Reda tahu, Ta murka. Namun, semalam itu dia juga yang menyediakannya. Ta sendiri yang menghantarkan pria nikmat itu. Bagaimana Reda bisa mengendalikan situasi jika hasratnya sudah mengalahkan akal sehat dan nurani?! Masalah sudah menumpuk, ditambah memang buncah energi cinta yang lama terbendung. Ta kesal tak tanggung-tanggung. “Jadi bagaimana? Kau ingin dia bertanggungjawab kepadamu, jika kau hamil?” Reda menggeleng bingung, “Aku tak tahu. Kuharap aku tak hamil.” “Malam kalian sangat panas sepertinya,” sindir Ta tajam, bertatapan cemooh. Reda merengut, tak bisa dipungkiri. Bahkan dengan Arthur tak senikmat itu meski dirinya sadar maupun tak sadar. Entah pengaruh alkohol atau memang sudah terlampau lama tak menikmati sentuhan pria. Reda tak bisa sepenuhnya menyesali pengalaman sema

