Ada yang aneh terasa saat Ta akan bangun dari tidurnya. Sesuatu yang kenyal menempel, berat dan hangat. Ta mencium aroma wangi, merasakan suhu tubuh seseorang memancar kepadanya serta napas teratur yang damai sekali. Ta perlahan membuka mata, tanpa bergerak ia melirik kepala yang menyelip di ketiaknya. Reda, siapa lagi yang bisa masuk ruangan pribadi mereka kalau bukan dia. Hampir Ta mendorongnya kasar, sampai ia ingat kejadian semalam. Ketakutan mungkin saja memengaruhi tindakan Reda. Amat sangat wajar jika Reda memilih tidur sambil memeluk Ta setelah semalam berendam dingin serta diteror tremor dua pria yang berniat menggagahinya. Sebagai penolong Ta tahu, harusnya ia tak setengah-setengah melepaskan ketakutan Reda, tapi bagaimana lagi jika sudah kantuknya yang mengambil alih tubuh. “

