DOL (Bab 4)

1186 Words
Orang Tua dari Naira pun berpamitan untuk pulang, Naira benar-benar merasa sendiri dan sudah resmi berpindah tangan bak Mobil klasik yang paling mahal. Dave tersenyum menatap wajah Naira, begitupun dengan Andini.  Dave dan Andini sudah sangat menyukai Naira, bagi mereka Naira adalah anak yang sopan dan juga patuh. Naira tak pantas mendapatkan kemiskinan yang diberikan oleh sang Ayah yang selalu senang bermain judi, bahkan jika Andini harus mengeluarkan segudang hartanya untuk membeli sepuluh anak perempuan seperti Naira, Ia akan mengatakan kesanggupannya. Andini bertanya, "Mengapa kau diam saja?, bisakah kau membantu ku? " Naira menundukkan kepalanya, "Saya siap membantu apapun yang Nyonya minta dari saya" Jawab Naira tanpa menatap wajah Andini.  "Naira, mengapa kau terlihat bersedih Nak? " Tanya Andini, Naira sudah menahan rasa sedihnya sedari tadi.  "Kau tidak senang diam disini? " Tanya Dave.  "Mana mungkin saya tidak senang Tuan, saya hanya merasa... " Naira sedang berbicara, namun Davis menyela kalimat yang diucapkan oleh Naira, "Palingan juga dia lagi cari muka depan Mama sama Papa" Ketus Davis di hadapan orang tua nya menambah rasa tak percaya diri pada diri Naira.  "Davis, jaga ucapan mu Nak!! Naira ini esok sudah resmi menjadi istri mu?? " Tepis Dave, Davis tak mau mendengar. Ia malah pergi meninggalkan Naira dan kedua orang tua nya itu, Davis masuk kedalam kamar. Ia kembali memikirkan wajah Cathrine yang sudah meninggalkan dirinya 2 tahun lalu, dia membuka layar ponselnya. Menatap sebuah foto di masa lalu mereka.  Kisah cinta Davis sangatlah malang, ia sudah memberikan seluruh hatinya, perasaannya, bahkan Davis juga selalu memberikan barang apapun untuk Cathrine. Namun sayang, Cathrine lebih memilih kekasihnya yang selama ini tinggal bersamanya di Amerika. Teringat masa-masa indah Davis bersama Cathrine, apalagi saat itu Cathrine dan Davis sempat melakukan perjalanan bersama. Davis menukas semua ingatan nya itu, "Aku terjebak pernikahan ini karena mu Cath, coba saja jika kau mau menikah dengan ku!! Tanpa sebuah alasan kau meninggalkan ku, kau malah memilih Jose! Kau benar-benar wanita tidak tau diri!!" Gerutu Davis sembari mengacak-ngacak rambut pirangnya itu.  Di tempat lain Naira masih berbincang dengan Andini, mereka seakan sedang menghabiskan waktu berdua. Andini mendengar setiap cerita dari Naira, Naira memang sangat pandai mengambil hati semua orang.  Seorang pelayan sudah datang menghampiri Naira dan Andini, "Maaf Nyonya, Tuan Dave meminta saya mengantar Nona muda ke dalam kamarnya" Ucap Sang pelayan sembari menundukkan kepalanya, Andini pun mengiyakan apa yang di perintahkan Dave kepada pelayan itu.  "Naira, Ingat mulai sekarang panggil saya Mama. Jangan memanggil saya Nona" Ucap Andini, Naira tersenyum tanda mengiyakan keinginan Andini. Naira pun diantar sampai kedalam kamar pribadinya, Naira sangat takjub melihat sebuah kamar yang sangat luas, rapih dan sangat membuatnya nyaman. Sangat berbeda dengan kamar yang berada di dalam rumah orang tuanya, sebenarnya kehidupan Naira berubah sangat drastis. Naira bagaikan tokoh utama di dalam Film-film kerajaan, Ia bagaikan putri di dalam Kerajaan.  Naira terlihat sangat kaku, Ia berdiri dan menatap kesekeliling kamar itu. Lantai yang ia pijak pun memantulkan bayangan dirinya, dia benar-benar tak menyangka bahwa ia hidup di dalam kemewahan.  Naira bertanya kepada pelayan yang sedari tadi berdiri di belakangnya, "Nona, maaf. Ini kamar siapa? " Pertanyaannya begitu sangat polos, "Nona muda bisa memanggil saja saya Enni, saya pelayan di rumah ini dan ini adalah kamar Nona Naira" Ucapnya dengan kepala tertunduk.  "Ini kamar saya? " Tanya nya kembali, lalu sang pelayang menganggukkan kepalanya. Pelayan itu memberitahu keberadaan pakaian Naira, pakaian nya sudah sangat lengkap sekali. Bahkan semua memiliki brand yang sangat terkenal, Naira masih menatap bingung. Ia benar-benar merasa aneh dengan kehidupannya saat ini, pelayan itu berpamitan dari kamar Naira.  "Ya Tuhan, bagaimana ini? " Tanya Naira, "Apa aku pantas mendapatkan ini semua? " Tanya Naira kembali.  Saat Naira masih dalam keadaan bingung, Davis datang tanpa mengetuk pintu kamar milik Naira. Saat itu Naira sedang duduk di atas kasur dengan wajah yang terlihat melamun, Davis menatap ke arah Naira. Ia melihat kepolosan Naira saat itu, Davis menilik-nilik wajah cantik Naira.  Saat Davis menatap nya lebih dalam, Naira tersadar jika seseorang memperhatikannya. Naira beranjak dari duduknya, Davis dengan santai masih saja menatap Naira dengan tatapan nakalnya. Jantung Naira berdegup kencang saat melihat tatapan calon suaminya itu, "Ya Tuhan, mengapa dia menatap ku dengan tatapan nakal seperti itu!! " Naira bergumam kesal dalam hati.  "Heh! " Panggil Davis, Naira meliriknya.  "Maaf Tuan Davis, saya punya nama!! " Ucap Naira seolah memberanikan diri berbicara pada Davis.  Davis melangkah mendekati Naira, "Siapa nama mu? Sorry gw lupa" Ujar Davis.  "Naira Khairunisa" Sahut Naira dengan singkat tanpa menatap wajah Davis.  "Oh Naira, " Davis semakin mendekat, Naira semakin merasa tidak nyaman.  "Besok lu udah mau jadi istri gw, latihan jadi istri yang baik Yok!! " Ajakan Davis itu membuatnya semakin merasa tidak nyaman, walaupun sebenarnya Davis hanya sedang mengerjai Naira. Davis tak tahan melihat wajah polos Naira, Davis ingin membuat Naira merasa ketakutan.  Davis menarik dagu runcing milik Naira menggunakan salah satu jari telunjuknya, "Cantik juga, Mama sama Papa gak salah sih cariin calon istri buat gw!! Lu cantik" Ucapnya sembari mendekati bibir Naira, Naira merasa terpaku. Batinnya bergemuruh, rasa takut pun menghampiri dirinya bahkan kini tubuh Naira bergetar karena menahan rasa takut.  "Maaf Tuan Davis, aku.. Mmmphh... Aku.." Matanya seakan memohon agar Davis tak melakukan hal aneh, apalagi dia benar-benar belum bisa melakukan hal tersebut. Davis tertawa terbahak-bahak, "Tenang aja kali, gak usah dibawa perasaan juga. Gw cuma bercanda, panggil gw Kak Davis atau Bang, atau Bro asal jangan Mas atau Om!! " Ucap Davis.  Naira menunduk segan, wajah nya memerah. Naira juga terlihat berkeringat, Davis menyeka keringat yang mengucur di atas dahi milik Naira itu.  "Polos banget!! " Ucap Davis di iringi tawa kecil di bibir nya.  Entah mengapa Davis pun bersikap sangat aneh, padahal sebenarnya Davis selalu terbilang sosok lelaki yang dingin dan Introvert. Namun saat itu, Davis seakan menunjukkan sisi humorisnya.  "Gw kesini disuruh Mama, mandi lah dan pakai baju yang rapih. Jam 7 malem, mau ada makan malam bareng Papa dan Uncle Joe" Ucap Davis, Naira masih menundukkan kepalanya. Ia mengangguk pelan, Davis masih menilik lekat wajah Naira.  "Tuh pakaian yang bakalan lu pakai!! " Sembari menunjuk kearah kursi, Davis memberitahu pakaian yang sudah di siapkan untuk Naira.  Davis membalikkan setengah badan nya, lalu menunjuk kearah pintu.  "Kalau lagi di dalem, pintunya kunci" Ujar Davis, "Biasain!!! " Ucap Davis kembali dengan wajah yang sangat ketus.  Davis merasa sudah cukup dengan memberitahu apa yang harus Naira ketahui, Davis pun berpikit untuk segera meninggalkan Naira sendiri di kamarnya. Tanpa berpamitan, Davis berjalan menuju pintu kamar Naira.  Namun, Naira memanggilnya... "Kak Davis? " Ucap Naira, Davis menoleh. Suara Naira sangat lembut, melebihi lembutnya kain sutera. Davis menoleh dan hanya menggerakan sebelah alisnya.  "Terimakasih!! " Ucap Naira di iringi senyuman, Namun Davis tak menjawab dengan gaya yang terkesan dingin Davis pun meninggalkan Naira.  Naira menggerutu kesal di dalam hatinya, "Dasar Lelaki aneh!! " Naira kembali duduk dan menatap tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Tv besar, sofa empuk, kasur empuk, AC, kamar mandi lengkap, ruangan pribadi berisikan keperluan Naira, tas berjejer di sebuah lemari, pakaian yang sangat lengkap, sepatu yang terlihat sangat banyak sampai Naira melihat alat-alat tempur wanita yang berjejer rapih.  Naira mengusap meja rias miliknya itu, tidak ada debu sedikit pun. Naira menyalakan Televisi, tak ada semut satu pun di dalam nya. Sungguh menabjukan kehidupan Naira saat ini, ia membubuhkan tubuhnya diatas ranjang, menghela nafasnya dengan ringan dan mencoba melupakan rasa sakit hatinya karena merasa dijual oleh orang Tuanya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD