Chapter 4 ; "Los Angles"

1308 Words
Sudah satu setengah bulan Hana hidup menjadi b***k Kris. Hampir setiap hari mereka melakukan s*x. Hal itu membuat Hana sedikit tertekan karena saat melakukan s*x, Kris tak pernah bersikap lembut padanya. Pernah, Hana mencoba mengakhiri hidupnya dengan memutus urat nadinya sendiri. Tapi ia tak jadi melakukannya karena ia tahu konsekuensi di akhiratnya nanti. Jadi Hana hanya akan mengikuti alur kehidupannya, dia sudah pasrah dengan jalan kehidupannya.   Hana duduk bersila di atas sofa, tangannya sedaritadi sibuk memencet-mencet tombol remote untuk mengganti channel tv. Matanya fokus pada siaran televisi yang menyiarkan acara variety show China. Di acara tersebut, Kris menjadi salah satu bintang tamunya. Berbicara tentang Kris, sudah dua minggu ini pria itu tak datang ke aparteman, ia pulang kerumah keluarganya. Dan itu membuat Hana samgat senang karena selama dua minggu ia tidak menjadi b***k Kris.   "Dia berbeda sekali jika di depan kamera" Hana bergumam mengomentari kelakuan Kris yang terlihat ramah saat didepan kamera, bahkan Kris tampak terlihat polos dan bodoh.   "Dasar bermuka dua..."   "...Kalian sudah tertipu oleh aktingnya itu. Ck!" Hana mengunyah snacknya dengan ganas. Ia benar-benar kesal dengan sikap Kris yang berbeda di depan kamera, berkebalikan sekali dengan sikap aslinya yang kasar, kejam dan ahsudahlah. Mengingat hal itu membuat Hana menjadi muak.   "Hah, wanita bodoh! Kenapa kau tersipu malu diperlakukan seperti itu olehnya.." Hana kembali berceloteh saat melihat Kris menutupi paha salah satu bintang tamu wanita yang menggunak rok mini dengan handuk yang ada ditangannya.   "..Jika kau tahu dia sangat kejam, kau pasti tidak akan mau dekat-dekat dengannya, apalagi dia itu seorang maniak s*x"   "Siapa yang kau bilang maniak s*x?"   "K-KRIS?!"   Hana hampir saja terjungkal dari atas sofa saat dirinya ketahuan sedang mencaci maki Kris. Kris berdiri di belakang Hana dengan tatapan mata yang tajam, lalu matanya melirik kearah televisi yang sedang menayangkan dirinya disebuah acara Variety show.   "Kau mengataiku maniak s*x?" Kris menatap kedua mata Hana tajam, kedua tangannya dilipat didepan dadanya, satu alisnya naik keatas. Hana menundukan wajahnya tidak berani menatap Kris, ia memainkan kukunya karena bingung harus berbuat apa. Kris menghembuskan nafasnya kasar saat tak mendapatkan jawaban dari Hana.   "Sudahlah lupakan, kita sudah tidak ada banyak waktu. Siapkan barang-barangmu kita akan pergi 3 jam lagi"   "Ya?!" Hana mendongakan wajahnya menatap bingung kearah Kris. Mereka akan pergi? Kemana? Kris tiba-tiba pulang ke apartemen dan menyuruhnya untuk berkemas. Apakah ia akan memulangkan Hana ke Indonesia? Tapi Kris kan tidak tahu bahwa Hana adalah salah satu korban trafficking. Tentu saja, karena Kris tidak pernah ingin tahu kehidupan Hana. Yang Kris tahu Hana adalah budaknya. Persetan dengan kehidupan nyata gadis itu.   "Kita akan pergi ke L.A"   "L.A? Kenapa kita mendadak pergi kesana?"   "Tidak usah banyak bertanya, cepat berkemas!"   "Ba-baik"   Hana lari terbirit-b***t sesegera mungkin menjauhi Kris yang kesal karena dirinya. Jika tak segera menghindar, entah apa yang akan dilakukan oleh Kris kepadanya. Ugh, membayangkannya saja Hana tak ingin.   ***   Hana sudah selesai mengemasi barangnya. Tentu saja, karena barang miliknya tidaklah banyak. Sebagian besar kaos dan hoodie yang dimilikinya adalah milik Kris. Dan masalah pakaian dalam, Kris yang membelikannya.   "Bawakan barang-barangku" Kris menggeret koper besar miliknya dan memberikannya kepada Hana. Lalu Kris memberikan Hana sebuah tas ransel yang entah berisi apa namun itu cukup berat bagi gadis mungil seperti Hana.   "Kris kenapa berat sekali? Astaga, kopermu terlalu besar. Hei, aku sulit membawanya" Hana memprotes Kris karena ia harus membawa barang-barang milik Kris yang lumayan berat. Belum juga Hana membawa barangnya sendiri. Kris yang sudah berjalan terlebih dahulu menghentikan langkahnya dan menatap tajam Hana yang terlihat kesulitan membawa barang-barangnya karena badan mungilnya.   "Tidak usah banyak protes! Cepat jalan budakku" Kris tersenyum miring, menekannkan pada kata budakku. Lalu kembali berjalan. Hana ingin sekali mencakar wajah Kris saat mendengar ucapannya. Dengan susah payah Hana membawa barang miliknya dan barang milik Kris menuju parkiran aparteman.   ***   Hana duduk dibangku pesawat yang bersebelahan dengan jendela. Ia melihat keluar jendela, memandangi awan-awan putih yang menggumpal dan memberikan sedikit efek tenang pada dirinya. Saat dirinya diculik dan dibawa terbang ke Beijing, Hana tak sempat untuk melihat pemandangan diatas langit karena dirinya masih terlalu takut memikirkan nasibnya. Saat itu otaknya terus berfikir bagaiman hidupnya nanti, mungkinkah orang yang membelinya akan membunuh dan menjual organ dalamnya? Hah, membayangkan hal itu saja membuat perut Hana serasa diputar-putar.   Hana melirik Kris yang sedang memainkan ponselnya ia duduk disamping dirinya dengan topi hitam dan masker hitam yang menutupi wajahnya. Walaupun mereka duduk dikelas vip, tapi tetap saja Kris harus menyembunyikan wajahnya terutama dari para fans.   "Kris" Hana memanggil nama Kris dengan pelan, takut akan ada yang mendengarnya. Kris menurunkan maskernya hingga dagu lalu menoleh, menatap Hana dengan pandangan malas.   "Apa?"   "Kenapa kita pergi ke L.A?"   "Aku ada jadwal syuting film hollywood disana"   "Lalu kenapa kau membawaku?"   "Memangnya kenapa? Kau budakku" Hana menghela nafasnya kasar mendengar jawaban dari Kris. "Bagaimana dengan managermu dan staff lainnya jika tahu tentangku? Bukankah kau yang bilang padaku bahwa mereka tak boleh tahu aku adalah budakmu?" Kris tersenyum miring mendengar ucapan Hana yang menyebut dirinya sendiri sebagai b***k. Itu terdengar lucu baginya. Mungkinkah gadis ini sudah mulai lelah untuk memberontak padanya? Itu adalah hal yang bagus.   "Kau fikir aku akan mengatakan pada mereka bahwa kau adalah budakku?"   "Lalu?" Hana mengerutkan dahinya mendengar ucapan Kris, ia benar-benar tak mengerti dengan jalan fikiran lelaki ini.   "Aku akan bilang pada mereka bahwa kau adalah asisten pribadiku"   "Hah? Bukankah kau sudah memiliki asisten?"   "Yah, tapi itu dari agensi. Lagipula mereka tidak melarang artisnya untuk memiliki asisten pribadi" Hana mengangguk, menandakan bahwa ia mengerti dengan ucapan Kris. Ngomong-ngomong ini adalah pertama kalinya mereka berbincang banyak seperti ini. Layaknya manusia normal. Biasanya mereka hanya berbicara diatas ranjang, bukan berbicara yang seperti itu. Tapi lebih kearah Hana yang mengerang karena permainan dari Kris dan juga Kris yang melayangkan kalimat umpatan ketika ia akan sampai.   "Tapi Kris, bukannya b***k dan asisten itu sama saja? Hanya saja kata asisten itu terdengar lebih lembut dibanding b***k"   "Tentu saja berbeda bodoh! Ah, sudahlah kau terlalu banyak berbicara membuatku mengantuk" Kris menutup bibirnya lagi dengan masker lalu menutupi tubuhnya dengan selimut kemudian mengatur posisi yang nyaman untuk tidur. Hana mendengus, bibirnya mencibir Kris tanpa suara. Kris sudah kembali lagi seperti sifat aslinya yang menyebalkan.   ***   Kris dan Hana sudah sampai di L.A. Sesampainya di L.A, mereka pergi untuk check in di hotel yang telah dipersiapkan. Kamar Kris dan Hana berhadapan.   Hana membuka kopernya dan mengambil jubah mandinya. Ia memutuskan untuk segera mandi dan istirahat. Karena dirinya sudah sangat lelah menempuh perjalanan yang cukup jauh menggunakan pesawat. Hana menyalakan shower untuk membasahi badan dan rambutnya. Lalu ia mulai menyabuni badannya dan mencuci rambutnya. Sesekali Hana bermain dengan busa itu. Meniup niupnya atau melemparkannya perlahan. Merasa sudah cukup kedinginan, Hana memutuskan untuk menyudahi kegiatan mandinya. Ia lalu menutupi badannya dengan jubah mandinya dan melilit rambutnya dengan handuk.   "Lama sekali kau mandinya" Hana terperanjat saat mendapati Kris yang tengah berbaring diatas ranjang miliknya dan memainkan ponselnya. Lelaki itu nampak santai dengan setelan celana training panjang berwarna navy dan juga kaos hitam polos berlengan pendek.   "K-Kris, kenapa kau disini?" Hana bertanya dengan suara gugupnya, jujur saja. Dia belum siap jika Kris meminta untuk dilayani karena dia masih merasa lelah. Apa lelaki itu tidak merasa lelah setelah perjalanan yang panjang tadi?   "Tentu saja tidur" Hana menelan liurnya dengan kasar, tidur yang dikatakan oleh Kris itu tidur yang bagaimana?   "Kau bisa tidur di kamarmu Kris"   "Tidak nyaman, aku ingin tidur bersamamu, tenang saja aku tidak akan melakukan apapun padamu. Aku juga lelah" Hana sedikit bernafas lega karena Kris sudah berjanji padanya tidak akan melakukakan hal lebih. Hana berjalan mendekati kopernya lalu mengambil beberapa helai pakaian dikopernya, ia berjalan kembali kekamar mandi untuk mengenakan pakainnya.   "Kenapa tidak menggunakan pakaianmu disini saja? Aku bahkan sudah melihat semuanya dan merasakan semuanya" Hana menghentikan langkahnya saat mendengat ucapan Kris. Kris tersenyum remeh, lalu menaik turunkan alisnya. Mencoba menggoda Hana dengan wajah menyebalkannya.   "Dasar m***m!" Hana menghentakan kakinya ke lantai lalu menutup pintu kamar mandinya dengan keras membuat Kris terkekeh karenannya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD