Bab 2 :Pengakuan Tiba-tiba Luna

1315 Words
Luna tersenyum sembari menikmati angin sejuk yang menerpa wajahnya sedangkan Hyu hanya sesekali tersenyum sambil mengamati wajah bahagia adiknya itu "Lama sekali rasanya tidak bepergian." guman Luna sambil mengulurkan tangannya keluar dari jendela mobil "Jangan seperti itu berbahaya, tarik kembali tanganmu." perintah Hyu yang hanya di abaikan oleh Luna "Terakhir kita pergi adalah saat kelulusanmu kan, waktu itu pun hanya sebentar karena ayah harus kembali karena urusan pekerjaan." Hyu menghela napasnya tangan lelaki itu menarik lengan Luna dan menaikan kaca mobil "Kenapa?" Tanya gadis itu dengan raut kecewa "Sudah kukatakan itu bahaya dan lagi kau itu mudah masuk angin."jawab Hyu Luna hanya cemberut namun tidak dapat membantah karena apa yang Hyu katakan benar dia sangat mudah masuk angin dan terkena flu. "Kau merindukan ayah?" Tanya Hyu tiba-tiba "Iya ... kapan ayah akan kembali?" "Minggu depan, ayah akan kembali dari Jepang," jawab Hyu "Benarkah? Dari mana kakak tau?" "Sekertaris Ann yang mengatakannya." Jawab Hyu. Mereka sampai di tujuan, Luna langsung berlari dengan senang menuju rumah cantik dengan pemandangan yang sangat mempesona itu "Hati-hati." Hyu hanya menggeleng pasrah melihat Luna yang sudah lebih dulu berlari menuju perkebunan mereka "Kakak ... Kemari," Teriak Luna yang terlihat antusias "Kami tidak tau anda akan datang Tuan, jika anda menghubungi kami lebih dulu kami akan mempersiapkan segalanya." Ucap pasangan tua yang mengurus rumah ini "Tidak apa-apa, kami hanya jalan-jalan tidak menginap." Ucap Hyu "Kalau begitu saya akan siapkan cemilan dan teh untuk Tuan dan Nona, kalian pasti lelah." ucap wanita tua itu "Terima kasih Aunty, maaf datang tiba-tiba dan malah merepotkan." Ucap Hyu dengan perasaan tidak enak "Tidak, Tuan. sudah tugas kami menjamu kalian ... tunggulah bersama Nona saya akan segera kembali." Hyu berdiri di belakang Luna yang sedang asik memotret kebun bunga yang terlihat cantik itu "Kak jangan seperti itu, kepalamu berat tau." Geram Luna saat Hyu meletakan dagunya di pucuk kepala gadis itu "Siapa suruh kau begitu pendek." Ejek Hyu membuat Luna kembali kesal "Jangan body shaming ya, itu jahat." Ucap Luna yang akhirnya membiarkan lelaki itu "Harum," guman Hyu sambil sesekali mengecup pucuk kepala Luna "Iya ini shampoo yang kakak belikan, aku juga suka harumnya." Jawab luna sambil mendongakkan kepalanya untuk menatap Hyu Lelaki itu tersenyum dan malah mengecup kening Luna singkat. "Sepertinya kau tidak bertumbuh tinggi. selama 4 tahun harusnya kau bertambah tinggi."ejek Hyu sekali lagi "Lakukan saja terus body shaming!! Biar pun aku pendek tetapi masih ada yang lebih pendek dariku." dalih Luna membela diri. "Lagi pula di sekolah aku juga sering di puji mengemaskan oleh senior dan teman lelaki di kelasku." jawab Luna menyombongkan diri "Apa?" Raut wajah Hyu berubah saat mendengar adik cantiknya sering di rayu oleh para lelaki. "Iya mereka bilang tinggi badan ku sangat sempurna dan banyak yang menginginkan kekasih sepertiku, Kak Evan juga pernah bilang lelaki tinggi dan wanita yang lebih pendek itu serasi,." Wajah Hyu mengeras berani-beraninya para bocah itu merayu Luna dengan rayuan murahan "Kau percaya apa yang mereka katakan?bisa saja mereka berbohong." Jawab Hyu Luna menatap Hyu sengit, Luna membalikan tubuhnya dan mendekat kan dirinya pada Hyu, wajah gadis itu maju perlahan hingga mengikis jarak di antara mereka "Apa aku seburuk itu di mata kakak? Apa bagi kakak aku sangat jelek." Tanya Luna dengan wajah datar Hyu meneguk saliva nya jarak mereka terlalu dekat hingga membuat lelaki itu tercekat "Bu-bukan begitu." sangkal Hyu "Apa kau tidak menarik sebagai seorang wanita?."tanya Luna sekali lagi. Kini tubuh mereka sudah merapat tanpa jarak, perasaan Hyu menggila aroma dan manik mata Luna benar-benar membuatnya hanyut "Kau ingin tau jawabanku." Hyu menarik pinggul Luna dalam rangkulan tangannya dan hal itu berhasil membuat Luna kalang kabut karena perubahan tatapan dan nada bicara Hyu padanya "I-iya ... Aku ingin tau, Ba-bagaimana aku sebagai wanita di mata kakak." Jawab Luna dengan menekan perasaan berdebar yang sedari tadi ia rasakan "Memabukkan." Guman Hyu pelan "Apa?" tanya Luna yang kurang jelas mendengar apa yang Hyu katakan. Hyu menarik nafasnya dalam, mengambil kembali kesadarannya yang hampir saja hilang "Kau pasti mabuk perjalanan kan, sampai berani bertanya hal seperti itu padaku, kau itu masih gadis kecil kau tau!" Jawab Hyu sambil menjauhkan Luna dan menyentil pelan kening gadis itu "Apa? Kakak aku bertanya dengan serius," Kesal Luna. Padahal dia sudah susah payah memberanikan diri untuk bertanya tapi kenapa malah jadi seperti ini "Kau itu, apa sih yang ada dalam pikiranmu." Ucap Hyu sambil mengacak pucuk kepala Luna "Dalam pikiranku ... ada kakak!!." Jawab Luna dengan lantang. Saat itu suasana menghening tidak lagi terasa hembusan angin sejuk yang sedari tadi membelai mereka berdua ... ***** Ketukan pintu membuat Luna mengusap air matanya sudah hampir satu jam gadis itu menangisi kebodohan yang ia lakukan. "Luna ini kakak, buka pintunya." Ucap lelaki itu "Luna ..." Panggil Hyu Perlahan pintu kamar terbuka menampakan gadis yang terlihat lesu dengan mata sembab dan hidung memerah. "Luna! Kau menangis?" "Cih ..." Bukannya menjawab pertanyaan Hyu gadis itu malah kembali kesal dan hendak menutup pintu "Luna ..." Tahan Hyu sambil memaksa masuk ke kamar Luna "kita akan menginap, Aunty dan Uncle bilang bahaya jika kembali di malam hari seperti ini apa lagi hujan deras membatasi jarak pandang. jadi kita akan kembali besok pagi saja." Jelas Hyu "Hem ..."jawab Luna, gadis itu hanya memunggungi Hyu tanpa mau berbalik menatap ke arah lelaki itu "Kau marah padaku?" tanya Hyu dengan hati-hati "Aku lelah, aku mau tidur. Jika sudah tidak ada keperluan keluarlah dari sini." Ucap Luna ketus "Kenapa mengabaikan ku? Jika aku bicara tatap aku!!." Kesal Hyu yang kini membalik paksa tubuh Luna menghadap dia. Luna memalingkan wajahnya seolah tidak ingin menatap wajah Hyu dan perlakuan gadis itu sungguh membuat Hyu nyeri dia tidak suka Luna mengabaikannya seperti saat ini "Luna kau dengar aku?." Bentak Hyu "Aku dengar!!! Kakak puas!!" Jawab Luna meninggi Hyu terdiam menatap wajah Luna yang terlihat terluka mata gadis itu berkaca seolah menahan air matanya "Pergilah kak, biarkan aku sendiri." Ucap Luna memohon air mata gadis itu menetes membuat Hyu yang melihatnya semakin sesak dan nyeri "Maafkan aku Luna, tapi kuharap kau mengerti ... aku tidak bermaksud menyakitimu, aku hanya ..." "Pergi! aku ingin istirahat." Luna menutup telinganya dan berjalan menuju ranjang, dia benar-benar tidak ingin mengingat hal itu Hyu melangkah pergi meninggalkan Luna. Sama seperti Luna perasaan Hyu pun sedang buruk bahkan lebih menderita. Bagaimana tidak dengan bodohnya ia menyangkal perasaannya saat Luna dengan jelas mengatakan bahwa dia menyukai Hyu sebagai seorang lelaki. "Maafkan aku Luna, aku memang bodoh kau pantas membenciku." Lirih Hyu sambil bersandar di balik pintu Tubuh lelaki itu merosot saat perasaan sesak semakin menggerogotinya tanpa sadar untuk pertama kalinya lelaki itu merasa kesal pada dirinya sendiri Flashback "Apa? kakak aku bertanya dengan serius." Kesal Luna. Padahal dia sudah susah payah memberanikan diri untuk bertanya tapi kenapa malah jadi seperti ini "Kau itu, apa sih yang ada dalam pikiranmu." Ucap Hyu sambil mengacak pucuk kepala Luna "Dalam pikiranku ... ada kakak!!." Jawab Luna dengan lantang "Aku selalu memikirkan kakak, dengan siapa kakak pergi, siapa yang kakak temui, gadis mana yang mencoba mendekati kakak ... aku selalu memikirkan hal itu." Sambung Luna Tubuh Hyu membeku ia tidak menyangka akan mendengar ungkapan seperti itu dari mulut Luna "Luna kau--." "Aku menyukai kakak, kupikir itu seperti yang Kakak katakan, kalau aku terlalu senang karena kehadiran kakak sebagai saudaraku ... tapi seiring waktu menyadari perasaanku pada kakak bukan sesederhana itu ... aku menyukai kakak lebih dari itu, aku menyukai kakak sebagai seorang lelaki, bukan kakak." Tegas Luna dengan wajah serius. Sorot mata gadis itu menampakan bahwa dirinya tidaklah main-main dengan apa yang sedang ia sampaikan. Hyu melangkah mundur lelaki itu dalam posisi yang dirinya sendiri sulit mengerti harusnya dia berlari dan memeluk gadis itu erat tapi kenapa ia malah melangkah mundur, apa yang ia takutkan? Apa yang sedang ia ragukan hingga dirinya harus menyakiti Luna dengan sikapnya ragunya saat ini. Padahal ... Padahal dia selalu memimpikan saat ini dia selalu berharap bisa dengan lantang mengatakan pada gadis itu Bahwa Hyu sangat mencintainya sedari dulu ... ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD