Chapter 3

1061 Words
Beberapa hari setelah kejadian berdarah itu Liora alami, tak pernah sekalipun Liora melihat sosok Kevin, Liora juga semakin canggung saat dengan Karin. Bagaimanapun juga Karin adalah adik dari lelaki yang sudah menyentuhnya. Hari ini adalah hari minggu, semua karyawan di butik akan di liburkan, hanya ada Liora saja yang menjaga butik karena ia tinggal di sana. Liora membersihkan butik dari debu yang menempel, tak lama Karin datang. “Liora.” “Iya mbak.” “Kamu lihat kain yang aku simpan di sini gak, seingatku kemarin aku taruh di sini.” Karin celingukan, Liora ikut celingukan mencari apa yang Karin cari. “Kain yang mana mbak soalnya saya tadi belum bersihkan ruangan mbak Karin atau mungkin mbak Karin lupa taruh di mana.” jawab Liora. Karin berdiri mencoba mengingat di mana kain yang ingin ia gunakan di letakkan sedangkan Liora ikut membantu, Karin lantas membuka lemari dan menemukan lipatan kain persegi di dalam lemari tersebut. “Ah ternyata di sini.” ucap Karin. Liora menoleh, “Kalau gitu saya lanjut kerja lagi di luar mbak kalau kain nya sudah ketemu.” kata Liora, Karin mengangguk. Liora keluar dari ruangan Karin untuk melanjutkan pekerjaannya, di saat butik libur kerja seperti ini tentu saja Liora tidak bisa libur juga karena ia tinggal di sana, jadi dari pada tidak ada hal yang ia kerjakan lebih baik membersihkan butik agar jika ada pelaanggan datang mereka akan merasa nyaman ketika berbelanja. Sebuah mobil hitam berhenti di depan, Liora menoleh berniat untuk menyapa karena mengira itu adalah pelaanggan yang sudah ada janji dengan Karin tapi melihat siapa yang masuk ke dalam butik, tiba-tiba tubuh Liora mematung. Sesaat Liora dan Kevin saling tatap, Kevin mengernyitkan kening lalu melewati Liora. “Karin ada di dalam ‘kan?” tanya Kevin. “I.iya pak.” jawab Liora. Liora menyentuh dadanya yang sesaat seperti mati rasa, ini pertama kalinya ia melihat Kevin sejak kejadian hari itu terjadi dan sepertinya Kevin benar-benar tidak ingat, sesaat Liora merasa kecewa tapi ia juga bersyukur saat Kevin tidak ingat. Kevin tidak terlihat saat masuk ke rungan Karin. Liora menghela nafas panjang terkesan lega karena Kevin terlihat sangat santai seperti tidak pernah terjadi apapun saat berhadapan dengan Liora. Segera Liora menuju pantry untuk menyiapkan minuman, karena yang datang adalah Kevin jadi Liora tidak tau apa yang lelaki itu sukai. Setelah menyiapkan minuman, Liora mengetuk pintu beberapa kali sebelum pintu ruangan Karin terbuka, Liora datang dengan membawakan teh dan juga kopi hangat beserta cemilan juga. “Saya gak tau pak Kevin suka teh atau kopi jadi saya bikin dua-duanya.” ucap Liora meletakkan apa yang ia bawa di meja, Kevin menatap Liora sampai Liora pamit keluar dari rungan Karin. Karin menyadari tatapan Kevin terus melihat kearah Liora, bahkan sampai Liora keluar pun Kevin masih menatap pintu terakhir di mana Liora baru lewat dari sana. “Kalau kak Kevin mikirnya dia anak sd atau smp kak Kevin salah besar.” ucap Karin dan Kevin menoleh ke arah Karin dengan mengernyitkan kening. “Kamu udah ngecek ktp nya kalau dia bukan anak sd atau smp?” Karin mengangguk, “Bulan depan usianya memasuki angka dua puluh dua tahun tapi mukanya awet muda ya.” kata Karin, “oh ya kak, aku kira kak Kevin udah pernah ketemu deh sama Liora soalnya kan dia yang waktu itu mengantar baju kakak ke hotel.” lanjut Karin yang tentunya membuat Kevin syok. “Dia?” “Kenapa, kok kak Kevin kayak kaget gitu?” tanya Karin, Kevin langsung menggeleng dan menyeruput teh buatan Liora melihat itu Karin mengernyitkan kening, “sejak kapan kak Kevin suka minum teh panas?” katanya yang membuat Kevin sadar ia salah mengambil gelas. Karin terkekeh geli, “Ternyata kakak udah banyak berubah ya.” ucap Karin, Kevin berdiri membuat karin menoleh ke arah kakak nya itu, “mau kemana kak?” tanya Karin. “Sebentar, kayaknya tadi aku lihat ada baju bagus di sini jadi aku ambil gak papa ‘kan.” jawab Kevin seenaknya padahal ia keluar mencari Liora untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Perasaan Kevin sejak hari itu terasa tidak tenang, apakah ia telah melakukan hal ilegal pada seseorang di bawah kendali pengaruh alkohol yang ia teguk terlalu banyak. Butik Karin cukup luas untuk menemukan satu orang berbadan mungil di dalam sana, tapi Kevin tidak menemukan Liora hingga ia memutuskan naik ke lantai dua dan Kevin melihat perempuan yang ia cari sedang membelakanginya merapikan kain-kain yang berserakan di lantai. “Bisa bicara sebentar?” Liora menegang mendengar suara Kevin ada di belakangnya, perlahan Liora menoleh tapi Kevin sudah menarik lengannya lebih dulu. “Pak, ada apa?” Kevin menatap Liora, “Itu kamu kan?” tanya Kevin. Liora melepaskan tangan Kevin yang memegang lengan nya sambil mendongak melihat pria tinggi di depannya ini bahkan tinggi Liora hanya sebatas daada Kevin. “Maaf pak, saya gak tau apa yang pak Kevin bicarakan. Lebih baik pak Kevin turun aja, di sini berantakan jadi biar saya selesaikan tempat ini dulu.” “Kamu yang datang ke hotel buat mengantarkan baju-bajuku ‘kan? Bilang sama aku apa yang aku lakukan sama kamu.” kata kevin mengabaikan ucapan Liora. Liora mengukir senyum tipis terlihat seperti tidak terjadi apa-apa, “Saya memang mengantarkan baju pak Kevin di alamat yang mbak Karin kirim tapi saat itu gak terjadi apa-apa kok pak, emang pak Kevin gak ingat?” kini Liora merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa berkata jujur, tapi Liora rasa akan lebih baik tidak mengatakan apa yang terjadi. Kevin mundur selangkah, ia yakin benar darah yang ada di atas tempat tidur bukan darah miliknya karena ia sedang tidak terluka dan bagaimana orang mabuk saat bangun tidur sudah tidak memakai sehelai benangpun? Kevin yakin saat itu terjadi sesuatu, tapi siapa yang menemaninya malam itu ia sama sekali tidak ingat. Kevin berbalik tanpa mengatakan kalimat apapun lagi, saat itulah Liora dapat menghela nafas lega setelah sesaat ia hampir lupa bagaimana caranya untuk bernafas dengan normal. Liora kembali membersihkan apa yang harus ia kerjakan, pikirannya masih terbayang jika Kevin pasti tidak akan pernah tau apa yang terjadi. Lelaki itu berada dalam pengaruh alkohol, orang yang tidak sadar pasti akan menganggap apa yang terjadi adalah mimpi. Tapi kenapa dadanya sakit. Liora menyentuh bajunya, mencengkeram di bagian dadanya yang terasa nyeri akibat kepergian Kevin begitu saja. Ingatan akan rasa sakit yang pernah Liora alami kembali muncul, tanpa sadar bulir air mata itu kembali menetes. ____ Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD