Chapter 3

2552 Words
Pangeran Aldric membukakan pintu kamar putera mahkota dan mempersilahkan Millia juga Rodriguez masuk. Hawa tidak nyaman langsung dapat Millia rasakan di langkah pertama dia masuk ke dalam kamar. Suasana kamar terasa pengap dan masih berantakan, pihak istana sengaja tidak melakukan apapun dengan kamar itu sejak putera mahkota di temukan meninggal, mereka tidak ingin melakukan pembersihan karena itu bisa menghilangkan barang bukti. “Saya sempat ke ruangan ini setengah jam setelah putera mahkota di temukan meninggal. Saya datang hanya untuk mengunci jendela dan pintu. Yang mulia ratu sempat mengatakan jika jendela sudah terbuka ketika beliau masuk ke kamar ini dan menemukan putera mahkota meninggal,” cerita Rodriguez memberitahu. “Anda meminta seseorang untuk menggambar keadaan kamar ini?” tanya Millia. Rodriguez menggeleng. “Maaf, Nona Millia. Saya sampai tidak memikirkannya, tapi saya saya bisa memastikan bahwa keadaan kamar ini masih sama seperti terakhir kali saya masuki karena ingatan saya sangat baik.” Millia mengangguk mengerti. Rodriguez berdiri di dekat pintu, meneliti ke setiap penjuru kamar dengan pandangannya, pria itu diam di tempat dan memberikan Millia ruang untuk memeriksa semua keadaan seorang diri. Tas Millia akhirnya di buka, wanita itu mengambil buku dan menyimpan beberapa lembar kertas kayu kecil di dalam sakunya. Millia sedikit merasa jengkel karena kini dia berada di tahun 1960, plastic akan di temukan dua tahun lagi. Tempat pertama yang Millia lihat adalah ranjang putera mahkota, tempat di temukannya dia meninggal. Tidak ada banyak tanda yang bisa Millia selidiki karena kejadian kematiannya terjadi dua hari yang lalu, ini akan sangat menyulitkan Millia untuk mengungkapkannya. Kilauan sebuah gelas cawan terlihat di sisi kaki ranjang, Millia membungkuk untuk mengambilnya. Millia tidak langsung mengambil gelas cawan itu, karena perhatiannya langsung teralihkan pada aroma sisa-sisa bau yang tidak mengenakan di sekitar ranjang, sebagai ahli forensic di masa lalu, dia tahu jika bau samar ini bukanlah bau parfume atau sesuatu yang normal. Millia mengambil gelas cawan dengan hati-hati, wanita itu menemukan aroma yang sama dengan aroma aneh di sekitar ranjang, namun kali ini terasa lebih kuat. Gelas cawan itu akhirnya Millia masukan ke dalam kantung kertas kayu. Pencarian Millia berpindah ke jendela yang terbuka, jari lentik yang bersarung tangan itu menyentuh permukaan kusen dan mengusapnya. Ada debu samar di kusen menempel di sarung tangannya. Millia membungkuk, melihat dengan teliti melalui kaca pembesar, lalu menggambarnya. Usai menggambar, Millia mengeluarkan kertas kosong yang sangat tipis, lalu di letakannya di atas kusen, ketika kertas itu di angkat, ada samar pola yang sama dengan apa yang Millia gambar. Jejak debu itu adalah jejak sepatu. Millia kembali membungkuk di dekat ujung ranjang untuk mencari bayangan jejak sepatu lagi lantai. Menariknya, Millia yang meneliti jejak debu sepatu di lantai, secara tidak sengaja menemukan serpihan kecil bulu burung yang berwarna hitam di bawah kaki laci. Aneh? Memang aneh, mengapa ada bulu burung? “Apa putera mahkota memelihara burung?” tanya Millia. Pangeran Aldric bersedekap, dia menyembunyikan decihan tidak sopannya. “Putera mahkota tidak suka hewan peliharaan, dia lebih suka berburu dan membunuh hewan daripada harus memelihara mereka.” “Terima kasih atas jawabannya, Yang Mulia,” Millia tersenyum menawan membuat kebosanan pangeran Aldric yang sejak tadi diam menunggu sedikit berkurang. Millia memasukan serpihan bulu burung itu ke dalam kantong lain, lalu mencatat sesuatu. Millia melangkah dengan hati-hati, pergi ke sisi lain kamar dan kembali mencatat. Ini sangat menyulitkan untuk Millia, kasus teka-teki yang membutuhkan pemecahan masalah seperti ini lebih sulit dari pada membedah mayat dan melihat isi tubuh mereka. Millia tidak tahu, apakah setiap catatan yang di tuangkan sekarang ke dalam buku akan berguna, atau hanya sebatas catatan formalitas saja sebagai bukti bahwa dia sudah melakukan penyelidikan. Ini yang pertama untuk jiwa Akasia melakukan penyelidikan secara menyeluruh, beruntungnya di masa lalu dia kenal banyak orang yang menjadi detective dan beberapa orang intelejen khusus. Mungkin saja, cara kerja mereka, tidak ada bedanya dengan cara kerja untuk membuka kasus ini. Millia menarik napasnya dalam-dalam, dia merasakan sebuah perbedaan yang berbeda saat dia berdiri di sisi ranjang dan di ujung ruangan kamar, meski samar, ini jelas berbeda. “Sir Rodriguez.” “Ya, Nona Millia.” “Cobalah berdiri di sisi ranjang itu, lalu berdirilah di sisi saya.” Sekilas Rodriguez melirik pangeran Aldric yang masih berdiri di sisi pintu, Rodriguez tahu pangeran Aldric tidak pergi karena dia tidak mengizinkan Millia berdua bersama pria lain di dalam satu ruangan. Namun secara kode etik, pangeran Aldric juga masuk ke dalam catatan orang yang patut di curigai jika memang benar putera mahkota meninggal karena pembunuhan. Setiap hasil dan juga diskusi dalam penyelidikan ini, seharusnya pangeran Aldric tidak tahu, tidak mendengar, dan tidak melihat. Sayangnya Rodriguez tidak bisa mengusir pangeran Aldric meski jabatan Rodriguez adalah kepala kepolisian. Rodriguez tahu seberapa keras kepala dan pendendamnya pangeran Aldric, Rodriguez harus menghindar dari apapun yang mungkin saja bisa menghalangi penyelidikan kasus ini. Hati-hati Rodriguez melangkah dan tidak menginjak beberapa lingkaran bekas jejak kaki yang sudah di coret Millia dengan kapur. Rodriguez membungkuk di sisi ranjang dengan kebingungan. Rodriguez tidak tahu apa maksud Millia menyuruhnya berdiri di sisi ranjang dan berdiri di sisinya. Tanpa banyak bertanya Rodriguez tetap melakukannya dan tidak banyak bertanya karena pangeran Aldric tengah memperhatikan. “Anda merasakannya?” tanya Millia begitu Rodriguez sudah berdiri di sampingnya. Ekspresi di wajah Rodriguez terlihat bingug, matanya bergerak pasif menatap serius Millia. Tatapan Rodriguez seakan bertanya-tanya, apa yang harus Rodriguez rasakan? Memangnya ada apa? “Yang Mulia” panggil Millia dengan senyuman cantiknya. “Tanpa mengurangi rasa hormat saya, saya meminta izin Anda meninggalkan saya berdua di sini dengan Sir Rodriguez sebentar, ada yang ingin kami bicarakan.” Pangeran Aldric terdiam, sejak dia ikut masuk ke dalam kamar putera mahkota, pangeran Aldric tidak tertarik dengan apapun penyelidikan yang di lakukan. Pangeran Aldric hanya memperhatikan Millia yang sangat dia rindukan dan sudah lama tidak dia lihat. Kini Millia memintanya keluar, pangeran Aldric tidak dapat menolak keinginannya,. Dengan berat hati pangeran Aldric akhirnya mengangguk, dia langsung pergi dan menutup pintu. Rodriguez tersenyum miring, melihat betapa patuhnya pangeran Aldric yang keras kepala itu kepada Millia. Rodriguez sampai penasaran, dengan cara apa sebenarnya Millia mendapatkan hati pangeran Aldric selain dengan kecantikan wajahnya? Rodriguez berdeham mengatur ekspresi di wajahnya. “Apa yang harus saya rasakan?” Tanya Rodriguez usai kepergian pangeran Aldric. “Anda mencium sesuatu?” Bibir Rodriguez sedikit terbuka, pria itu menarik napasnya dalam-dalam dan sejenak terdiam mencoba menjabarkan apa yang dia cium. “Ada aroma lembut bunga mawar.” Millia bersedekap. “Fokuslah, Sir Rodriguez. Itu aroma parfume saya.” Wajah Rodriguez memanas dan bersemu malu. “Apa Anda pikir saya main-main dengan tugas ini?” geram Rodriguez memperlihatkan keseriusannya meski apa yang dia tangkap salah. “Saya tidak meragukan Anda, Sir Rodriguez. Anda polisi terbaik di negeri ini.” “Jangan memuji saya Nona Millia.” “Saya tidak memuji Anda, ini kebenaran. Lagi pula, untuk apa saya memuji Anda? Anda lebih indah dari sebuah pujian.” Wajah Rodriguez kembali bersemu, pria itu membuang mukanya tampak kesal karena kata-kata Millia membuat pikirannya menjadi semakin tidak fokus. Dengan terburu-buru Rodriguez mundur dua langkah lebar, mencoba mencari apa yang Millia maksud, sekali lagi Rodriguez juga mendekati ranjang dan mencari-cari perbedaan. “Sekarang, Anda menemukan perbedaannya?” tanya Millia. “Ada jejak aroma tumbuhan, seperti bunga, mungkin daun.” Rodriguez menyingkap selimut di ranjang, “Benar, di sini ada jejak aroma tumbuhan.” “Ada seseorang yang masuk dalam kamar ini,” ucap Millia berhati-hati. Rodriguez tercengang kaget, pria itu langsung mengajak Millia berdiskusi dan mengajaknya untuk melihat kamar mandi putera mahkota, memastikan bahwa aroma msiterius di kamar mungkin saja bagian dai parfume atau sabun yang putera mahkota gunakan, sayangnya setelah di teliti, itu bukan. Satu jam lebih Millia di kamar putera mahkota, dia menemukan beberapa keanehan, namun tidak memiliki sedikitpun bayangan apa yang sebenarnya terjadi dengan kematian putera mahkota. *** Seorang penjaga berdiri di depan pintu ruangan khusus penyimpanan jenazah, dia membuka pintu itu mempersilahkan masuk. Di dalam ruangan yang dingin itu, terdapat tiga peti. Peti putera mahkota berada di tengah, dan di kedua sisinya adalah peti pengawal dan juga pelayannya yang di hukum mati atas kelalaian mereka dalam menjaga putera mahkota, kini mereka harus menemani kematian putera mahkota Vernon. Millia berpikir ini peraturan yang sangat konyol, benar-benar tidak masuk akal. Cara-cara berpikir kuno keluarga kerajaan akan mempersulit Millia menjelaskan sebuah kejadian jika nanti dia menemukan sebuah jawaban di balik kematian putera mahkota. Mereka yang lebih percaya dan menerima sesuatu takhayul dan sesuatu yang tidak masuk akal, terkadang di sebabkan karena sesuatu yang takhayul tidak membutuhkan banyak waku untuk berpikir. Sangat berbeda dengan ilmu pengetahuan, jelas membutuhkan waktu untuk mencari tahu kebenaran, dan memaksa mereka untuk berpikir keras, memecahkan masalah, mencari sebab akibat dari segala phenomena. “Silahkan pakai pengaman,” intruksi pageran Aldirc meminta Millia dan Rodriguez memakai masker dan sarung tangan. Di balik masker yang di pakai Rodriguez, Millia dapat melihat kengerian di mata Rodriguez. Rodriguez tetap tidak bisa menyembunyikan ketakutan dan ketegangan yang berdesir di setiap denyut nadinya. Rodriguez tegang, bulu kuduknya meremang, nyalinya terasa gentar, teringat masa lalu. Dulu, saat Rodriguez masuk akademi kepolisian, dia sangat berharap menjadi seorang pengawal khusus untuk putera mahkota Vernon yang terkenal akan kepandaiannya dalam berpedang. Ketika Rodriguez di angkat dalam organanisasi khusus raja, dia sempat kecewa. Ternyata, kekecewaan yang sempat Rodriguez rasakan adalah bagian dari rencana semesta. Tuhan melindunginya dari pembunuhan. Jika Rodriguez benar-benar menjadi pengawal khusus putera mahkota, mungkin sekarang dia berada dalam salah satu peti itu. Pandangan Millia dan pangeran Aldric bertemu, sang pangeran tidak banyak bicara dan melakukan sesuatu karena dia sadar bahwa kini dia juga menjadi salah satu bagian dari orang yang akan di selidiki kedepannya jika putera mahkota terbukti meninggal karena di bunuh. Pangeran Aldric terpaksa harus undur diri dan pergi, dia tidak di izinkan melihat penyelidikan yang di lakukan Millia dan Rodriguez. Petugas yang bekerja menarik penutup peti jenazah putera mahkota, dengan penuh kehati-hatian mereka membuka penutupnya, membawa mayat putera mahkota yang berpakaian indah itu keluar dan terbaring di atas ranjang. Tubuh putera mahkota terlihat sangat pucat, masih dalam keadaan utuh karena memakai formalin. Dalam dua langkah Rodriguez dan Millia mendekati ranjang dan berdiri di sisi, melihat keadaan putera mahkota yang terbaring. Millia membungkuk, melihat putera mahkota Vernon dengan seksama. Orang-orang bilang putera mahkota meninggal dalam keadaan tubuh yang seperti terpanggang dan terkena kutukan karena tidak mau menyembah matahari seperti para leluhurnya. Kini, apa yang Millia lihat tidak sama seperti apa yang dia dengar. Bahkan Rodriguez yang sempat mengatakan bahwa putera mahkota mati seperti terpanggang, kini tertunduk malu. Millia mencoba mengangkat salah satu tangan kanan putera mahkota dan melepaskan sarung tangannya. Tertanya benar, kulit putera mahkota memang merah, namun itu hanya sebatas ruam seperti terkena alergi. Millia mengambil buku di sakunya, dia segera menggambar dan mencatat beberapa penemuan barunya. “Apa putera mahkota memiliki alergi?” tanya Millia. Rodriguez mengangguk, membenarkan. “Menurut catatan medis yang saya dapatkan dari dokter pribadinya. Putera mahkota memiliki alergi makanan laut. Dokter pribadinya sering menasihatinya untuk makan dengan hati-hati, namun kesukaannya pada makanan laut membuat putera mahkota sering kali mencuri-curi kesempatan untuk memakannya. Akan tetapi, dua bulan terakir ini kulit putera mahkota mudah iritasi meski sudah tidak makanan laut lagi.” Jawaban yang di berikan Rodriguez cukup menarik, ini akan masuk ke dalam catatan penting Millia dalam penyelidikannya. Millia mengitari ranjang, melihat setiap sisi lain wajah Vernon. Millia harus bertindak dengan begitu teliti dan hati-hati, dia tidak boleh membuat kesalahan karena ini untuk pertama kalinya jiwa Akasia melakukan penyelidikan secara menyeluruh. “Bagaimana menurut Anda?” Tanya Rodriguez menggenggam penanya semakin kuat dan bersiap-siap menulis laporan yang di buat Millia. “Alisnya terangkat bersamaan, mulutnya terbuka dalam garis horizontal, tidak ada kerutan di sisi matanya. Besar kemungkinan putera mahkota kedatangan tamu yang membuatnya marah dan mereka sempat berbicara.” Rodriguez tercengang, jika apa yang di duga oleh Millia benar, lantas apa yang membuat putera mahkota sangat begitu marah? “Apa mungkin, seseorang pemilik bulu burung itu yang menemuinya?” tanya Rodriguez dengan hati-hati. “Mungkin saja,” jawab Millia tidak yakin. Millia membuka dengan hati-hati pakaian putera mahkota dengan gunting dan menyingkirkannya ke sisi. Millia tidak menemukan lebam apapun di bagian perut dan punggung Vernon, tubuhnya utuh dan tidak menunjukan ada tanda-tanda bahwa dia mengalami kekerasan. Menariknya Millia dapat melihat lebih banyak ruam merah di tubuh putera mahkota karena bekas alergi. Tetapi, ruam bercak bekas alergi tidaklah separah itu. Mungkinkah, selain karena alergi, ada sesuatu yang lain pada tubuhnya hingga menjadi seperti itu? “Bagaimana dengan kondisi putera mahkota akhir-akhir ini?” Millia kembali bertanya. “Putera mahkota memiliki tubuh yang sehat. Namun, dalam catatan medisnya, sejak dua bulan terakhir ini putera mahkota lebih sering mengeluh kepanasan dengan badannya. Namun beliau sering menahan rasa panas itu karena kebanyakan orang istana berpikir apa yang terjadi pada putera mahkota bagian dari teguran dewa yang tidak putera mahkota sembah.” “Tolong kumpulkan catatan dan obat yang pernah di makan putera mahkota.” “Bagaimana dengan selanjutnya?” Tanya Rodriguez seraya menutup bukunya. “Perlu sedikit pembedahan?,” jawab Millia dengan senyuman menawannya. Rodriguez menelan salivanya dengan kesulitan, kengerian dapat dia bayangkan, namun dia tidak bisa beranjak sedikitpun karena kini tugasnya mendampinggi Millia. Mau tidak mau Rogriduez melihat semuanya. “Kita harus bersiap-siap,” kata Millia. “A-apa yang harus saya lakukan?” tanya Rodriguez terbata. “Anda harus mencatat Sir Rodriguez. Saya yakin yang mulia raja menantikan laporan setiap hasil pekerjaan kita.” Rodriguez mengangguk paham, dia segera mengeluarkan buku dan alat tulisnya selagi Millia pergi keluar ruangan untuk mencuci tangan dan mengenakan pakaian pelindung, Sepuluh menit Millia pergi, wanita itu kembali. Pisau-pisau bedah di keluarkan dari tas, kini di jajarkan dengan beberapa alat lainnya yang diperlukan, Millia sudah mengganti sarung tangannya dengan yang baru lagi. Millia meminta Rodriguez mendorong ranjang yang tempati sang putera mahkota menuju tengah ruangan yang memiliki pencahayaan lebih jelas. Setelah semua persiapan selesai, akhirnya kini Millia berdiri di sisi ranjang. Rodriguez tampak tegang dan gugup menunggu apa yang selanjutkan akan di lakukan Millia. Dalam perhitungan teliti, Millia mengusap sepanjang d**a dan perut putera mahkota. Pembedahan ini harus di lakukan secepatnya karena ada sesuatu yang Millia curigai, namun Millia tidak dapat mengatakannya sekarang karena takut salah. Satu-satunya cara untuk membuktikan kebenaran apa yang ada di pikirannya sekarang adalah melakukan pembedahan, memastikan jika putera mahkota terkena racun yang berkepanjangan. Dalam satu langkah Rodriguez mundur begitu melihat Millia memulai pekerjaannya dengan menyayat isi perut putera mahkota. Rodriguez membuang muka, dengan terburu-buru dia menambahkan masker untuk melapisi penciumannya dari aroma yang begitu tidak menyenangkan. Rodriguez berdiri memegang kuat pena, matanya yang tajam itu memperhatikan Millia dengan penuh kengerian. Sorot hijau mata Millia yang tajam dan penuh ketelitian terlihat cukup mengesankan. Apalagi ketika jari-jari cantiknya yang terbungkus sarung tangan itu bekerja, gerakan tubuhnya yang anggun dan kuat terlihat mempesona meski kini dia memegang pisau bedah dan tengah melakukan sesuatu yang mengerikan dengan tubuh putera mahkota. Baru sebentar pembedahan berjalan, Rodriguez merasa mual hebat meski hanya untuk menelan salivanya sendiri, tubuh kokoh Rodriguez tumbang ke lantai, beberapa kali dia meminta maaf kepada Millia karena tidak kuat melihat apa yang tengah di kerjakan wanita itu dalam membedah isi perut dan mulut putera mahkota. Melihat apa yang Millia lakukan sekarang jauh lebih mengerikan daripada bertarung dan saling membunuh. Dalam menghabisi nyawa musuh, Rodriguez bisa mengatasinya dengan satu ayunan pedang atau dengan tembakan yang tepat agar lawannya meninggal tanpa rasa sakit yang berkepanjangan. Namun ini? Apa yang Rodriguez lihat sekarang jauh terasa lebih mengerikan daripada menghabisi seseorang. To Be Continued..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD