bc

Gadis Yang Dicari Direktur

book_age18+
5
FOLLOW
1K
READ
billionaire
HE
stepfather
tragedy
bxg
like
intro-logo
Blurb

Lima belas tahun yang lalu, Kahyangan menyelamatkan Langit dari penculikan. Hal itu membuat Langit tidak dapat melupakan sosok Kahyangan yang sangat pemberani itu hingga dia tumbuh dewasa. Langit tak berdiam diri. Langit mencari Kahyangan dari tahun ke tahun. Sayangnya, Langit tidak juga menemukan Kahyangan. Saat Langit kini sudah berusia 30 tahun dan menggantikan papanya memimpin rumah sakit, dia justru menemukan Kahyangan sebagai petugas kebersihan di sana. Langit sangat bahagia karena gadis yang selama ini dicarinya akhirnya dapat ditemukan. Langit ingin menikahi Kahyangan. Tapi niatnya itu terhalang banyak hal. Di antaranya adalah kemarahan tunangannya dan restu kedua orangtuanya. Akankah pada akhirnya Langit dan Kahyangan bisa bersatu?

Find me on **: @mayang_noura

chap-preview
Free preview
Petugas Kebersihan Itu Bernama Kahyangan
"Kamu berlarilah ke arah sana. Itu jalan yang paling dekat dengan perkampungan. Jangan berhenti sebelum melihat temaram lampu-lampu. Kamu mengerti?" Remaja laki-laki itu mengangguk. "Aku mengerti. Tapi aku harus tahu apa yang akan kamu lakukan?" "Aku akan mengecoh para penculik itu sehingga mereka akan mencarimu ke arah yang berlawanan dengan arah pergimu." "Tapi bagaimana kalau mereka justru menemukanmu?" "Aku akan berusaha agar itu tidak terjadi." Remaja laki-laki itu menggelengkan kepala. "Tidak, aku tidak bisa melakukannya. Ini sama saja dengan sengaja aku mencelakakan kamu. Padahal bukan kamu incaran mereka, tapi aku." "Kalau kamu ingin selamat, ikuti perintahku." Remaja perempuan itu melepaskan sebuah gelang berbahan biji palem dari pergelangan tangannya dan menggenggamkannya ke tangan remaja laki-laki tersebut. "Bawa ini bersamamu. Selama kamu masih memegang gelang ini, maka aku baik-baik saja dan tidak terjadi apa pun padaku. Jadi kamu jangan khawatir." Dalam kegelapan malam, Remaja laki-laki itu menatap lekat wajah remaja perempuan di depannya. Dia menandai wajah Remaja perempuan itu dengan seksama agar tidak pernah bisa lupa. "Baiklah. Aku akan menjaga gelang ini dengan baik agar kamu selamat sampai di rumah." Dia lalu membuka jaket yang membalut tubuh bidangnya. "Pakai jaket ini agar kamu tidak kedinginan. Kembalikan jaket ini kepadaku saat kita bertemu lagi nanti." Remaja perempuan itu mengangguk. "Iya." Lalu dia segera memakai jaket remaja laki-laki itu. Dia yang semula merasa dingin, seketika merasakan tubuhnya hangat. Aroma parfum khas anak laki-laki menguar dari jaket yang kini melekat di tubuhnya. Aroma yang menenangkan. "Dalam hitungan ketiga, berlarilah. Para penculik tadi pasti sudah dekat dengan kita. Satu... dua... tiga!" Remaja laki-laki itu pun berlari sekuat tenaga ke arah yang diperintahkan remaja perempuan tadi. Dia tidak menoleh lagi. Dia juga tidak tahu lagi apa yang terjadi dengan remaja perempuan itu sekarang. Dia hanya berharap remaja perempuan itu selamat. Dan dia berjanji, setelah dirinya selamat juga, dia akan mencari remaja perempuan tadi untuk membalas budi. Entah dengan hadiah atau pernikahan. *** Lima belas tahun kemudian di sebuah rumah sakit swasta yang megah. "Ya Tuhan, kamu bisa kerja tidak ya?! Lihatlah, lantainya masih licin! Ini membahayakan orang-orang yang menginjak lantai ini! Terutama lansia dan anak kecil! Sebagai seorang petugas kebersihan, yang diperlukan bukanlah wajah yang cantik tapi kerjanya nol! Yang dibutuhkan oleh seorang petugas kebersihan adalah kerja yang benar! Giat! Dan... tidak pamer kecantikan!" Petugas kebersihan yang bernama Kahyangan hanya tertunduk mendengar makian demi makian Mentari, salah satu dokter di rumah sakit ini dan mempunyai jabatan. Dia tidak mengerti kenapa hasil kerjanya selalu salah di mata Mentari. Dia juga tidak paham kenapa Mentari selalu menuduhkan pamer kecantikan. Padahal dia pergi bekerja tanpa memakai kosmetik yang berlebihan. Hanya pelembab, suncreen, lipgloss, dan bedak bayi. Sementara orang lain, jauh lebih tebal. Memakai foundation, bedak padat, lipstik, eye shadow, maskara, dan lainnya. Tak terkecuali dengan Mentari. "Maaf, kalau hasil kerja saya dokter nilai kurang baik. Akan saya perbaiki lagi." Kahyangan hanya bisa mengalah dan tidak berani untuk protes. "Kamu selalu menanggapinya begitu! Tapi hasilnya mana?! Mana?! Kerjamu tetap saja tidak benar! Lantai masih terlihat kotor dan terasa licin!" Mentari mengacungkan telunjuk ke wajah Kahyangan yang selalu membuatnya iri karena begitu mulus dan cantik dengan hidung serta bibir yang mungil. "Ingat ya! Aku punya batas kesabaran! Kalau tidak ada perubahan juga, dalam waktu dekat, kamu akan aku pecat!" Kahyangan kian tertunduk. Tak berani menatap mata Mentari yang menyala oleh kemarahan. Walaupun dia tidak tahu salahnya dimana, dia merasa menyesal karena hasil kerjanya tidak pernah mampu memuaskan dokter yang satu ini. Mentari mengibaskan rambutnya yang panjang sebahu dengan mata melirik sinis pada Kahyangan. Sebenarnya dia tidak pernah puas memarahi dan memaki Kahyangan karena yang diinginkannya adalah tak ada wanita yang lebih cantik darinya di rumah sakit ini. Sedangkan kehadiran Kahyangan membuat kecantikannya tak begitu berpengaruh. Sebagian besar warga rumah sakit mengakui Kahyangan sebagai wanita yang paling cantik di rumah sakit ini meskipun hanya seorang petugas kebersihan. Merasa capek memarahi, Mentari akhirnya memutuskan untuk menyudahi. Lagian, pekerjaannya sendiri pun sudah menunggu. "Ayo kerja lagi! Ingat apa yang aku katakan! Kerja yang benar! Sekali lagi, yang benar! Ingat lagi juga aku tidak segan-segan untuk memecat kamu kalau kamu tidak bisa berubah!" Kahyangan mengangguk. "Baik, dok." Lalu dia kembali bekerja. Kali ini dia berusaha untuk membuat lantai menjadi super bersih seperti baru lagi. Karena mungkin itu yang diinginkan dokter satu ini. Mentari menyeringai melihat Kahyangan sebelum akhirnya berbalik dan melenggang pergi dengan keangkuhan. Dia tidak berniat untuk berkeliling memperhatikan kerja petugas kebersihan yang lain karena sasarannya memang hanya Kahyangan saja. Sementara itu, seorang gadis yang lebih muda dari Kahyangan dan memakai jas dokter, mendekati Kahyangan. "Apalagi sih yang membuat dia memarahi kakak?" Kahyangan menoleh sekilas pada gadis yang bernama Purnama itu, lalu kembali bekerja. "Sudahlah. Bekerja saja sana. Nanti kamu dimarahi Dokter Mentari juga karena mengobrol dengan kakak di jam kerja." Kahyangan dan Purnama memang sama-sama bekerja di rumah sakit ini. Tapi berbeda pekerjaan. Purnama bekerja sebagai dokter di sini, sementara Kahyangan hanya sebagai petugas kebersihan. Biar begitu, Kahyangan tidak pernah merasa iri pada Purnama, karena berkat kerja kerasnya adiknya itu bisa seperti sekarang ini. Kahyangan bahkan rela melepaskan cita-citanya menjadi seorang dokter demi menjadikan Purnama Dokter. Dan Kahyangan lega bisa mewujudkan pesan kedua orangtuanya untuk menjadikan Purnama orang sukses. "Aku tidak takut. Kalau dia memarahiku tanpa alasan yang pas, ya aku lawan," jawab Purnama dengan air muka jujur. "Mengobrol di jam kerja adalah alasan untuknya memarahimu." Bibir Purnama langsung manyun. "Ah, kakak. Bisa saja membuatku tertohok." "Makanya, kembali kerja sana. Jangan cari perkara. Kita berdua butuh pekerjaan ini kan?" Purnama menipiskan bibir. "Iya iya. Ini aku mau kerja lagi." Tapi bukannya meninggalkan tempat itu, dia justru mendekatkan wajahnya ke telinga Kahyangan. "Kakak sudah dengan kabar terbaru belum?" "Belum," jawab Kahyangan tanpa menoleh dan tanpa berhenti bekerja. "Katanya Pak Dewa akan diganti dengan anak semata wayangnya." "Oh, yang katanya tunangan Dokte Mentari?" "Ya. Tepat." "Terus urusan dengan kita apa?" "Kakak akan makin tertindas. Yang memimpin masih jaraknya aja dia memarahi kakak terus apalagi jika yang memimpin calon suaminya?" Kahyangan menghentikan pekerjaannya sebentar. Dia menegakkan punggung. Lalu melirik Purnama. "Jangan menduga apa yang belum terjadi. Saat ini yang harus kita lakukan adalah bekerja dengan baik dan sepenuh hati. Itu saja. Tuhan tidak pernah tidur. Setiap kebaikan dan ketulusan pasti akan mendapatkan balasan yang indah." *** "Silahkan masuk, tuan muda." Seorang pria tampan dan berpakaian rapi, melangkah masuk ke dalam mobil mewah yang khusus menjemputnya. Dia duduk di kursi belakang dengan menyilang kaki sebelum akhirnya mobil itu bergerak meninggalkan bandara. Langit nama pria tampan itu. Dia kemudian mengarahkan pandang keluar jendela menatap keramaian ibukota yang tidak pernah ada habisnya. Pemandangan yang akan dia lihat untuk hari-harinya ke depan karena sejak detik ini, dia tidak akan tinggal di luar negeri lagi. Orangtuanya sudah menyiapkan sebuah rumah sakit untuk dia pimpin. Ini adalah hal yang selama ini sudah dia tunggu-tunggu. Tinggal di negeri sendiri tanpa harus kembali lagi ke luar negeri dengan alasan pendidikan. Bukan dia tidak betah di negeri orang. Bukan. Tapi tinggal di luar negeri membuat tujuan penting hidupnya menjadi terabaikan selama kurang lebih 15 tahun. Meskipun dia sudah membayar orang-orang untuk melakukannya, tetap saja dia tidak puas. Dan nyatanya, orang-orang yang dibayarnya itu tidak pernah mampu menemukan gadis yang selama ini dicarinya. Seorang gadis cantik pemberani yang mempunyai jiwa penolong yang sangat mengagumkan. Langit mengalihkan pandang dari keramaian di luar mobil ke pergelangan tangannya. Dia menatap lekat sebuah gelang yang terbuat dari butiran biji tanaman Palem yang terpasang di sana. Hatinya berkata. 'Aku akan mencarimu sendiri kali ini. Aku pasti akan menemukanmu.' Bersambung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.0K
bc

My Secret Little Wife

read
96.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook