DUA

1311 Words
Tania berjalan meninggalkan Argio yang sedang menyapa seseorang, yang menurut Tania adalah rekan bisnis Argio. Tania ke meja di sudut ruangan untuk menghindari keramaian. Matanya berkeliling memperhatikan kemeriahan pesta. Para tamu yang datang adalah golongan atas dan sudah pasti setara dengan Aldyano. Tania mengembuskan napas kecil mengingatkan bahwa di sini bukan tempatnya. “Kamu capek, My Tan?” tanya Argio saat menemukan keberadaan Tania. “Hhm ....” jawab Tania. “Kita balik sekarang?” tanya Argio yang menyadari bahwa Tania mulai bosan berada di keramaian apalagi isinya adalah kaum milyarder semua. “Ayo aku antar kamu pulang.” Tania meraih uluran tangan Argio. Pria itu memeluk pinggang Tania dari samping. Tania merasa desiran aneh mengalir si sekujur darahnya. Perasaan hangat dan menenangkan seketika menghantam d**a saat mereka sedekat ini. Sesungguhnya Tania tidak ingin perasaannya berubah kepada Argio. Tania menerima Argio sebagai kekasih bukan karena cinta dan dia ingin perasaannya tetap seperti itu saja.  Ia hanya berusaha menjaga hati sebab mencintai terlalu rentan untuk tersakiti. Tania tidak pernah membayangkan bahwa pria di sampingnya ini akan memberikan getaran-getaran aneh. Tania hanya tahu perasaan cintanya adalah untuk Aldy. Seseorang yang sangat perhatian dan baik kepadanya. Tania merasa dirinya disayangi dan dilindungi melalui perlakuan Aldy. Tania si yatim piatu, yang tidak mendapatkan perhatian seperti itu menyimpulkan bahwa perasaannya kepada Aldy adalah cinta. Sayangnya Aldy memilih orang lain. Patah hatinya masih terasa, walau Tania berusaha melupakan dan bersikap tegar. ***   Enam tahun yang lalu Asrama Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (NUS) Singapore Di kamar berukuran empat kali empat, Tania sedang mengetik sesuatu di laptopnya. Jam digital yang terletak di meja belajar menunjukkan pukul sepuluh pagi. Hari ini tidak ada jadwal kuliah sehingga dari pukul tujuh pagi Tania sudah menekuri laptop. Tania sedang menyusun strategi untuk meningkatkan penjualan properti di perusahaan yang mensponsori beasiswa Tania. Sejak masuk semester dua, Tania sudah tidak menerima beasiswa dari Aldy. Tania berusaha mencari perusahaan lain yang bisa memberikan beasiswa kepadanya. Jadi selain kuliah, Tania sudah mulai bekerja meskipun ia melakukannya secara online. Ketukan pintu kamarnya menghentikan kegiatan jemari Tania. Tania melepaskan kaca mata lalu membuka pintu kamar. Mozia teman satu asrama Tania berdiri di hadapan Tania. “Ada apa, Moz?” “Kiriman buat kamu,” jawab Mozia sembari menyerahkan sepucuk amplop kepada Tania. Setelah menutup kembali pintu kamarnya, Tania mencabik penutup amplop kemudian tampaklah sepucuk undangan. Tania membalik undangan warna perak yang seketika itu juga membuat jantungnya berhenti begitu melihat nama yang tertera di dalamnya. Aldyano Farely dan Lafila Kareniza Seminggu kemudian Tania sudah berada di kamar pengantin. Dua jam lagi akad nikah akan dilaksanakan. Tania mewakili pihak Aldy menemani Nagita sebagai bridesmaid Lafila. Tania melihat kegiatan penata rias sedang mengoles berbagai make up di wajah Lafila dengan pandangan kosong. Ia tidak dapat mendengarkan ocehan Nagita akan betapa senangnya gadis itu menjadi bagian penting dari pernikahan tersebut. Tania berjalan keluar untuk mencari udara segar. Rasa sesak menghantam d**a ketika menyadari tidak ada lagi kesempatan untuk bersama Aldy. “Kak Tania pasti bisa bahagia walaupun bukan bersama Kak Aldy.” Nagita telah berdiri di samping Tania di gazebo belakang rumah Lafila. “Hatiku mati. Apakah bisa hidup kembali?” tanya Tania. “Pasti. Hati memang milik kita sendiri, tapi kadang kita tidak pernah tahu ke mana hati kita ingin pergi,” jawab Nagita pelan, meremas ringan pundak kakak sepantinya itu. “Kak Tania harus bisa tersenyum. Kita berdoa demi kebahagiaan Kak Aldy, ya. Mereka sudah lama saling mencintai,” jelas Nagita. Di telinga Tani kedengarannya seakan Nagita berpikir bahwa Tania ingin hubungan kedua orang itu usai. “Aku tahu. Aku memang pernah berharap, tapi jika dia memilih orang lain untuk kebahagiannya, aku juga akan bahagia melihat mereka. Lagi pula aku tidak ingin serakah. Perhatian dan kebaikan Kak Aldy sangat berharga. Aku pun tidak pantas di posisi itu,” ucap Tania dengan datar. Menutupi kesedihannya. “Siapa bilang? Aku yakin akan datang the one untuk Kak Tania yang setara atau bahkan lebih dari Kak Aldy. Lagian hal itu relatif, Kak,” ucap Nagita memberikan dukungan. “Kamu kebentur tiang ranjang, Gi?” tanya Tania menyadari perubahan Nagita yang dia kenal selama ini. “Nggak.” “Kamu Nagita?” selidik Tania. “Iya dong ini aku. Nagita Rayanna,” sebut Nagita semangat sekali. “Nggak percaya kamu ngomong gitu ke Kakak,” kata Tania tersenyum mengejek. “Uuuh ... Cucunya Om Mario nih!” Nagita sudah kembali pada jati diri aslinya.   ***   Argio merupakan satu-satunya pria yang berhasil mengacaukan hari-hari Tania sejak ia remaja. Argio dengan sikap tak mau dibantah dan harus selalu diikuti itu kini dapat mengobati perasaan Tania. Argio selalu berada di samping Tania dan terus mengingatkan bahwa Tania hanya mempunyai perasaan sayang adik kepada kakak terhadap Aldy. Kini saat Tania memperhatikan kemesraan Aldy dan Lafila, bukanlah cemburu yang ia rasakan, tapi iri. Tania juga ingin dicintai seperti Lafila yang dicintai Aldy. Yah, meskipun ada kalanya ia tak nyaman karena masih ada sisa perih di dadanya. Namun, Tania meyakini bahwa itu bukan karena cemburu. Atau kalaupun cemburu, cemburunya adalah dari adik kepada kakak. Walaupun Tania masih sering bersikap tak acuh, angkuh, dan menyebalkan kepada Argio, jauh di dalam lubuk hatinya ia menempatkan Argio di tempat paling khusus. Sejak menyadari perasaan anehnya kepada Argio, Tania pun dengan sekali anggukan resmi menjadi kekasih Argio sebab pria itu meminta Tania menjadi kekasihnya hampir setiap minggu. Aneh dan bukan cinta. Lambat laun tanpa bisa ditahan, aneh yang dirasa menjelma cinta, meski Tania selalu menolak mengakuinya. Sesampainya mereka di rumah kontrakan Tania, Tania memberanikan dirinya mencium pipi Argio. Toh Tania kini sudah milik Argio dan sebaliknya, pikirnya. Argio tersentak dan memegangi bekas kecupan Tania. Selama mereka menjalin hubungan, baru kali ini ada sebuah ciuman. Walaupun itu hanya kecupan ringan di pipi, hal itu sudah mampu membuat Argio melayang. “Makasih ya, Gio,” ucap Tania. “Untuk?” tanya Argio. “Segalanya. Kamu udah sabar menunggu aku. Kamu udah sabar meyadarkan aku bahwa aku hanya menganggap dia kakak,” jelas Tania. “Aku melakukan itu semua karena aku nggak ingin kamu salah mengartikan perasaan kamu, sehingga kamu bertahan dengan rasa sakit yang seharusnya nggak kamu rasakan. Dan yang lebih penting, agar kamu mau melihat aku,” ucap Argio menatap tepat di manik cokelat Tania. “Iya. Aku sekarang bahagia karena ada kamu. Maafkan aku karena terlalu lama membalas perasaan kamu,” sesal Tania. “No, My Tan. Kamu nggak salah. Ini adalah perjuangan terbaikku untuk mendapatkan seorang malaikat. Kamu tahu, malaikatku sekarang nggak akan lari ke mana-mana lagi karena sayapnya telah aku awetkan di sini,” ucap Argio sambil memegang dadanya. Kembali senyuman manis itu tercetak di wajah tampannya. Tania tersenyum mendengar kata-kata Argio. Kalau saja ucapan itu diucapkan Argio sewaktu Tania masih SMA, pasti Tania sudah muntah dan akan menyumpal mulut Argio dengan kaus kaki. Tetapi sekarang, gombalan garing Argio itu mambuat kedua pipi Tania merah dan dadanya berdetak cepat. “Ya udah, aku pulang dulu ya. Jangan lupa cek seluruh pintu sebelum tidur.” pesan Argio sebelum meninggalkan rumah sederhana Tania. Setelah kepergian Argio, Tania masuk ke kontrakan yang telah ia tinggali hampir tiga tahun ini. Tania membawa badannya yang terasa kaku ke kamar mandi yang berada di kamarnya. Tania menyiram seluruh tubuh dengan shower. Tidak ada bak mandi atau jacuzzi di kontrakan kecil ini. Jadi Tania tidak dapat merasakan asyiknya berendam untuk menghilangkan penat. Tania sangat mensyukuri apa yang ia dapatkan saat ini sebab rumah ini atas usahanya sendiri. Ia tidak lagi bergantung kepada orang lain. Ia bekerja dengan kemampuannya sendiri, meskipun ia sekolah tinggi berkat bantuan Aldy. Tania menyisir rambut lembabnya di meja rias. Ia merasa sudah cukup dengan segala yang ia miliki saat ini. Tania yakin bahwa ia mencintai Argio. Tak ada lagi pura-pura tak suka. Tak ada lagi upaya penyekatan terhadap laju perasaan yang menderu biru kepada pria tampan keturunan Assasi. Semoga saja mereka akan diberikan kesempatan untuk saling mencintai dan memiliki seperti pasangan Lafila dan Aldy.   ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD