Haters

1028 Words
*Happy Reading* "Kata gue sih dia murahan. Tuh, liat aja kelakuannya. Udah tahu tunangan orang, masih aja nempel-nempel kek cewek gatel. Fix lah, pelakor pasti!" "Lo ngapa dah, No? Berisik sendiri nontonin hp doang. Kek emak-emak pecinta sinetron lo!" Arkana pun menggeleng tak habis pikir, melihat kelakuan Bruno, asistennya yang aneh sedari tadi. Padahal ini waktunya kerja. Tapi malah main hp. Mana berisik lagi. Bikin ganggu konsentrasi. "Sialan lo! Cakep gini, malah di samain sama emak-emak pecinta sinetron. Buta atau gimana, lo?" tukas Bruno tak terima. "Tetep gantengan gue." Arkana menjawab santai. Namun, sukses membuat Bruno misuh-misuh kesal. Faktanya, itu memang benar, kan? "Lagi lo kenapa, sih? Nonton apaan sampe rame sendiri kek gitu?" tanya Arkana kemudian. Lumayan kepo dengan apa yang sedang asistennya lakukan. "Lagi nonton live-nya si Dita." "Dita asistennya Karmila?" "Iya, itu." "Owh ...." Arkana bergumam panjang. "Kok, gue baru tahu ya, kalau lo nge'crush-in Dita?" "Sembarangan!" bantah Bruno tegas. "Gak ada ya, gue suka sama cewek bawel macam si Dita itu. Kek gak ada cewek lain aja," terang Bruno menggebu-gebu. Membuat kening Arkana bertaut seketika. Jadi, tebakannya salah? "Lah, kalau bukan itu alasannya, lalu apa? Tumben banget lo kepo sama Live orang?" Bruno berdecak kembali. Kesal dengan cecaran pertanyaan Arkana, sahabat sekaligus bos-nya. "Gue bukan kepo, elah. Cuma gak habis pikir aja sama yang ada di live itu." Bruno membela diri. "Memang isi live-nya apaan?" Tak ayal, jawaban Bruno pun semakin membuat Arkana kepo. "Karokean sama Karmila." Kening Arkana semakin mengerut dalam. Masalahnya, apa yang salah dengan sebuah karokean. Bukannya itu gak melanggar hukum apa pun, ya? Kenapa si Bruno ini kayaknya gak suka banget? "Terus? Masalahnya sama lo apa? Kenapa lo jadi ribut sendiri? Baper lo, gak diajak karokean?" Arkana pun semakin mencecar. "Nggaklah!" "Lalu?" "Gue cuma kesal aja sama kelakuan si cewek songong di sana, yang gatel banget sama tunangannya Karmilla." Tunggu! Cewek songong? Sepertinya, Arkana tahu siapa yang dilabeli nama itu oleh Bruno. "Maksud lo ... Arletta? Cewek yang waktu itu bantu kita nolongin Karmilla, kan?" "Iya, dia! Lo liat sendiri, dah? Ini si Karmilla gak cemburu apa, tunangannya sedeket ini sama si cewek songong?" Bruno pun berinisitif menunjukan sendiri ponselnya ke arah Arkana. Dengan layar depan yang sedang menampilkan live asisten salah satu model kenalannya, Karmilla. Arkana memperhatikan interaksi antara Arletta dan Elkava, nama tunangan Milla di dalam live tersebut. Namun, dia tidak melihat keintiman sama sekali di sana, kok. Lalu, yang membuat Bruno menyebut Arletta gatal itu, bagian mana? "Mereka gak mesra-mesraan di sini? Jangankan cipokan, rangkulan aja nggak. Ngobrol doang ini. Lalu, kenapa lo bilang dia gatel?" Akhirnya, Arkana pun menyuarakan uneg-unegnya. "Memang gak sampai sejelas itu. Tapi, coba deh lo perhatikan. Mereka tuh kedekatannya beda banget. Terlalu akrab untuk sekedar dibilang teman saja." Bruno masih bersikukuh. Arkana melirik isi live itu lagi. Dia sana, terlihat Elkava menjepit kedua pipi Arletta dengan gemas hingga bibir gadis itu mengerucut lucu. Kemudian langsung dibalas Arletta dengan membuka mulutnya lebar, seakan ingin menggigit tangan Elkava. Pria itu pun segera menjauhkan tangannya dari Arletta, seraya terbahak renyah sekali. Sementara Arletta, mendelik kesal dan langsung menjambak rambut Elkava dengan ganas. Seperti ada cubitan kecil di sudut hati Arkana. Menimbulkan rasa panas, yang menjalar perlahan menjadi semakin lebar. Apa ini? Kenapa Arkana tidak suka dengan interaksi keduanya. Terlepas memang tak ada keintiman yang berarti di sana. Tetap saja Arkana kesal sendiri. "Sebagai sesama cowok. Gue rasa lo pun pasti bisa menyadari, jika ada something di antara mereka." Bruno kembali bersuara. Sejak insiden kolam renang itu. Bruno memang terlihat kesal sekali dengan Arletta. Masih belum terima dengan kepintaran gadis itu, yang berhasil menyalipnya dalam menyelamatkan Karmilla. Bukan karena Bruno suka pada Karmila. Tetapi lebih ke ... apa ya? Ego-nya sebagai pria tercubit saja. Ngerti kan? Cowok dan ego tinggi memang tidak bisa dipisahkan. "Lo gak liat, di sana juga ada Milla. Dan kalau memang Arletta ini gatal. Ya kali si Milla gak sadar. Bukannya, feeling cewek itu kuat, katanya. See ... dia gak kelihatan keberatan kok dengan interaksi tunangannya dan Arletta." Arkana masih mencoba berpikir positif. Terlepas dari rentetas komentar yang juga turut menghujat dan mengatai Arletta. Rasanya, Arkana tidak tega jika harus ikut membully gadis itu. "Nah! Justru itu yang gue gak habis pikir." Bruno tiba-tiba menjentikan jari dengan keras. Membuat Arkana sedikit terkesiap karena kaget. "Si Milla itu antara bego sama terlalu polos gak, sih? Bisa-bisanya dia biarin tunangannya sama cewek lain. Gak takut ditikung atau gimana? g****k banget gak, sih?" Setelahnya, Bruno semakin menggebu menyuarakan rasa tidak sukanya. "Gue rasa, yanh g****k itu elo!" tukas Arkana akhirnya dengan sengit. "Loh, kok gue?" Bruno tak terima. "Ya iya, elo! Udah tahu kerjaan banyak kek gini. Bisa-bisanya lo malah ngurusin hidup orang. Bener-bener kek emak-emak lo. Doyannya ghibah mulu. Kurang dosa atau bagaimana, lo?" "Bukan gitu, elah. Gue cuma--" "Cuma apa?" Arkana menyalak galak. "Heh! Lo tuh cowok, ya, Bruno. Biasanya juga lo sok cool dan gak banyak tingkah. Kenapa sekarang lo kayak gini?" Bruno tidak berani bersuara. Bagaimana pun, dia sadar posisi di sini. Meski Arkana adalah sahabatnya, tapu dalam kerjaan. Arkana tetap bos-nya. Selain itu, Bruno juga merasa tersentil juga dengan ucapan Arkana barusan. Jujur saja, Bruno memang masih sangat kesal dengan si cewek songong. Rasanya, pengen banget Bruno ajak gelud. "Gue tahu lo gak suka sama Arletta. Tapi, bukan berarti lo jadi kekanakan gini, nyari-nyari kesalahan hanya untuk jatohin tuh cewek. Pengecut tahu, gak? Kalau lo emang masih kesel sama tuh cewek. Ajakin aja tarung, biar puas sekalian!" "Gila aja lo! Gue bukan cowok pengecut yang mukul cewek, ya? Lagian, mana bisa dia lawan gua. Di mana-mana, cewek kan makhluk lemah." Bruno tak terima dengan ucapan bos-nya itu. Diam-diam, Arkana tersenyum culas. Teringat kejadian pria mabuk di cafe. Bruno pasti akan sangat syok jika tahu kebenarannya. Bahwasanya Arletta itu memang tidak bisa diremehkan begitu saja. "Terus yang lo lakuin ini apa? Bukannya, nyari-nyari kesalahan orang lain juga namanya pengecut? Beraninya lewat jalur belakang buat jatohin. Kalau berani, lewat jalur depan dong, biar pro!" Bruno pun memilih diam. Tak ingin melanjutkan debatan, agar tidak semakin panjang. Meski ... Bruno akui. Dia kembali sedikit tercubit dengan ucapan playboy di depannya ini. 'Sialan lo gadis songong! Gara-gara lo, gue jadi kek orang gak waras!'
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD