Chapter 2

1651 Words
Millia melangkah dengan anggun, tangannya menenteng tas yang berisi perlatan untuk melakukan penyelidikan. Sesungguhnya ketika Millia menyetujui pesan yang di antar oleh Rodriguez, dia sempat meminta banyak jenis pisau bedah, gunting dan alat-alat lainnya yang dia perlukan sebagaimana yang sering dia lakukan dalam tugas forensiknya ketika sebagai Akasia. Millia juga meminta izin sah dari sang ratu maupun raja, jika dia memerlukan pembedahan, mereka harus mengizinkannya dan tidak protes jika tubuh Vernon memiliki beberapa bekas dari autopsy yang di lakukan. Sesunggunhnya, Millia ragu apakah dia mampu memecahkan teta-teki kematian putera mahkota, dia datang karena tidak memiliki pilihan dan modal nekad saja. Sudah banyak buku Millia yang di masa lalu yang dia baca, semua aturan pekerjaan, pengumpulan bukti, cara memecahkan masalah, melakukan deduksi, pengambilan tindakan, semuanya tidak beda jauh dengan dunia kepolisian di masa depan. Sayangnya, Nelpeo adalah negara yang masih kental dengan hal-hal kuno, karena itu, dimasa depan nanti mereka mudah di taklukan kembali karena pikiran yang tidak di perbaharui. Mereka lebih percaya hal-hal yang berhubungan dengan spiritual daripada sebuah filsafat dan ilmu pengetahuan yang dapat di jelaskan. Pekerjaan ini sangat berat untuk Millia, namun dia akan berusaha melakukan yang terbaik bahkan meski nanti sudah menemukan jawabannya. Millia tidak bisa mengambil kesimbulan dengan cepat meski dia sudah yakin, Millia harus menunjukan banyak pembuktian nyata agar orang-orang percaya. Kaki Millia menginjak lantai istana, wanita itu berdecak kagum melihat seberapa mewahnya semua arsitektur istana dengan relief yang khas, sayangnya dia tidak merasakan suasana yang menyenangkan di setiap langkah yang di tempuhnya. Termasuk, sikap tidak menyenangkan Rodriguez yang saat ini tengah berjalan di sampingnya. Sejak turun dari mobil dan menyambut kedatangan Millia, pria itu membungkam. Rodriguez menjaga jarak, bahunya berada dalam ketegangan dan ekspresi dingin di wajahnya terus menerus dia pertahankan seakan itu adalah sinyal yang dia berikan kepada Millia agar Millia tidak dekat-dekat dengannya. Millia merasa tidak nyaman. “Sir Rodriguez” panggil Millia. Rodriguez menengok sejenak, lalu kembali melihat ke depan, kini bibirnya ikut menekan terlihat cemberut seperti tidak suka namanya di panggil Millia. Sikap Rodriguez sangat sama seperti hari kemarin saat dia datang membawa surat, bahkan ketika dia memohon kesanggupan Millia agar datang ke istana, pria itu masih berekspresi datar seperti tembok. Bahkan, sepertinya tembok lebih baik dari ekspresi Rodriguez karena tembok terkadang memiliki cekungan dan sudut, sementara ekspresi Rodriguez? Lebih mirip papan tulis. “Katakan sesuatu yang terjadi, agar saya mengetahui situasi semua orang yang ada di sini,” pinta Millia. “Seharusnya Anda sudah tahu situasinya.” “Siapa tahu apa yang saya tahu adalah rumor belaka. Anda kan orang kepercayaan yang mulia raja, apa yang Anda katakan pasti sebuah kebenaran.” Rodriguez melihat ke sekitar, pria itu akhirnya berhenti melangkah dan berhadapan dengan Millia. Rodriguez menempatkan kedua tangannya di belakang punggung, masih menatap Millia dengan dingin. “Kematian putera mahkota di yakini sebagian keluarga istana sebagai kutukan karena selama ini dia menolak memuja Dewa Ra seperti apa yang kuil suci ajarkan. Sebelum meninggal, putera mahkota sering mengeluhkan tubuhnya panas seperti terbakar. Namun di balik itu semua, Ada persaingan keras antara pangeran Aldirc dan pangeran Soviec untuk mengambil alih posisi putera mahkota. Akan tetapi, jika di urutkan berdasarkan silsilah, yang berhak menggantikan pangeran Vernon adalah puteri Relvana yang kini di kurung di menara.” Millia tersenyum, ternyata politik, intrik masalah kekuasaan selalu seperti ini, selalu rumit di penuhi banyak topeng. Hal ini tidak pernah berubah dari zaman ke zaman. Millia ingat sebuah sejarah yang di catat di masa depan. Raja Julius begitu patuh menjalani ritual kuno penyembahan dewa matahari seperti yang pernah dilakukan Ramses II pada masa kejayaanya di 1279-1213 SM. Penyembahan itu selalu di lakukan oleh seluruh rakyat dalam negeri Nelpeo, terkecuali putera mahkota Vernon dan puteri Relvana yang tidak pernah mau melakukannya. Tidak mengerankan jika kematian putera mahkota Vernon di anggap sebagai kutukan oleh beberapa orang. Penolakan penyembahan yang di lakukan puteri Relvana membuat dia di penjara di dalam sebuah menara, sementara putera mahkota di bebaskan begitu saja karena dia anak pertama sekaligus pewaris selanjutnya. Raja Julius tidak ingin, kedua anak dari ratu di penjara karena itu akan mencedrai nama keluarga. “Apa ada yang ingin Anda tanyakan lagi?” tanya Rodriguez. “Saya membutuhkan partner dalam tugas ini, yaitu Anda. Namun, sepertinya Anda tidak menyukai saya,” ucap Millia dengan tenang dan terang-terangan. Tangan Rodriguez terkepal di balakang punggungnya. “Apa Anda keberatan dengan sikap saya?” Millia tersenyum lebar melihat kesungkanan Rodriguez. “Sir, saya tidak peduli dengan kebencian Anda kepada saya, itu urusan Anda, pilihan Anda. Saya hanya akan mempedulikan apapun perasaan Anda kepada saya, jika nanti saya mencintai Anda.” Rahang Rodriguez mengetat, inilah mengapa dia tidak suka berbicara lama-lama dengan Millia, setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah rayuan. Millia berbicara seperti itu kepada semua pria. Tidak perlu menunggu gosip jika Millia adalah wanita yang pandai merayu, Millia akan menunjukannya sendiri tanpa peduli berada dalam situasi apapun dirinya. Rodriguez membencinya, dia ingin terus membenci Millia, karena dengan seperti itu dia tidak akan menjadi salah satu pria yang jatuh ke dalam pesona wanita itu. Sedikit saja Rodriguez memberi celah, mungkin dia bisa jatuh dalam pesona Millia karena semua ucapan, fisik dan semua eksistensinya adalah hal yang sempurna di inginkan seorang pria. “Saya akan memikirkannya setelah melihat situasinya,” ucap Rodriguez dengan dingin, pria itu kembali berbalik dan menggerakan tangannya, mempersilahkan Millia untuk melanjutkan perjalanan mereka di istana. *** “Yang Mulia. Hormat saya kepada Anda” Millia membungkuk memberi hormat di depan ratu Lozne yang menyambut kedatangan Millia dan Rodriguez. Semua orang sudah berkumpul, mereka serempak memakai pakaian serba hitam. Di antara banyaknya keluarga kerajaan yang berkumpul, Millia dan Rodriguez tidak menemukan keberadaan selir Yunifer yang konon katanya dia adalah Selir kesayangan Raja Julius. Raja Julius memiliki dua anak dari ratu Lozne, yaitu putera mahkota Vernon dan puteri Relvana. Pangeran Aldric dan pangeran Soviech adalah putera dari selir Roselin yang sudah meninggal usai melahirkan pangeran Soviech. Sementara Selir Yunifer, selir tertua, wanita yang mendampingi raja Julius jauh sebelum menikah dengan ratu Lozne, sekaligus satu-satunya selir yang tersisa, dia melahirkan pangeran Pangeran Aldebaron. Sayangnya, pangeran Aldebaron adalah pangeran buangan yang tidak pernah di anggap karena dia terlahir tanpa bisa berjalan. Sepanjang hidupnya dia duduk di kursi roda dan mengurung diri, menjauhi segala sesuatu yang berhubungan dengan kedudukan di dalam istana. “Terima kasih atas kedatangan Anda, Nona Millia,” sambut ratu Lozne dengan suara yang serak, matanya tetap sembab di penuhi kesedihan meski kini dia sedang berusaha bersikap tegar di hadapan semua orang. Ratu Lozne tidak bisa menunjukan kelemahannya meski kini sang ratu kehilangan, benteng kekuatan terbesarnya, yaitu putera mahkota. Millia tertunduk menempatkan tangannya di sisi d**a. “Segala perintah Anda adalah tugas penting untuk saya, Yang Mulia.” “Nona Millia, lakukan apapun yang bisa membuka kebenaran dalam masalah ini. Saya, memberikan akses sepenuhnya untuk Anda di dalam istana ini.” “Terima kasih Yang Mulia,” jawab Millia dengan senyuman formalnya. “Yang Mulia, tanpa mengurangi rasa hormat saya, apa saya di izinkan meminta persetujuan Anda agar Sir Rodriguez menemani saya dalam penyelidikan ini?” “Tentu saja, Nona Millia. Bagaimana menurut Anda, Sir Rodriguez?” “Sebuah kehormatan untuk saya, Yang Mulia,” jawab Rodriguez yang sejak tadi berdiri di belakang Millia, Rodreguez tertunduk menyembunyikan ketidak nyamanannya karena tatapan tajam pangeran Aldric yang sejak tadi tidak mengalihkan perhatiannya dari Millia. Wanita yang sudah dua kali menolak lamarannya. Wanita yang sudah berhasil membuat pangeran Aldric hanya mau berbicara dengan wanita bangsawan yang mirip Millia. Karena Millia, wanita yang bermata hijau di perlakukan istimewa, lipstick merah menjadi sebuah trend, topi baret dan gaun bangsawan yang panjang menjuntai sempat tersingkirkan. Sampai saat ini, pangeran Aldric masih berusaha mendapatkan hati Millia, namun bagaimana dengan Millia yang sudah berhasil mengambil hatinya? Wanita itu bersikap biasa, begitu tenang dan tetap menebarkan banyak pesona yang terkadang membuat beberapa pria salah paham. Lozne menekan batang hidungnya dengan kuat, dia duduk dan berada di kursinya hanya untuk menyambut kedatangan Millia, namun dia masih tidak mampu untuk berbicara lebih jauh mengenai puteranya. “Nona Millia, pangeran Aldric akan mengantar kalian. Saya sedang tidak enak badan.” “Tidak apa-apa Yang Mulia, beristirahatlah,” jawab Millia. Aldirc beranjak dari duduknya. “Ikut denganku,” katanya dengan nada suara yang terdengar memerintah, dia menunjukan ke tidak sukaannya atas kedatangan Millia bersama Rogriguez apalagi Millia meminta Rodriguez menjadi rekannya dalam memecahkan kasus ini. Sekilas Millia melihat ke belakang begitu dia sudah berada di ambang pintu, wanita itu menyimpan senyumannya saat melihat semua anggota kerajaan kini tengah berkabung. Millia akan mengingat setiap wajah mereka dan ekspresi mereka saat ini sebelum memulai investigasinya. “Lama tidak bertemu, Nona Millia.” Pangeran Aldirc memulai sebuah percakapan ketika mereka sudah berjalan diluar ruangan. Pangeran Aldric mengambil kesempatan untuk berbicara selagi mereka masih berjalan menuju kamar putera mahkota. “Sudah dua bulan lebih Anda mengurung diri di rumah, syukurlah jika ternyata Anda baik-baik saja. Saya sangat mengkhawatirkan keadaan Anda.” “Terima kasih atas perhatian Anda, Yang Mulia,” jawab Millia. Millia sadar betul, hanya dengan melihat sorot mata pangeran Aldric dan caranya dia berbicara kepada Millia, jiwa Akasia langsung menyadari bahwa ada sesuatu di antara mereka. “Nona Millia, saya masih berharap jika Anda mau membalas pesan saya dan menerima tawaran saya untuk minum teh bersama jika masa berkabung putera mahkota telah usai.” “Sebuah kehormatan untuk saya, Yang Mulia. Namun saya harus berpikir dua kali karena kini Anda memiliki tunangan, saya tidak ingin menodai nama baik Anda.” Pangeran Aldric tersenyum masam. “Saya bertunangan setelah Anda menolak lamaran saya.” “Saya tidak menolak Anda, Yang Mulia. Namun saya merasa tidak pantas bersanding dengan pria luar biasa seperti Anda,” jawab Millia dengan senyuman indahnya dan masih bisa berkata manis. Pangeran Aldric tertunduk tanpa kata-kata lagi, jawaban Millia sudah cukup menghibur hatinya dari rasa kecewa yang sempat dia simpan pada wanita itu. Pangeran Aldric menahan pembicaraan lebih jauh karena suasana sedang berduka, apalagi sejak tadi Rodriguez berada di belakangnya dan mendengarkan segalanya. To Be Continued..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD