26- Seruan di Gedung Aula Pernikahan

1017 Words
"Halo, cewek- cewek! Kita ketemu lagi!" Hana dan Dini pura- pura tak mendengarkan sapaan dari Vito itu. Mereka sibuk memainkan ponsel mereka masing- masing dan masih mengacuhkan pemuda itu. Vito tak kehabisan ide. Ia langsung duduk di kursi kosong sebelah Hana yang tadinya diduduki oleh Argan itu. Sambil menyilangkan kakinya, pemuda itu kembali berucap, "Gak nyangka bisa ketemu kalian berdua di sini." Vito tak ingin kembali diacuhkan, jadi sebelum Hana makin mendiamkannya, pemuda itu melanjutkan kalimatnya lagi. "Kalian berdua pasti masih belum move on, ya, dari Ardian itu, makanya kalian datang ingin lihat Ardian sebelum dimiliki orang lain." Ia bergelak. Disusul oleh gelak tawa teman- teman segerombolnya. Tawa membahana itu sempat membuat orang- orang di sekitar mereka terganggu, namun tamu- tamu itu langsung mengabaikannya begitu saja. Hana dan Dini sontak menoleh pada Vito. Hana yang paling dekat dengan Vito itu hanya bisa berdecak melihat tingkahnya. "Bukan urusan lo." Ia acuh. Tak ada gunanya berurusan dengan Vito si biang kerok itu. Vito mendecih. "Kenapa? Lo pasti belum move on, gue yakin." Lama- lama Hana sewot mendengar ucapan pemuda itu. "Gue udah move on, ya!" Vito terkesiap dibentak oleh Hana itu, tetapi ia malah terkekeh. Selanjutnya ia memandang ke arah kursi di sebelah Hana tempat di mana Dini duduk itu. "Eh, Hana, lo masih temenan sama Dini meskipun kalian berdua punya mantan pacar yang sama? Dan bahkan diputusin di waktu yang sama?" tanyanya dengan nada dibuat- buat itu. Dini mengulum bibirnya dengan geram. Ingin rasanya ia tinju saja mulut kotor Vito itu. "Kenapa? Lo amaze gitu karena gue masih temenan sama Dini?!" Hana gantian menantangnya. Ia kini sudah habis kesabaran melihat Vito. Wanita itu bangun beranjak dari duduknya. Kemudian menunjuk- nunjuk ke arah Vito dan gerombolannya itu. "Lebih baik kalian cari tempat duduk kosong yang lain deh. Jangan di sini!" Hana berteriak geram. Teriakan Hana itu membuat sebagian orang di sekitar mereka mulai memperhatikan kejadian yang berlangsung. Vito kini merasakan malu karena ditatap oleh berpasang mata itu. Namun bukan Vito namanya jika menyerah meledek Hana begitu saja. Vito memang sejak pertama kali mendengar bahwa Hana berpacaran dengan Ardian, ia sudah meledek wanita itu habis- habisan. Ardian adalah salah satu teman di departemennya, yang tak ia sangka akan menyukai Hana. Dulu awalnya Vito hanya meledek Hana dan Ardian, namun lama- lama ia menantang Ardian. Tantangannya tak main- main, yaitu memacari Hana dan temannya sekaligus. Bodohnya Ardian menyanggupi tantangan itu hanya untuk mendapatkan hadiah mobil dari Vito. Pria itu pasti sudah tak punya nalar. "Kenapa sih lo belum sadar juga kenapa Ardian putusin lo dan Dini sekaligus?" Vito bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah Hana. Hana sontak memundurkan tubuhnya. Mungkin tadi ia sangat berani, namun kini ia bagai tak memiliki kekuatan apapun. Vito menatapnya dengan tatapan menakutkan. "Ardian pacarin lo dan Dini bukan karena dia suka kalian berdua, tapi karena gue nantang dia untuk hadiah mobil di hari pernikahannya," ucap Vito lagi sembari menyeringai. Hana mendecih. "Lo pikir gue gak tahu?" Ia menantang balik Vito. "Lo tahu itu dan tetap datang ke pernikahannya?" Vito menunjuk- nunjuk arah pelaminan. "Kalau gue jadi lo, bakal gue sobek- sobek undangan yang dia kasih itu." Hana terus mundur seraya langkah Vito yang kian mendekat ke arahnya. Ia ingin menjawab perkataan Vito itu, namun tak sempat ia lakukan. Dress merah muda yang dikenakan Hana tak sengaja terinjak. Hal itu membuat Hana kehilangan keseimbangannya. Wanita itu hanya perlu menunggu dirinya jatuh sekarang. Hana menjerit dan sudah hampir terjerembab sampai akhirnya sebuah tangan menahan punggungnya. Tangan kokoh itu menahan punggung Hana dengan kuat, dan hampir memeluknya seolah membuat Hana tetap tegap berdiri. "Hana!" Hana menoleh ke belakang. Ia kini menemukan pemilik tangan yang telah menyelamatkannya itu. Tangan itu ... adalah tangan Argan. "Kamu gak apa- apa?" Argan tersenyum dengan tatapan meneduhkan ketika menatap Hana. Senyumannya membuat Hana seolah tak dapat berpikir apa- apa lagi. Meneduhkan di hatinya. Argan membantu Hana berdiri tegap. Dan semua adegan manis itu disaksikan oleh Vito dan teman segerombolnya itu dengan tatapan melongo. Tatapan Argan kini beralih pada Vito dan teman- temannya itu. Ia memelototi balik mereka semua. Dengan nada bulat yang ia buat- buat, pemuda itu bertanya, "Siapa kalian yang udah bikin Hana jadi hampir jatuh?" Ia kini menatap Vito dengan nyalang. "Lo ya yang udah bikin Hana jadi seperti tadi?!" Vito mengerjap. Ia kebingungan melihat sosok pemuda di dekat Hana itu. "Lo ... siapa?" Hana menjawab dengan geram. "Dia pacar gue!" Tangannya beralih mendorong Vito. "Pacar lo?" Vito menatap Hana tak percaya. "Cih, lo yakin dia pacar lo? Bukannya dia ini masih kecil?" Ia menunjuk- nunjuk ke arah Argan dengan remeh. Argan merasa tak terima. Ia hendak menyahuti, namun ucapannya tak sempat ia lontarkan saat Dini yang sedari tadi diam kini berseru lantang. "Vito, cukup! Belum puas lo bikin Hana resign dari kantor karena terus aja lo gangguin?!" Dini menatap Vito dengan geram. Wanita itu kini mendongak menantang pemuda yang jauh lebih tinggi darinya itu. "Jadi lebih baik sekarang lo jangan pernah gangguin Hana lagi! Ngerti?!" seru Dini lagi dengan suara cemprengnya, ia selanjutnya menarik Hana menjauh dari hadapan Vito. Argan melongo melihat teriakan Dini itu. Begitu juga dengan Vito yang bahkan mengerjap bingung diteriaki seperti itu. Sedangkan Nino, em, tampaknya pemuda itu hanya bisa menjadi penonton saja kali ini, karena ia tak mampu berkata- kata lagi setelah melihat Dini yang tadinya kalem mendadak menjadi garang. "Hey, mau ke mana?!" Vito mencoba mengikuti langkah Dini dan Hana itu, namun tak ia lakukan- "Jangan, bro!" -karena Argan langsung mencegat langkahnya. Argan menatap Vito dengan tegas. "Jangan disusul." Vito menggertakkan giginya. "Siapa sih lo?!" "Gue siapa ini gak penting. Yang penting sekarang itu lo tahu kalau Hana ingin hidup tenang tanpa gangguan dari lo lagi." Argan berujar dengan tegas. Ada gunanya juga jas yang ia kenakan itu. Argan bisa bertingkah lebih tua dari usianya. Setelah mengucap kalimat itu, Argan melangkah menjauh dari gerombolan itu. Disusul oleh Nino di belakangnya yang sudah hampir berlari kecil. Berikutnya, suara MC di depan mulai terdengar memenuhi aula pernikahan itu, sehingga Vito tak dapat melangkah ke mana- mana seiring berjalannya acara itu. "Cek! Mas- mas yang di sana, bisa tenang?! Bisa kita mulai sekarang acaranya?!" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD