PROLOG

237 Words
2 tahun yang lalu. "Halo, Bu?" Sapa seorang wanita sambil mengendarai mobilnya. Headset putih bertengger manis di telinganya. Hujan tidak berhenti semenjak sore tadi. Wanita itu berusaha menembus derasnya hujan yang membuat pandangan mini cooper hitamnya sedikit kabur. Hari sudah gelap, wanita ini harus segera pulang setelah dia mampir ke rumah sahabatnya yang sedang open house. "Kamu dimana, Nduk?" Tanya seorang wanita paruh baya dari sebrang sana. "Ini lagi di jalan, Bu. Sebentar lagi sampai." Balas wanita cantik itu. "Hati-hati, Nduk. Tidak usah terburu-buru. Kalau bisa ber-" BRUUKKK... Tut... tut... tut... Wanita paruh baya tersebut tersentak saat mendengar suara kencang itu. Hatinya mulai gelisah membayangkan apa yang terjadi pada putrinya. Wanita paruh baya itu mencoba menghubungi sekali lagi putrinya. Tapi nihil. Nomornya tidak aktif. Wanita paruh baya itu mulai menangis. Tak lama, deringan telpon rumah terdengar. Wanita paruh baya itu segera meraih gagang telpon tersebut. Mungkin itu adalah Putrinya. "Halo, Nduk?" Ujar wanita itu dengan senang. "Apa benar ini kediaman ibu Anisa Yudhistira?" Tanya suara seorang pria di sebrang sana. "I-iya. Saya ibunya. Ada apa ya, Pak?" Tanya wanita paruh baya itu. "Ibu Anisa kecelakaan, Bu. Sebuah truk menabraknya. Kondisinya saat ini sangat parah. Ibu bisa melihat sendiri keadaan putri ibu." Wanita paruh baya itu langsung terduduk mendengarnya. Menangis pilu. Seorang pria tampan turun dari lantai atas dengan membawa seorang bayi mungil yang tengah terlelap. Memasang raut panik saat mendengar tangisan wanita paruh baya itu. "Ada apa, Bu?" Tanya pria itu. Wanita paruh baya itu menangis dan menyuruh pria tampan itu untuk pergi kerumah sakit. Pria itu menyerahkam bayi mungilnya dan bergegas pergi kerumah sakit. =====
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD