Prolog

511 Words
* * *  Sudah dua bulan ini dia hidup sendiri di sebuah kota yang jauh dari tanah kelahirannya, gadis blasteran Indonesia-Jerman itu melangkahkan kakinya menuju sebuah jalan yang biasanya dia lewati untuk tiba di apartemennya. Keadaan begitu sunyi karena dia pulang cukup larut malam setelah mengerjakan tugas kelompok di perpustakaan tempat dimana dia menimba ilmu serta ingin meraih gelar, tak biasanya keadaan di sini sepi karena setahunya selama ini di jalanan ini cukup ramai orang yang berlalu lalang.  Entah apa sebab keadaan begitu sunyi, gadis itu merapatkan jaket yang dia kenakan ketika hawa dingin mulai menembus kulitnya. Apalagi angin malam yang menerpa hijab yang dia kenakan hingga kadang sedikit membuatnya tersingkap, sepertinya dia harus merasa bersyukur dengan keadaan sepi ini karena tak ada yang melihat hijabnya yang tersingkap. Buru-buru gadis itu membenarkan hijabnya kemudian kembali berjalan menyusuri jalanan yang sepi ini.  Akhhh ... Gadis itu menghentikan langkahnya ketika samar-samar dia mendengar suara orang yang merasa kesakitan, telinganya menajam mencoba mencari suara itu. Dia mengedikkan bahunya acuh saat suara itu tak lagi dia dengar, namun ketika dia akan kembali melanjutkan langkahnya tiba-tiba suara itu semakin terdengar kencang. Dan itu membuatnya semakin penasaran, rasa penasaran lah yang membuatnya melangkahkan kaki untuk mencari sebuah suara itu.  Hingga tubuhnya mematung dan menggigil ketika melihat sebuah pemandangan yang baru pertama kali dia lihat, dia tidak dapat menjabarkan apa yang dia lihat. Langkahnya membawanya dia untuk mundur, dia tidak mau tubuhnya bernasib sama dengan seseorang yang telah tiada dengan tubuh yang bersimbah darah. Dia berusaha tidak membuat banyak gerakan, dia mundur dengan perlahan namun ... KREKK ... Dia malah tak sengaja menginjak sebuah ranting kayu hingga membuat seseorang yang tengah berdiri sambil memegang pisau penuh darah itu akhirnya menatap kearahnya. Dia tidak bisa melihat wajah orang itu karena tertutupi oleh masker, merasa sadar dan takut kalau sebentar lagi dia yang menjadi korban akhirnya gadis itu berlari sekencang-kencangnya.  Sementara itu pria dibalik masker itu menatap tajam kepergian gadis berhijab itu, dia tak punya banyak waktu untuk mengejar gadis itu. Tapi akan dia pastikan kalau dia akan menemukan gadis itu bagaimanapun caranya, dia harus membungkam apa yang sempat dilihat oleh gadis itu dengan sebuah kematian. Dia harus menemukannya, tiba-tiba senyum miringnya tercetak jelas. Dia sudah mendapatkan mangsa baru yang akan dia kejar sampai ke ujung dunia sekalipun, akan dia pastikan itu! Gadis itu memasuki apartemennya dan langsung menutup pintu dengan keras tak lupa menguncinya, dadanya bergemuruh kencang ketika kembali mengingat bayangan seseorang yang bersimbah dengan darah. Tubuhnya bergetar hebat, dia takut hal itu akan terjadi padanya.  "Astaghfirullah, ya Allah tolong selamatkan aku, selamatkan aku ya Allah. Lindungilah aku," ucapnya terus-terusan meminta perlindungan dari Allah.  Dia begitu menyesal karena rasa penasarannya membawanya pada suatu hal yang begitu mengerikan, bayang-bayang itu semakin merajalela menguasai pikirannya membuat dia merasa sangat ketakutan. Tubuhnya meringkuk sambil berusaha menghapus bayang-bayang mengerikan itu, semoga saja Allah selalu melindungi dirinya dari marabahaya apapun. Dia begitu takut, tolong hapuskan apa yang telah dia lihat. Anggap saja dia tidak pernah melihat itu, anggap saja itu hanya mimpi. Dia terus membatin dan berusaha memejamkan matanya, dia berharap semua itu adalah mimpi. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD