bab 3b

739 Words
love nya guys Jangan lupa ramein hihu Komen ayo komen  Komen kalian bikin aku semangat untuk up! Bian menelan ludahnya perlahan, kenapa saat ini susah sekali untuk menelan? "Sheila belum tidur?" Tanya Bian yang akhirnya buka suara. Sheila terbangun dari pelukan Bian, menatap Bian serius. Tak merasa pertanyaan nya dijawab Sheila, Bian pun melayangkan pertanyaan yang saat ini menduduki peringkat pertama yang ada dalam benak dan pikiran nya. "Sheila serius suka om?" Tanya Bian. Sheila mengangguk cepat dengan polosnya. Bian tersenyum setelah mendengarnya, "berarti sekarang om Bian bebas ciumin Sheila dong.." goda Bian. "Ih apasih om." Ujar Sheila malu-malu. Bian menarik pinggang Sheila agar wajah Sheila bisa semakin mendekat dengan wajah Bian. "Sheila harus janji sama om, jangan bilang papah dulu tentang ini." Ujar Bian seraya mengelus paha mulus Sheila dengan tangannya. "Ekhhmmm... " "... om Bian mau apah?" Tanya Sheila bingung dan merasa sedikit risih dengan apa yang Bian lakukan pada tubuhnya. "Ini yang Sheila mau bukan?" Tanya Bian menggoda. Sheila menggeleng, tapi berbeda dengan wajahnya yang terlihat memerah. Bian melirik jam ditangan kiri nya lalu menghela napasnya pelan. Sudah malam, Bian baru ingat Sheila harus istirahat dan memutuskan untuk berhenti menggoda Sheila. "Sudah malam Sheila, kamu harus istirahat..." ujar Bian dengan lembut. Sheila mengangguk,  "Om gak bobo?" Tanya Sheila. "Om masih banyak kerjaan, Sheila tidur dulu nanti om nyusul." "Om Bian tidur dirumah Sheila dong?" Ujar Sheila malu-malu. Bian mengangguk mengiyakan. "Sheila tidur ya..." ucap Sheila sebelum memasuki kamarnya dilantai atas. Artinya gak mesti cari calon istri lagi kan?  Tapi bagaimana tanggapan Revan kalau tahu aku menjalin hubungan dengan  anak perempuannya yang masih kecil? Bian tak konsen bekerja, tak bisa tidur juga. Bian memutuskan untuk menyeduh kopi hitam dan menyalakan seputung rokok untuk menemani malamnya. Bian benci rokok sebenarnya, tapi sejak kejadian itu Bian jadi sering merokok. Mungkin kalau Sheila melarangnya Bian akan berhenti. Rokok hanya pengalihan stress dan sekarang sudah ada Sheila jadi tidak ada salahnya untuk mencoba berhenti merokok. Drttt.. drttt... Bunyi ponsel Bian. "Hallo..?" Ujar seorang wanita disebrang. Bian mengecek layar ponselnya untuk memastikan siapa yang menelfonnya. Sandra. Bian mengangkatnya, "Ada apa san?" Tanya Bian. "Kamu gak ke club, aku nungu kamu loh. Gak biasanya absen." Tanya wanita yang bernama Sandra. "Aku sedang lelah, banyak pekerjaan mungkin hari ini gak bisa datang." Ujar Bian memberi pengertian. "Ayolah, aku kangen kamu." Manja Sandra. Bian menghela napasnya,  "Dua puluh menit lagi aku sampai." Ujar Bian yang akhirnya mengalah. Bian menutup telpon nya. Lalu bersiap, dan mengunci pintu. Lalu berangkat menuju club. Sesampainya di club,  "Bian!" Panggil seorang wanita yang tak lain adalah Sandra. Bian menghampiri wanita itu dengan wajah lelahnya.  "Kamu kelihatan capek banget, jadi merasa bersalah suruh kamu kesini.." ".... oiya, dimana Anton?" Tanya Sandra. Bian hanya mengangkat bahunya tanda tak tahu. Sandra menghela napasnya, lalu memeluk leher Bian posesif. "Ada apa, kamu gak biasanya begini?" Tanya Bian pada Sandra. "Hanya ingin peluk, tidak apa-apa kan?" Pinta Sandra, Bian menatap sandra sekilas lalu mengangguk. Apa Sheila baik- baik saja dirumah? "Om Bian kemana?" Lirih Sheila. Sheila melihat kearah jendela kamarnya lalu membukanya untuk memastikan sesuatu. Ternyata mobil Bian sudah tidak ada, "Om Bian pasti pulang.." Teng nong..!  Bell rumah Sheila. Sheila berlari kebawah, menuju pintu rumahnya. Membuka nya perlahan karena mungkin saja yang tengah didepan pintu rumahnya adalah seorang penjahat. Tidak ada yang tahu bukan? Ceklek..! Sheila melebarkan matanya, "Om Bian?" "... om mabuk?" Tanya Sheila yang sedikit mencium aroma alkohol dari tubuh Bian. Sheila tau sekali bau alkohol karena teman-temannya banyak yang mengonsumsinya, salah satunya ketika salah satu temannya mengadakan party perpisahan waktu ia sma. Bian mau jatuh tapi Sheila segera menahan badan Bian dengan kuat.  "Ayo masuk om." Ujar Sheila seraya membantu Bian untuk duduk disofa ruang tengah. "Om kenapa mabuk sih?!" Ujar Sheila yang sedikit kecewa dengan Bian. Sheila tak suka pria pemabuk. "Om harus tahu, Sheila tidak suka laki-laki pemabuk yang suka minum-minum alkohol!" Ujar Sheila lagi memprotes ketidaksukaannya. Bian membuka matanya lalu menatap Sheila tajam. "Ka-kalo om masih minum-minum begini.." "... kita putus saja." Ujar Sheila memberanikan diri. Bahkan sekarang mata Bian menjadi semakin merah menyalang. Sepertinya Bian tak suka dengan perkataan yang Sheila lontarkan barusan. "Jangan macam-macam Sheila." Ujar Bian seraya mengeratkan genggamannya di pergelangan tangan Sheila. "Sakitt, om." Tangan Sheila memerah. "Sheila tidak boleh tinggalin om. Kalau Sheila berani, om tidak segan- segan akan menghamili Sheila..." Ucap Bian memperingati sebari tangan nya yang sedang mencoba menyibak dress tidur milik Sheila. Seketika Sheila merasakan perasaannya telah berubah pada Bian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD