Prolog

1293 Words
Seorang gadis bersurai hitam pekat yang tergerai dengan indahnya itu berjalan di trotoar jalanan ibu kota Jakarta. Ia masih menggunakan seragam sekolah SMA nya dengan begitu lengkap.   'Hana Liu'   Begitulah yang tertulis pada name tag yang terletak di dadanya. Cuaca yang sedikit mendung membuat gadis berdarah keturunan Indonesia-China itu berjalan cepat, takut akan diserang oleh hujan sebelum dirinya tiba di kost-kostan yang ia tempati.   Hana menyetop taxi yang lewat dihadapannya, bergegas untuk masuk kedalam taxi itu. Hana memberi tahu lokasi yang akan ia tuju kepada sang supir. Supir tersebut hanya mengangguk lalu melajukan mobilnya. Untuk menghilangkan rasa bosan yang menyeranganya didalam taxi, Hana memainkan ponselnya, sesekali melihat postingan receh diakun Instagramnya. Bukan hanya akun ** yang ia buka, tetapi ia juga membuka aplikasi Twitter, w*****d, Line dan masih banyak lagi.   "Aduh, pake macet segala, malah udah gerah gini haus pula" Hana mencibir jalanan yang terlihat sangat macat, Maklum, jam segini memang sedang macet-macetnya karena sudah waktunya untuk orang-orang kembali dari pekerjaannya. Hana sedikit mengutuk didalam batinnya, kenapa ia tidak memilih untuk naik ojek saja tadi? Itu akan lebih efisien sepertinya. Tapi ia juga malas sekali jikalau nanti tiba-tiba hujan dan harus basah-basahan saat sedang naik ojek.   "Mau beli minum, Neng? Itu di depan ada tukang asongan, nanti biar saya panggilin" Supir taxi itu bertanya tanpa menoleh kearah Hana.   "Boleh deh Bang, udah haus bandel nih, nih bang duitnya" Hana menyodorkan uang kertas Rp.10.000 kepada sang supir, supir itu menerima tanpa menoleh kebelakang.   Antara malas menghadap kebelakang atau memang leher Abang taxi itu sedang sakit, jadi tidak bisa menoleh kearah belakang hanya sekedar untuk beramah tamah padanya.   "BANG BELI AIR BANG!" Supir itu memanggil tukang asongan yang jaraknya lumayan dekat dengannya dari jendela mobil yang sudah dibukanya lebar-lebar.   "Mau beli apa bang? Ada prutang, mejon"   "Neng, mau beli yang mana nih?" Tanya supir itu yang masih sibuk melihat-lihat minuman yang dijual.   "Air putih aja deh bang" Supir itu kemudian mengambil 1 botol air putih dan membayarnya dengan uang yang Hana berikan tadi, kemudian dia menyerahkan botol dan kembaliannya itu kepada Hana.. Tanpa pikir panjang, Hana segera menenggak habis air itu, terlihat sekali dia sudah sangat haus.   "Ahhh, lega banget” Hana mengusap bibirnya yang basah karena kerakusan dirinya saat minum tadi. Taxi pun mulai berjalan secara perlahan hingga berhasil menembus kemacetan Ibu Kota.   "Hoaaammmm, duh ko ngantuk gini yah? Ah, gara-gara tadi macet jadi ngantuk" Hana menguap beberapakali hingga matanya perlahan lahan mulai memejam dan dirinya mulai terlelap.   Tring Tring   Nada dering panggilan masuk terdengar menggema didalam taxi itu. Sang supir taxi melirik ke arah dashbor lalu mengangkat panggilan masuk pada ponselnya.   "Ya? Oh, Tenang aja, gue udah dapet mangsa baru, cantik ko dia. Keturunan china sih kayanya. Bakal laku keras nih, apalagi dia anak SMA. Masih perawan kayanya deh, lagi tidur lelap dia, abis gue kasih obat tidur diminumnya tadi yang dibawa si Aceng" Supir taxi itu melirik ke arah spion yang menampakan sosok Hana yang sedang tertidur. Ah, bukan tertidur, lebih tepatnya tak sadarkan diri.   ***   Hana mengerjapkan matanya beberapa kali, ia menguap. Kesadarannya belum sepenuhnya pulih . "Eunggghh, ehh?" Hana membulatkan matanya merasa ada yang aneh dengan dirinya yang tidak bisa bergerak. Ia menatap sekelilingnya. Dia berada didalam ruangan. Bukan, lebih tepatnya kamar yang cukup mewah dengan nuansa berwarna abu-abu gelap.   "Eh? Eh? Ini kenapa ko gue di iket kaya lepet gini?" Hana menggerak-gerakan tubuhnya mencoba melepaskan dirinya dari ikatan ditubuhnya. Tubuhnya tergeletak di sebuah ranjang yang nyaman dan juga terasa empuk. Tapi, Hana sama sekali tak merasa nyaman, jantungnya berdetak sangat cepat kali ini.   "Ini gue diculik atau gimana sih? Aduhhh ko hidup gue miris banget. Huwaaa Mamahhhh" Hana mulai menitikan air matanya saat sadar bahwa dirinya sedang dalam bahaya.   "Mamah, papah, adek. Tolongin aku, aku diculik. Hiks.."   KRIET   Pintu kamar itu terbuka lalu masuklah dua orang pria berwajah seram, bertubuh kekar dan juga seorang wanita tua berpenampilan sangat sexy namun juga terlihat high class. Wanita itu menghampiri Hana dengan langkah yang terlihat arrogant. Wanita tua itu menatap Hana yang menangis dan menelungkupkan wajahnya diatas bantal.   "Heumm, lumayan juga nih bocah. Baru juga dateng, udah ada yang pesen. Udah cepet seret dia terus bawa dia ke Beijing" Printah wanita tua itu kepada dua orang pria yang ada disampingnya, sudah jelas sekali mereka adalah bawahan wanita itu.   "EH? APA? BEIJING?!" Hana terkejut mendengar ucapan wanita tua itu. Melihat ekspresi wajah Hana yang terlihat terkejut, wanita tua itu tersenyum meremehkan.   "Iya Beijing, lo udah dibeli sama orang Beijing, gue denger sih dia sejenis mucikari tersohor di Beijing. Hebat yah lo, baru aja masuk udah ada yang ngebeli. Dari Beijing pula, lumayan dia bayar lo mahalnya ngga main-main"   "Gue mau di jual?! Gue ngga mau pergi ke Beijing! b*****t lo! Gue laporin lo ke polisi!"   "Hahaha, lo mau laporin gue ke polisi? Lo ngga liat orang yang ada di depan pintu tuh" Wanita itu menunjuk seorang pria yang sedang berjaga di depan pintu kamar yang Hana tempati. Mata Hana membulat melihat pria itu yang menggunakan seragam Polisi.   "Dia Ketua Polisi, lo kira kita gampang di taklukin?" Wanita tua itu memberi senyuman remehnya kepada Hana. Hana menatap benci wanita tua itu, namun tak bisa ditutupi Hana juga merasa takut dan nampak tak berdaya dihadapannya.   "Bawa dia. Cepet!”   ***   Hana diseret paksa masuk kedalam mobil oleh seseorang yang mengantarnya ke Beijing. Yah, Hana sekarang sudah berada di Beijing. Rasanya, Hana ingin kabur tapi dia tidak bisa melakukan hal itu karena orang yang mengantarnya selalu menodongkan pistol di punggungnya secara tertutup dibalik jubah yang dikenakannya. Hana hanya bisa menangis tanpa mengeluarkan suara, meratapi nasibnya yang sungguh sial. Bagaimana mungkin dia menjadi salah satu korban Human Trafficking? Bahkan hal itu tidak pernah terlintas diotaknya.   Mobil yang mereka tumpangi berhenti didepan rumah mewah yang entah di daerah mana. Hana memang keturunan China tapi dia sama sekali tidak pernah pergi ke China karena ia tidak tahu keluarganya selain Kedua Orangtuanya dan Adiknya yang sudah meninggal karena sebuah kecelakaan. Tetapi Hana bisa berbahasa Mandarin, karena dia bersekolah di sekolah yang mengajarkannya bahasa Mandarin.   Hana turun dari dalam mobil setelah mendapat perintah dari lelaki yang sedaritadi menempel terus padanya, lebih tepatnya menempel untuk menodongkan oistol pada punggungnya. Ia berjalan menuju tempat itu di ikuti orang yang mengantarnya. Tak lupa, pistol yang selalu ditodongkan pada punggung Hana dibalik jasnya. Jika ia memilih untuk kabur sedikit saja, bisa dibayangkan peluru panas itu akan menembus punggungnya dan tertanam di jantungnya.   "Wahhh, ternyata dia lebih cantik daripada foto yang kau berikan" Hana nampak terkejut karena tiba-tiba ada seorang pria tua berwajah seram dan seperti orang barat yang muncul dihadapnnya saat ia masuk kedalam rumah mewah itu. Pria itu berbicara dengan bahasa Mandarin dan tentu saja Hana tau apa yang pria itu bicarakan karena Hana selalu mendapatkan nilai terbaik dalam pelajaran Bahasa Mandarin.   "Kami sudah membawanya seperti yang kau minta, berikan kami sisa uangnya" Pria dibelakang Hana menarik Hana kesisinya saat pria tua itu mendekat dan mencoba untuk menyentuh Hana.   "Wah wah, kau sungguh tidak sabaran yah" Pria tua itu tertawa mengejek menatap pria yang datang bersama Hana.   "Zhin, ambilkan aku uangnya" Pria tua itu memberi komando kepada bawahannya untuk mengambil uang yang telah disiapkannya. Zhin kembali dengan membawa tiga buah koper, lalu Zhin membuka koper itu satu persatu untuk menunjukan bahwa koper itu berisi uang dolar yang telah dijanjikan.   "Kau bisa mengambil uangnya dan berikan gadis itu kepadaku" Pria tua itu menunjuk Hana yang sedaritadi hanya diam dan menundukan wajahnya.. Zhin memberikan tiga koper itu kepada pria itu, lalu pria itu mendorong tubuh Hana agar mendekat kepada si pembeli.   "Kau bisa mengambilnya, kalau begitu saya pamit" Pria itu membungkuk lalu melenggang pergi meninggalkan Hana seorang diri dengan ketakutan yang menyerang dirinya. Hana meremas bajunya saat pria tua itu mendekat dan mengangkat dagunya untuk menatapnya.   "Selamat datang di Yuan House, sekarang kau bekerja untuk ku"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD