Chapter 3. Miss White

1214 Words
            Wanita yang sering disebut sebagai Miss White itu lalu melangkahkan kakinya keluar dari mobil mewahnya. “Selamat malam.” Jawabnya singkat dengan satu kedipan mata genitnya.             Pria yang menyapanya itu lalu menggandeng tangannya masuk ke dalam diskotik miliknya itu. Pria yang dipekerjakan khusus untuk menyapa dan mengantarnya ke dalam diskotik serta mengantarnya kembali sampai ke luar diskotik.             Sungguh dengan seperti ini, Zuha merasa diperlakukan sangat spesial sekali oleh para pekerjanya.             Wanita dengan balutan red dress itu lalu berjalan anggun di dalam gandengan tangannya dengan satu pekerja pribadinya itu.             Saat kakinya mulai melangkah masuk di pertengahan pintu utama, suara dentuman musik sudah terdengar di telinganya.             Kakinya tetap melangkah menyusuri lorong yang sudah berhiaskan banyak warna di sekitarnya. Bahkan para lampu mengelipkan warnanya dan menyorot sampai ke setiap sudut ruangan. AC di dalamnya bahkan sudah tidak mampu lagi untuk mendinginkan kobaran api semangat para manusia yang menjamah dan menikmati keindahan malam di dalamnya. Ruangan penuh kebebasan itu terasa panas saat seorang wanita anggun bergaun merah melangkah masuk ke dalamnya. Langkah anggunnya menyusuri setiap orang yang meliak-liukkan tubuhnya di latar dansa, di atas meja, maupun di panggung bagian depan. Para ajudan mulai memotong jalan dari arah depan, seraya memberi akses jalan untuk Ratu Levent Coltar yang hendak berjalan menuju panggung utama. Suara dentuman musik seakan ikut mengiringi langkah kakinya. Senyuman nakalnya mulai tercetak di wajah seksinya. Para p****************g mulai menatapnya dari ujung atas sampai ujung bawah. Tidak sedikit diantara mereka yang berulang kali menegukkan salivanya melihat belahan d**a seksi milik Ratu Levent Coltar yang akrab disapa Miss White itu. Pengawal pribadi yang menggandeng tangannya lalu menunduk hormat dan membantunya berjalan sampai ke atas panggung. “Silahkan Miss White.” Ucap pengawal pribadinya itu dengan senyuman menggodanya.             Miss White yang bernama asli Zuha, dia hanya dan merespon dengan satu kedipan mata genitnya.             Pengawal pribadinya tersenyum, lalu melangkahkan kakinya kembali turun dari panggung.             Suara dentuman musik mulai dialunkan dengan nada pelan.             Semua orang menatapnya dengan tatapan terpanah.             Jika pria menatapnya dengan tatapan buas dan ingin menyerang, begitu juga para wanita dengan kepribadian ganda. Para lesbi juga menatap Zuha dengan tatapan panasnya, seakan ingin melumat bibir seksi dan meremas dua gundukan kenyal dan montok miliknya. …             Seorang pria kemudian memberikan Mic ke arahnya.             Dia mulai membuka suaranya. “Good night, everybody.” Sapa Zuha kepada para pengunjung dan pelanggannya.             Semua orang menyapanya. “Terima kasih sudah berada disini. Kalian bisa menikmati malam indah ini dengan penuh suka cita. Dan…”             Dia lalu berjalan maju ke depan, dan berjongkok menatap mereka semua yang sedikit lebih rendah dari dirinya.             Dengan paha seksinya, dia berjongkok dan membiarkan belahan dadanya menjuntai ke bawah. “Dan kalian bisa sepuasnya berpesta karena aku membebaskan kalian malam ini.” Ucapnya lagi lalu berdiri dari posisi jongkoknya sambil meraba-raba tubuh bak biolanya itu.             Musik kembali berdentum sekeras-kerasnya. Menghipnotis para tamu untuk menari-nari dengan perasaan bebasnya.             Zuha tersenyum bak iblis melihat mereka semua yang berada di bawahnya.             Dia lalu melempar Mic yang dia pegang kepada pengawal yang ada di sampingnya, yang sedikit berjarak darinya.             Dengan langkah anggunnya dia berjalan menaiki tangga yang ada di sudut ruangan panggung. Semua para pekerja tersenyum dan juga mengedipkan mata mereka ke arah Bos Seksi mereka.             Mereka tahu, jika Bos mereka sangat bersahabat. Dan mereka juga sangat menghormati Bos yang sering mereka sapa Miss White. Karena mereka tahu, kalau Bos mereka bukan tipe wanita nakal yang merusak dirinya.             Karena sejauh ini mereka bekerja di Levent Coltar Discotik, mereka tidak pernah mendengar  kabar panas membahas Bos Seksi mereka itu. …             Kaki Zuha terus melangkah melewati beberapa ruangan terbuka VVIP yang diisi oleh banyak lelaki hidung belang dengan para wanita bayarannya.             Dalam setiap langkah kakinya, jemari lentiknya menyangga mengelus pelan wajah seksi full make up naturalnya.             Sesekali dia melempar senyuman nakalnya kepada para pelanggan setia Levent Coltar Discotik.             Para pelanggannya juga sudah sangat paham siapa Miss White sang pemilik The Levent Coltar Discotik, seorang wanita seksi yang sangat menjaga martabatnya. Sehingga mereka juga menghormati bahkan tidak berani menyentuh atau bersikap nakal kepadanya.             Selain mengingat itu, mereka juga tidak mau dibantai habis oleh orang-orang yang dipekerjakan khusus sebagai ajudan pribadinya.             Yang mereka tahu, Miss White yang mereka kenal bukanlah orang sembarangan. Identitasnya aslinya bahkan tidak ada satupun dari mereka yang tahu. Kecuali dua ajudan pribadinya, Petra dan Lenata. …             Kaki jenjangnya terus menyusuri lorong demi lorong dengan cahaya remang-remangnya.             Tepat di sebuah ruangan bernuansa klasik. Kakinya berjalan menuju sebuah pintu mewah.             Seorang penjaga membuka pintu untuknya. “Terima kasih.” Ucap Zuha kepada penjaga yang membukakan pintu untuknya.             Penjaga itu mengangguk iya dan tersenyum ke arah Bos Seksi mereka. Ceklek! Pintu ruangan kembali tertutup. Zuha mengibaskan rambutnya dan menaruhnya di depan menutupi dua gundukannya. Dia lalu berjalan menuju meja dan kursi kebesarannya. “Haahhh.” Zuha melepaskan rasa penatnya di kursinya.             Dia lalu memutar kursinya menghadap jendela transparan yang menyajikan pemandangan malam yang indah Negara Dubai.             Matanya mulai berkedip memikirkan hal-hal yang akan dia lakukan untuk ke depannya.             Ucapan Grandpa nya, Okan masih terngiang di telinganya saat ini.             Sungguh, bukan dia tidak ingin membantu Grandpa nya meneruskan perusahaan keluarganya. Tetapi dia tidak ingin Grandpa nya menyerahkan semuanya padanya.             Zuha berpikir, jika Grandpa nya melakukan itu karena sadar akan usianya yang sudah tua. Dan dia tidak mau ditinggalkan oleh Grandpa nya begitu cepat.             Cukup baginya dia ditinggalkan oleh kedua orang tuanya saat dia masih kecil. Dan untuk sekarang, dia belum sanggup jika harus ditinggalkan oleh Grandpa yang sangat dia cintai itu. “Aku akan meneruskannya Grandpa….” “Tapi tidak untuk sekarang.” Ucap Zuha dalam pandangannya masih tertuju pada hamparan malam indah yang ada di hadapannya saat ini.             Dia kembali memutar kursinya dan menghadap meja kerjanya.             Dia lalu membuka beberapa berkas yang ada di meja kerjanya. Memeriksa beberapa perihal penting terkait perusahaan diskotik miliknya itu. …             Lama dia memfokuskan pikirannya pada pekerjaannya. Seseorang mengetuk pintu ruangan kerjanya. Tokk.. Tokk.. Tok.. “Masuk.” Jawab Zuha dengan suara seksinya.             Mata dan tangannya masih tetap fokus pada lembaran-lembaran yang menghiasi meja kerjanya.             Seorang pria dan wanita masuk ke dalamnya.             Tanpa melihat siapa yang datang, Zuha kembali membuka suaranya. “Katakan.” Ucapnya singkat tanpa melihat mereka.             Petra dan Lenata, mereka masuk ke dalam ruangan kerja Zuha karena ingin memberitahu bahwa ada pelanggan setia mereka yang menginginkan wanita khusus untuk melayaninya sepanjang malam ini.             Zuha mengerti, jika yang datang ke ruangan kerjanya adalah Petra dan Lenata. Karena hanya mereka yang diizinkan masuk ke dalam ruangan kerjanya. “Nona, seorang pria konglomerat ingin memesan seorang wanita untuk melayaninya sepanjang malam ini.” Ucap Lenata menatap Nona Besar mereka yang tengah asyik pada berkas-berkasnya.             Zuha seketika menghentikan gerakan lentiknya dari pena yang dia pegang.             Dia beralih menatap mereka berdua yang sudah berdiri menghadapnya saat ini. “Kenapa kalian bisa menyampaikan hal itu padaku ?” Tanya Zuha seraya mengingatkan mereka bahwa diskotik miliknya tidak pernah memberikan pelayanan khusus seperti memberi wanita kepada para pelanggannya.             Tetapi jika mereka ingin mencarinya dan bermalam di diskotiknya, itu adalah urusan mereka.             Petra dan Lenata lalu sedikit menundukkan pandangannya.             Zuha menghela panjang nafasnya. Dia kembali membuka suaranya. “Siapa dia ?” Tanya Zuha dan membuat mereka kembali mendongakkan kepalanya.             Petra lalu menjawab pertanyaan dari Nona Besarnya. “Mr. Black.” Jawab Petra singkat.             Zuha mengernyitkan keningnya. Seketika senyuman nakal terbit di sudut bibirnya. Dia lalu berdiri dan beranjak dari posisi duduknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD