36- Tangisan Frustrasi

1546 Words
Argan akhirnya mengerti bagaimana Nino yang sampai tak tega jika tak mengabulkan permintaan dari klien kali ini. Permintaan itu memang sangat berarti bagi hidup orang itu. Dan mungkin selagi Argan dan Nino masih bisa menolong, maka akan mereka tolong. Juga ternyata perasaan Argan tak salah. Bella yang dimaksud oleh Nino itu adalah Bella yang sama ia temui dua kali berturut- turut lusa lalu itu. Bella si karyawan Mall terkenal di Jakarta itu memang benar yang hari itu membeli sebungkus tisu di minimarket tempat Argan bekerja. "Wah, jadi orang yang punya blog itu kamu?" Bella tersenyum antusias menanyakan kalimat pertanyaan itu. Ia duduk di hadapan Argan dan Nino. Mereka bertiga saat ini tengah berada di dalam sebuah foodcourt. Tempat itu sengaja Bella yang memilih karena entah mengapa ia merasa aman jika berada di dalam Mall tempat ia bekerja itu. "Iya, betul." Argan mengangguk dengan senyum melekuk. Ia menatap takjub pada Bella di depannya. Pemuda itu masih tak menyangka bahwa memang benar Bella ini adalah kliennya. Dan jika ditotal, sudah ketiga kali ini mereka bertemu. Pertama di minimarket, kedua di gang kos- kosan Argan, dan yang ketiga adalah di foodcourt ini. Apa mungkin sudah takdir? "Jadi kalian berdua sudah saling kenal?" tanya Nino. Ia menatap Argan dan Bella bergantian. Kemudian pemuda itu memasang raut wajah penasarannya. Baik Argan maupun Bella menganggukkan kepalanya begitu mendengar pertanyaan dari Nino itu. Dan anggukkan itu sekaligus penjawab dari pertanyaan yang diajukan Nino. Nino membulatkan bibirnya sembari menatap ke arah Argan dan Bella bergantian. "Oh ..." "Dia ini sosok wanita aneh yang gue ceritain kemarin." Argan menatap Bella tak melepas pandangannya ketika mengatakan kalimat itu. Nino mendelik dengan reflek. "Wanita aneh yang lo bilang?" Ia menatap Argan dengan kerutan dalam di dahinya. Selanjutnya Nino memandang ke arah Bella itu. "Serius? Kenapa bisa aneh?" tanyanya lagi. Argan hendak menjawab pertanyaan itu namun mendadak ia merasa bahwa ia tak mempunyai hak untuk menjawabnya. Semuanya tergantung pada Bella. "Tanya ke Bella langsung aja untuk detailnya." Ia akhirnya menyerahkan semuanya pada Bella. Nino yang mendengar itu, segera kembali mengalihkan tatapannya ke arah Bella. "Gimana, Bel?" tanyanya lagi. Nino kini makin merasa penasaran akan semuanya yang terjadi pada Bella. Bella terkekeh memperhatikan kedua pemuda di depannya itu yang tengah mengobrol sendiri itu. Ia menganggukkan kepalanya begitu mendengar ucapan dari Argan itu. Namun ketika ia mendengar Argan terus memanggilnya dengan sebutan wanita aneh, Bella sontak menatap Argan dengan tatapan protesnya. "Enak aja kamu panggil aku dengan sebutan wanita aneh, Gan!" Ia memprotes. Namun tak bersungguh- sungguh ketika memasang raut cemberutnya itu. Argan terkekeh dan hanya menampilkan dua jari yang digabung membentuk angka dua itu. Simbol itu menunjukkan permintaan maafnya. "Peace!" Ia terkekeh. "Lagian aneh banget sikap lo itu. Masa kek dikejar- kejar gitu. Untung gak kenapa- napa." Argan dan Bella terkekeh bersamaan. Namun tentu saja Nino tak dapat terkekeh, ia justru bingung mendengar penjelasan dari Argan itu. "Tunggu! Siapa yang dikejar- kejar?" tanya Nino dengan bingung. "Kalian ini lagi ngomongin apa, sih!" Ia menjadi gemas sendiri. Argan sontak tergelak mendengar pertanyaan dari Nino itu. "Waktu itu ceritanya Bella 'kan jatuhin tisu yang dia beli di minimarket, pas gue kejar- kejar dan niatnya pengen bantuin kembaliin tisunya, tapi gue malah diteriakin." Argan menggelengkan kepalanya ketika mengingat peristiwa hari itu. Nino terbahak. "Diteriakin? Anjir lo udah kek maling diteriakin segala." Ia makin keras meledek Argan itu. Argan memutar bola matanya sembari masih mendengarkan tawa dari Nino itu. "Dih enak aja, lo!" Nino masih tertawa terbahak. "Lagian sih, gimana ceritanya sih?! Argan mengulum bibirnya. "Tanya Bella aja." Bella mulai membicarakan semuanya yang ia maksud itu. Termasuk tentang peristiwa malam itu. "Jadi dulu aku ini sempat punya temen, dan temenku ini ngenalin aku sama temen dia." Bella mulai menjelaskan. "Nah terus temennya itu dijodohin sama aku. Orang ini jenis kelaminnya laki- laki dan namanya Bagas. Aku dulu sempat chat- an sama Bagas selama hampir sebulan. Sering jalan bareng juga, dan lama kelamaan dia jadi tahu tempat kosku, sering antar jemput aku." Bella mulai menautkan kedua jempol di kedua tangannya. Ia menarik napasnya. Kini ia mulai menceritakan puncaknya. "Karena sering antar jemput aku, lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan dia. Sampai suatu hari dia tiba- tiba ada di kosku padahal aku ingat betul terakhir kali pintunya sudah kukunci. Aku bingung gimana cara dia masuk ke kosku, tapi waktu itu kupikir bisa aja Bagas khawatir dan sampai pinjam kunci ke ibu kos. Terus hari itu aku gak curiga apapun dan bersikap seperti biasanya. Anehnya, besok harinya ketika aku tanya ke ibu kos tentang kunci itu, ibu kos bahkan gak tahu apapun. Ibu kos juga bingung gimana caranya Bagas masuk ke kamarku tanpa kunci. Padahal kunci itu selalu kubawa kemanapun. Akhirnya aku tahu kalau Bagas menduplikat kunci kamarku diam- diam, tanpa sepengetahuanku." Bella mengakhiri pembuka ceritanya yang panjang lebar itu. "Anjir!" Argan dan Nino sontak mengumpat begitu mendengar penjelasan dari Bella itu. Keduanya juga spontan menggelengkan kepala masing- masing sembari berdecak. "Terus?" tanya Argan dan Nino berbarengan yang makin penasaran dengan cerita Bella itu. Bella mengangguk. Ia bersiap untuk melanjutkan ceritanya. "Semenjak hari itu, aku mulai takut sama Bagas. Aku perlahan menjauh dan agak jaga jarak dari dia. Tetapi anehnya bahkan kami berdua bisa kebetulan ketemu di banyak tempat, dia muncul di mana- mana, padahal aku gak pernah ngasih tahu di mana keberadaanku." Bella menghela napas beratnya. "Puncaknya yaitu sewaktu aku mengganti nomor telepon dan pindah kos, aku putus semua kontakku dengan dia dan benar- benar menjauh. Karena tahu tempat kerjaku, suatu hari dia datang sambil marah- marah gak jelas di tempat kerjaku itu. Dia marah karena tahu aku sengaja menjauhinya. Dia bahkan bikin keributan. Sampai akhirnya satpam turun tangan dan usir dia. Semenjak itu kalau wajah Bagas akan jadi pertama yang dilarang masuk ke Mall. Makanya aku merasa aman ketika berada di Mall ini." Argan dan Nino menutup mulut dengan lebaynya. Mereka bersitatap dan selanjutnya memandang Bella dengan prihatin. "Terus? Dia udah gak gangguin di tempat kerja lagi, 'kan?" Nino yang pertama kali bersuara. Argan menimbrung, "Atau .. jangan- jangan ..." Bella kembali melanjutkan. "Itu belum seberapa. Bagas bahkan makin nekat. Pernah suatu hari dia mengikutiku dari tempat kerja dan diam- diam berjalan di belakangku tanpa sepengetahuanku. Dia akhirnya tahu kos baruku dan mendatangiku hari itu juga." Argan dan Nino makin membekap bibir mereka. Kini rasanya kedua pemuda itu tengah mendengarkan podcast bergenre thriller. Mereka bahkan makin antusias mendengar. "Bagas hampir aja menyakitiku hari itu. Makanya aku makin takut sama dia." Bella merinding seketika merinding ketika mengingat peristiwa hari itu. "Tunggu dulu! Bukannya kamu bisa lapor ke polisi?" tanya Nino lagi. Ia memotong penjelasan dari Bella itu. Bella menghela napas. "Iya. Aku udah pernah lapor ke polisi. Tapi karena Bagas bisa berpura- pura baik di depan polisi, akhirnya dia lolos. Anehnya dia sama sekali gak dapat hukuman berat, hanya membayar denda saja." "Wah, parah!" "k*****t tuh si Bagas!" Bella menghela napasnya. "Semenjak itu aku udah capek lapor polisi karena pasti ujung- ujungnya akan berakhir damai tanpa hukuman berat. Aku juga gak mungkin ngehubungin keluargaku karena mereka tinggal jauh. Makanya aku butuh cara lain untuk menghukum orang itu." Nino dan Argan mengangguk. Mereka berdua membenarkan semua yang dikatakan oleh Bella. "Terus sekarang akhirnya aku pindah kos lagi, dan ganti nomor ponsel lagi." Bella menambahkan. Ia menggoyang- goyangkan ponselnya di hadapan Argan dan Nino itu. Lalu sedetik berikutnya ia kembali menghela napas dengan frustrasi. "Bahkan di hari aku ketemu kamu, Gan, aku sempat diikutin sama Bagas." Bella tiba- tiba mengingat kejadian malam itu. Argan tersentak. "Oh, yang kamu teriak itu?" Bella mengangguk. "Iya. Aku tahu dia ngikutin aku, bahkan semenjak pertama kali aku ke luar dari Mall. Dia pasti sengaja nyari tahu di mana aku tinggal lagi kali ini. Makanya hari itu aku terus aja berjalan tanpa tujuan dan sampai nyasar ke gang kos- kosanmu. Untungnya aku berhasil pulang dengan selamat tanpa dia tahu di mana tempat tinggalku." Ia menjelaskan kejadian hari itu di mana ia yang diikuti oleh Bagas dan pertemuannya dengan Argan. Argan mengangguk. Ia ingat betul hari itu. Sangat mengingat dengan jelas raut wajah ketakutan Bella hari itu. Argan mengangguk- anggukkan kepalanya. Ia paham sekarang. Ia akhirnya mengerti mengapa Bella hari itu selalu memperhatikan sekitarnya, ia takut bahwa ada Bagas yang akan datang menyakitinya. "Aku takut ..." Pada akhirnya Bella menitikan air matanya. Ia menunduk pada meja di mana gelas mereka berjejer. Dan ketika wanita itu mengangkat kepalanya, Argan dan Nino dapat melihat dengan jelas bagaimana raut menyedihkan dari seorang Bella. "Makanya aku cari cara gimana pun untuk membebaskan diri dari Bagas itu. Dan sampai akhirnya aku bisa ketemu kalian," ucap Bella lirih. Airmatanya makin deras bahkan Bella kini menangis. Ia menangis dengan sesenggukkan. Tampak sangat menyedihkan. "Tolong, tolong aku untuk menghukum penguntit itu ...," ucap Bella lagi, dan kali ini ia benar- benar terlihat sangat frustrasi. Wanita itu menangis sesenggukkan. Ia tidak malu dilihat oleh dua pemuda yang usianya lebih muda darinya itu yang bahkan baru dua jam bertemu dengannya itu. Entahlah, Bella kini pasrah. Namun dalam hatinya, ia bahkan mengerti kalau Argan dan Nino adalah orang yang baik. Argan dan Nino yang melihat ada seorang wanita menangis di hadapan mereka, tentu saja tidak tega. Sungguh mereka tak tega. Jadi begitu Bella mengangkat kepalanya lagi untuk menatap kedua pemuda di hadapannya itu, ia mendengar kalimat paling menenangkan seumur hidupnya. "Tenang aja, kami berdua akan tolong kamu untuk menghukum penguntit itu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD