Pagi 3

1358 Words

Ta tak peduli Arthur sungguh mencintai Reda atau tidak, tetapi muak saja Ta dengan Reda yang berpikir Arthur atau Abifata akan berbuat baik kepadanya. Rasanya Ta mau mencuci otak Reda agar tak terlalu haus kasih sayang begitu. “Kau tidak harus memberitahunya kondisimu.” “Lalu bagaimana aku menjelaskan padanya? Sebelumnya aku bilang hamil, lalu aku harus bilang apa?” “Kau berbohong,” jawab Ta santai. “Aku akan malu kalau begitu, Ta.” Ta heran, hingga refleks satu alisnya naik tinggi, “Kalian sudah saling melepas pakaian, dan kau malu? Sekedar mengakui berbohong kepadanya?” Lagaknya Reda seperti orang yang tak pernah ketahuan berbohong saja. Benar-benar Ta tak paham konsep malu wanita gila itu. Reda menggulung bibir. Ta benar, ada gengsi yang mencegahnya untuk menghubungi Arthur

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD