Rasa dari Dirgantara

1137 Words

Di masa pemberontakanku, aku pernah mengecat rambut gelapku jadi kepirangan. Waktu itu aku memutuskan untuk pergi dari rumah. Mengendarai motor pemberian almarhum ibu. Aku keliling kota selama berjam-jam. Saat bensin habis, aku akan mengisinya lagi lalu berkendara tanpa henti. Sejak kecil aku memang tidak pernah cocok dengan ayah. Ia selalu memaksaku menjadi orang lain tanpa mendengarkan keinginanku sedikitpun. Namun sialnya, pelarianku malah berujung petaka. Bisma menabrak beberapa orang sekaligus dalam satu malam lalu melimpahkan seluruh kesalahannya padaku. Aku bukannya tidak berdaya, tapi ayah memaksaku untuk bersedia mengaku. Terlebih mobil yang dipakai Bisma kebetulan adalah milikku. Ia meminjamnya tanpa ijin. Jadi CCTV merekam aku sebagai pelaku tunggal. Walau hukumanku tidak lama,

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD