Chapter1 ; “He is…”

1430 Words
Hana melihat pantulan dirinya didepan cermin. Ia menggunakan dress ketat berwarna merah yang memamerkan lekuk tubuhnya. Belahan dadanya terlihat begitu jelas dan kaki jenjangnya Nampak begitu indah. Make up natural dan rambut hitam legam yang tergerai membuatnya terlihat begitu anggun.   "Kau terlihat seperti jalang Hana" Hana menatap pantulan dirinya dengan tatapan sendu dan tertaa miris. Kenapa dia harus berakhir seperti ini? Menjadi korban trafficking dan berakhir dengan menjadi p*****r di negeri orang.   "Hahaha, hidupmu benar-benar menyedihkan" Hana tertawa miris, menertawai kehidupannya yang kelam. Kenapa semua ini harus terjadi? Apa kesalahannya di masa lalu hingga membuatnya harus menanggung penderitaan ini?   "Hei! Jalang baru! Sudah saatnya kau pergi menemui penyewamu!" Zhin berkacak pinggang di depan kamar yang digunakan Hana. Hana menatap Zhin dengan jengah, Zhin memang tampan. Tapi dia terlalu suka merendahkan orang lain. Hana membenci itu.   "Bisakah kau tidak memanggilku jalang? Aku bukan jalang!" Zhin terkekeh mendengar protesan dari bibir Hana. "Untuk sekarang kau memang bukan jalang, kau masih seorang gadis. Tapi sebentar lagi kau akan dibobol oleh penyewamu itu. Haha. Selamat menikmati malam pertamamu" Hana mengepalkan tangannya menahan amarah karena perkataan Zhin yang menghantam keras kedasar hatinya. Tapi bagaimanapun perkataan Zhin ada benarnya. Dia sudah disewa oleh seseorang entah itu siapa. Dan Hana harus siap untuk kehilangan sesuatu yang berharga didalam dirinya malam ini.   ***   Hana memainkan kuku jarinya dengan gugup. Sesekali ia menelan ludahnya sendiri. Keringat dingin keluar dari pelipisnya. Hana duduk di ranjang mewah sebuah hotel terkenal di Beijing. Matanya terus berputar kesana kemari. Giginya ia gesekan karena merasa gugup. Hana terus memikirkan cara agar bisa keluar dari ruangan ini dan kabur dari Tuan Yuan (orang yang membelinya dan membuatnya bekerja menjadi jalang).   "Apa kau gugup hum?" Seorang pria tua (anggap saja om) naik keatas ranjang yang di duduki Hana. Ia merangkul pinggang Hana dari belakang. Pria itu menggesek gesekan hidung mancungnya pada leher Hana yang sensitif. Hana menggigit bibirnya, mati-matian, ia menahan agar desahannya tak keluar.   "Ahh..shh.." Hana tak bisa menahan desahannya lagi saat pria itu menciumi lehernya dan tangan kotornya yang mengusap perut Hana.   "He-hentikan..shhh..ahh.." Hana menahan lengan pria itu saat tanga itu mulai menyentuh dadanya yang masih terbalut dress ketat yang ia kenakan. Namun seperti yang diduga pria itu tak menghiraukan ucapah Hana, ia malah memutarkan badan Hana agar menghadap padanya.   "Eumm...” Desahan Hana teredam oleh ciuman penuh nafsu dan menuntut dari pria itu. Setetes air mata jatuh kepipi Hana, ia merasa kotor dan tak suci lagi. Ia sudah merasa hina karena tubuhnya telah terjamah oleh pria lain yang bukan suaminya. Pria itu tak menghiraukan tangisan Hana. Pria itu benar-benar sudah dikuasai oleh nafsu bejadnya.   Pria itu mendorong Hana, merebahkan tubuh Hana keatas ranjang, lalu ia mulai melucuti pakaiannya sendiri. Ia melihat Hana dengan tatapan laparnya. Hana kembali menangis saat pria itu menciumi belahan dadanya.   DAK   Tanpa disangka, Hana menendang alat vital pria itu dengan berani. Sebenarnya itu adalah sebuah reflek dari Hana.   "Argggghhhh... Wanita b******k! Beraninya kau melakukan ini padaku!" Pria itu berguling di atas ranjang dan memegangi k*********a yang terasa nyeri. Hana berdiri dan bersiap untuk kabur, namun sayangnya ia terjatuh karena kakiknya tersandung kaki pria itu.   "Akhhh, lepaskan aku. Hiks.." Hana merasakan nyeri di urat kepalanya saat pria itu menarik rambut panjang Hana dengan kasar dan menyeretnya tanpa perasaan.   "b******n! Wanita Jalang!"   PLAK   Pria itu menampar pipi kanan Hana dengan keras yang membuat Hana tersungkur. Sudut bibirnya mengeluarkan darah karena sobek. Bisa kalian bayangkan seberapa keras dia menampar Hana. Pria itu kembali menarik Hana dengan kasar untuk berdiri.   PLAK   Lagi, pria itu menampar keras pipi Hana, kali ini dibagian kirinya. Pria itu membuka resleting celanannya, lalu ia menanggalkan celanannya hingga terpampanglah junior milik pria itu. Pria itu menarik Hana untuk berlutut dihadapannya.   JLEB   "Shhh.. Ahhh.." Pria itu mendesah nikmat merasakan miliknya masuk kedalam rongga mulut Hana. Pria itu menarik rambut Hana dan menggerakan kepala Hana untuk memberinya kenikmatan, ia tak peduli pada Hana yang merasakan juniornya menusuk terlalu dalam hingga ujung kerongkongannya.   "ARRGGGHHHH" Pria itu berteriak kencang saat Hana menggigit miliknya keras. ia lalu terjungkal keatas ranjang, merasakan nyeri yang luar biasa menyerang alat vitalnya, rasa nyerinya lebih berada dibandingkan dengan tendang Hana yang sebelumnya.   Hana berlari kearah pintu, lalu ia membuka kunci kamar dan berhasil lolos dari pria itu. Hana berlari keluar hotel itu melalui jalur belakang. Terlihat beberapa orang mengejarnya yang tentu saja itu adalah para pesuruh dari penyewanya. Hana terus berlari tanpa tujuan, yang jelas ia ingin pergi jauh dan tidak dikejar lagi oleh mereka. Hana membuang sepatu hak yang ia kenakan karena itu membuatnya sulit untuk berlari.   Nafas Hana terengah-engah, ia menengok ke belakang dan ternyata mereka masih mengejarnya. Hana kembali berlari, ia berlari di pinggiran jalan yang cukup sepi. Yah karena ini sudah pukul 2 pagi. Hana merasa paru-parunya sudah mau meledak, dia memilih untuk bersembunyi pada semak-semak dipinggiran jalan. Ia mengabaikan rasa perih yang mulai menyerang telapak kakinya. Sepertinya ia sempat menginjak duri-duri yang tumbuh disekitar semak-semak yang ia gunakan sebagai tempat bersembunyi.   "b******k! Kemana dia!" Hana menahan nafasnya dan menutup mulutnya saat mendengar makian orang yang mengejarnya. Ia tak boleh tertangkap, jika dia tertangkap dapat dipastikan nyawanya akan dalam bahaya.   Drap Drap Drap   Hana menghela nafas lega saat mendengar langkah kaki orang orang itu yang kian menjauh. Setelah merasa cukup aman, Hana keluar dari persembunyiannya.   "Dia disana!" Hana menoleh kebelakang saat salah satu dari pria tadi berteriak, memberitahu kepada yang lain posisi Hana sekarang. Hana terkejut lalu berlari kembali. Sial! Ia piker orang-orang itu sudah jauh darinya. Mau tidak mau, Hana kembali berlari, bahkan kali ini larinya bisa dibilang sangat kencang hingga orang orang yang mengejarnya berada cukup jauh dengannya . TIN TIN BRAK   Hana tergeletak diaspal saat dirinya 'nyaris' tertabrak sebuah mobil sport berwarna hitam. Pemilik mobil itu keluar dari mobil mewahnya.   "Nona, hei. Kau tidak apa-apa?" Pria tampan pemilik mobil mewah itu menggoyangkan lengan Hana. Namun tak ada respon dari Hana.   "Arghhh sial! Aku akan terlambat jika seperti ini!" Pria pemilik mobil mewah itu mengangkat tubuh Hana yang tergeletak tak berdaya diaspal lalu membawanya masuk kedalam mobil mewahnya kemudian ia memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi.   ***   Hana merasa terusik karena cahaya matahari yang menelisik memasuki kelopak matanya yang masih terpejam. Ia membuka matanya perlahan lalu mengerjapkan matanya, menyesuaikan diri dengan cahaya matahari yang menembus retina matanya.   "Eh?" Hana mengerjapkan matanya, ia merasa bingung saat mendapati dirinya berada di ruangan asing. Ia merasa gugup saat dirinya berfikir telah kembali masuk kedalam neraka bernama Yuan House. Tapi Hana merasa asing dengan bentuk ruangan ini, setau Hana, Yuan House tak memiliki kamar semewah ini (kamar untuk para pekerjanya adalah kamar biasa)   Ckrek   Hana menoleh kesumber suara, dilihatnya seorang pria berjalan keluar dari pintu yang sepertinya sebuah kamar mandi di kamar ini, ia hanya menggunakan boxer berwarna hitam dan sebuah handuk yang ditentengnya. Hana membuang wajahnya merasa malu dengan pemandangan di depannya. Pria itu dengan santainya mengenakan kaos putih miliknya lalu berjalan ke arah Hana. Hana menoleh, melihat pria itu yang mendekatinya dan kini duduk dihadapannya. Sebisa mungkin Hana menahan rasa bergemuruh yang membuncah didadanya dan menutupi rasa terkejut sekaligus gugupnya.   "Eung.. Bolehkah aku bertanya? Semalam apa yang terjadi padaku?" Hana membuka pembicaraan dengan pria itu. Pria itu menatap Hana dengan tatapan datar tanpa ekspresi.   "Semalam kau nyaris tertabrak olehku dan kau pingsan" Ucap pria itu dingin dengan menekan pada kata 'Nyaris'.   "Ahh itu, semalam aku dikejar oleh orang jahat. Dan aku kurang berhat- hati saat menyebrang jalan. Maafkan aku. Dan kurasa aku pingsan karena terlalu lelah"   "Aku tidak peduli" ucap pria itu dingin yang membuat Hana meringis kikuk. Hana menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Merasa bersalah dan juga canggung.   "Aku membatalakan sebuah acara penting karena ku fikir aku telah menabrak seseorang dan merenggut nyawanya. Tapi nyatanya kau hanya pingsan karena kau kelelahan" Pria itu menatap tajam Hana, nada bicaranya terkesan datar dan dingin. Hana menundukan wajahnya, ia merasa bersalah pada pria ini.   "M-ma-maafkan aku"   "Kau fikir dengan ucapan maaf itu sudah cukup?" Pria itu berdecih, ia tak mengalihkan tatapan tajamnya sedikit pun dari Hana, membuat Hana makin merasa gugup.   "L-Lalu, Lalu kau mau apa?" Tanya Hana, memberanikan diri untuk mendongak dan menatap wajah pria itu. Sebuah smirk keluar dari bibir pria itu.   "Siapa namamu?" Tanya pria itu dengan senyum manisnya yang membuat Hana bingung. Apa orang ini bipolar? Bukankah baru saja ia mengintimidasi dirinya dan sekarang lihat? Dia tersenyum manis padanya.   "Hana Liu" Lelaki itu menaruh telujuknya diatas dagu, ia mengamati Hana dari atas hingga bawah dan mengangguk-anggukan kepalanya.   "Nah, Hana Liu. Sekarang kau bekerja untuk ku. Kau bekerja sebagai..." Pria itu mencondongkan tubuhnya kedepan, agar lebih dekat dengan Hana.   "Budakku" Ucap pria itu membisikannya pada telinga Hana yang membuat tubuh Hana meremang seketika   ‘
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD