ada di hadapannya sungguh besar melebihi beruang, tapi moncongnya seperti moncong serigala yang ganas dan sedang kelaparan. Suara lolongan binatang lain membuat binatang itu kembali menggeram lirih. Ia mengangkat moncongnya sambil menegakkan telinga, lalu tanpa diduga, ia menggigit pakaian Natalie lalu membawa pergi gadis itu. Natalie yang merasa bahwa ia akan disantap oleh binatang itu sama sekali tidak bisa berteriak. Suaranya seperti tercekat di tenggorokan dan ia hanya bisa pasrah saja ketika tubuhnya terombang ambing di udara karena lari binatang itu begitu cepat. Ia merasa pakaiannya sedikit tercabik-cabik karena tergores ranting dan sebagian juga karena taring binatang itu yang tajam. BRUKKK!! Natalie tersentak ketika tubuhnya dilempar ke atas tanah. Ia membuka mata dan ternyata ia berada di atas rerumputan. Binatang itu menatapnya lalu menghembuskan nafas kasarnya dan pergi begitu saja menghilang ke dalam kegelapan. Natalie segera bangkit dan melihat ke sekelilingnya. Ia baru menyadari bahwa ia ternyata dilempar ke tepi hutan. Rumah penduduk sudah dekat dari sini. Natalie dengan cepat berlari menuju ke rumahnya. Pakaian yang ia kenakan sudah compang camping tak beraturan, kulitnya juga tergores oleh ranting di hutan ketika binatang tadi membawanya pergi. Melihat cahaya lampu rumahnya, Natalie semakin berlari dengan cepat. "Kenapa kau tinggalkan kakakmu sendirian di hutan, hah?" Terdengar suara ribut dari dalam rumah ketika Natalie sudah dekat jaraknya. Ibunya terdengar sangat marah kepada Terry. "Dia yang menyuruhku untuk pergi, Mom. Aku hanya patuh saja!" Terry berusaha membela diri. "Kau yang mengajaknya pergi dan kau yang meninggalkannya? Lagipula, siapa yang mengijinkanmu pergi ke hutan yang gelap itu?" Suara sang ibu masih meledak-ledak. "Sudahlah, Kathy. Biar aku yang mencari Natalie." Suara Ronan memecah perdebatan antara ibu dan anak itu. "Hutan itu keliatannya menyeramkan, Sayang. Kita tidak tau apa yang ada di sana. Sebaiknya kita minta bantuan penduduk sekitar untuk mencari Natalie saja," saran Kathy. Mendengar pembicaraan di dalam rumah yang tegang, Natalie berusaha segera masuk ke dalam untuk menunjukkan bahwa ia selamat. Nafasnya masih terengah-engah dan langkah kakinya yang sedang menaiki tangga, membuat suara di dalam rumah seketika hening. Derap langkah di atas lantai kayu seperti terburu-buru berjalan menuju pintu. "Natalie!! Ya, Tuhan! Syukurlah kau selamat, Nak. Apa yang terjadi denganmu?" Kathy yang membuka pintu segera membantu Natalie yang terlihat kelelahan untuk naik tangga. Natalie masih tidak bisa berkata-kata, ia terlihat berusaha mengatur nafas. Ronan yang melihat putri sulungnya terlihat kacau juga ikutan cemas. "Astaga, apa yang sudah kau alami di sana? Kenapa pakaianmu tercabik-cabik seperti ini?" Ronan berkata sambil menatap kegelapan hutan di sebelah sana. Ekspresinya nampak khawatir. Ia sudah mulai membayangkan yang bukan-bukan. Apakah di hutan itu ada binatang buas yang berbahaya? Apakah ada kemungkinan akan terjadi penyerangan ke rumah penduduk? Natalie dengan dibantu oleh sang ibu segera masuk ke dalam rumah. "Natalie, bagaimana kau bisa melepaskan diri dari binatang buas itu?" Terry yang sedari tadi tidak ikut keluar segera menghampiri kakaknya yang baru datang. "Binatang buas??" Kathy dan Ronan seketika mendelik bersamaan. "Eh, iya ...." Wajah Terry jadi pucat sekarang. Ia keceplosan tentang kondisi terakhir Natalie ketika ia tinggalkan. "Kau hampir dimangsa binatang buas?" Kathy menatap putri sulungnya dengan tatapan terkejut. Natalie mengangguk. Ia masih mengelus dadanya berusaha mengatur nafas untuk menjelaskan kejadiannya. "Terry! Jangan sampai kau pergi ke hutan itu dan mengajak kakakmu dengan alasan apapun!" Sang ayah nampak marah mendengar kondisi Natalie yang sempat terancam bahaya. Terry jadi mendengus kesal. Kenapa ia jadi sasaran amarah kedua orang tuanya? Bukankah Natalie yang menyuruhnya pergi tadi? "Mom, Dad, aku ... sudah baik-baik saja. Binatang itu sama sekali ... tidak mencelakaiku. Ia malah ... melepaskan aku ke tepi ... hutan," ujar Natalie dengan terbata. "Apa???" Terry mengerutkan keningnya tanda tak percaya. "Natalie, apa maksudmu dengan melepaskanmu? Kita berbicara tentang binatang buas, 'kan?" Kathy ikut tidak percaya dengan pendengarannya. "Yeah, tadi itu ... memang binatang buas, Mom ... tapi ... dia sama sekali tidak mekukaiku! Dia menerkamku dan membenamkan diriku ke dalam tanah, lalu sesudahnya ia melepaskan aku ...." jelas Natalie. Ronan dan Kathy saling berpandangan. "Ya, sudah kalau begitu sebaiknya kau istirahat terlebih dahulu. Besok akan aku tanyakan ke penduduk sekitar tentang apa yang menimpamu malam ini," ujar Ronan berusaha meredam suasana. "Yeah, sebaiknya kau istirahat dulu, Sayang. Bersihkan dirimu dan tidurlah. Besok kalian harus sekolah. Aku akan menyusulmu ke kamar untuk mengobati lukamu sebentar lagi," ujar Kathy. Natalie dengan patuh mengangguk, ia pun pergi ke kamarnya dan berganti pakaian. Sementara itu, Terry masih terlihat penasaran dengan cerita tidak masuk akal yang tadi Natalie ceritakan. Mana ada binatang buas yang melepaskan mangsanya? Lagipula, tubuh Natalie tercabik-cabik seperti itu, pasti dia berusaha melepaskan diri dari terkaman binatang yang menyeramkan itu hingga tubuhnya penuh luka. Ia dengan bergegas mengikuti langkah Natalie menuju ke kamarnya. "Natalie, bagaimana kau mampu melepas diri dari terkaman binatang raksasa itu? Ayo, ceritakan dengan jujur padaku. Jangan kau tutup-tutupi apalagi berbohong!" pinta Terry sambil duduk di ranjang Natalie. "Sudah kukatakan bahwa binatang itu yang melepasku di tepi hutan hingga aku bisa pulang. Cerita apalagi yang kau harapkan dariku?" tanya Natalie sambil memilih pakaian dari lemarinya. "Aku tidak percaya! Suara binatang itu sungguh menggelegar. Ia seperti kelaparan. Mana mungkin dia melepasmu begitu saja," jawab Terry dengan nada pesimis. "Itulah yang terjadi, Terry. Jika kau tidak percaya, lalu dengan apa aku harus meyakinkanmu?" Natalie mengganti pakaiannya dengan yang baru. Terry termenung. Ia masih tidak yakin dengan penjelasan Natalie. Pasti Natalie sengaja membual agar ceritanya terdengar hebat. Namun, apakah dia lupa bahwa semua orang yang mendengar cerita itu pasti akan merasa sepertinya. Bahkan mungkin mereka akan lebih keras tertawa karena merasa lucu dengan cerita Natalie yang mengada-ada. "Terry, apa yang kau lakukan di sini? Bukankah aku menyuruhmu untuk tidur?" Kathy yang sudah datang membawa kotak obat segera duduk di ranjang. Ia menyingsingkan pakaian Natalie dan mulai mengobati lukanya. Sementara itu, Terry dengan enggan keluar kamar dan kembali ke kamarnya sendiri. Ia kira ia sudah akan kehilangan Natalie tadi, jujur saja ia jadi cemas dengan nasib kakaknya itu, tapi mengingat bahwa ini bisa jadi musibah, maka ia pun berusaha menyingkirkan perasaan bersalahnya. Siapa sangka kembalinya Natalie malah membuat kesan sang kakak jadi seperti wonder woman yang kembali dari kematian! Diam-diam, Terry jadi sedikit iri dengan nasib baik yang selalu saja dialami oleh Natalie. Kapan ia bisa bernasib baik seperti kakaknya itu? Apa mungkin binatang itu juga akan melepasnya jika ia yang tertangkap? Yeah, keliatannya ia harus mencoba sekali lagi peruntungannya. Jika binatang itu melepaskan Natalie, itu artinya, binatang itu bukan binatang buas. Jadi, ritual kecantikannya masih bisa ia jalankan. Semuanya pasti akan baik-baik saja seperti hari ini ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD