Prolog

299 Words
“Listen to me, Chen-chen.”   “You are beautiful, you’re smart, you’re gorgeous.”   “You have a heart like an angel, you’re my love.”   “You can’t see, i know it. But you have anything in your heart, sweetheart.”     Sheninna Sudrajat terus mendengarkan ucapan dari ibunya. Gadis berusia 24 tahun itu kini tengah merasa gelisah karena mendapatkan kabar bahwa pria yang ia cintai sejak kecil menyetujui untuk menikahinya. Ia senang, tentu saja. Namun, perasaan gelisah itu tak bisa ia hilangkan. Pria itu adalah pria yang sempurna, sedangkan dirinya ... melihat dunia saja ia tidak bisa. “Kalau dia tidak bisa menerima keadaanku, bagaimana Bunda?”     “Hilangkan rasa takut itu. Yakinkan dirimu kalau kamu itu pantas untuk menjadi istrinya. Dia pria yang kamu cintai dari kecil, Chen ... kamu harus senang karena ia akan menikahimu.”   “Aku ... takut, Bunda.”   “No, ada Bunda, ada Ayah, ada Bang Irfan, ada Kak Tiara, kamu gak sendiri, sayang. Kami akan menemanimu.”   Dalam kegelapan, tak ada yang bisa ia lihat satu pun, hanya bayangan hitam saja yang memenuhi matanya, Shennina menghapus air mata yang jatuh. Lalu tangannya bergerak mencari wajah ibunya, ketika menyentuhnya Shennina mengelus pelan wajah itu, ia merasakan garis bibir itu melengkung menandakan ibunya tengah tersenyum. “Terima kasih, Bunda ... karena selalu ada bersamaku.”   “Kamu putri Bunda, kamu kesayangan Bunda, jangan bilang terima kasih seperti itu, karena itu memang sudah kewajiban Bunda sebagai ibu kamu, Chen. Ayo ... sekarang kita dandanin kamu, biar tambah cantik, biar dia ngelihat kamu nanti gak bisa berkedip matanya.”   Mata indah Shennina yang berwarna hijau tua menatap lurus dan kosong ke depan. Bibirnya melengkung membuat sebuah senyuman manis nan cantik di wajahnya. Ya, dia Shennina Sudrajat siap untuk bertemu dengan pria yang ia cintai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD