14

1064 Words
Shin mundur, selain busurnya bisa untuk memanah bisa juga menjadi pedang, dengan ujung tebal dan runcing. Apalagi busurnya terbuat dari material padat yang mampu untuk bertahan. Berulang kali Tron menghujamkan anak panahnya dan berusaha mengenai Shin. Shin bertahan sekuat tenaganya, jika dibandingkan Tron yang tinggi jangkung ia memang kalah jauh. Namun, ia harus bertahan sampai ada saatnya. Kabur bukan pilihan yang tepat, ia tak bisa melakukan itu saat ini. Lariannya juga tak kencang, salah satu alasan ia memberanikan diri mengusik Tron karena ia salah waktu. Ia berniat memanah burung, tapi bidikan anak panahnya meleset dan hampir mengenai kaki Tron. Kini ia harus bertarung dengan pemuda itu, ia semakin merasa terpojok dan hanya mampu terus bertahan. Tron menekan setengah tombaknya pada gagang busur panah. Shin menahan dengan sangat kuat, ia rasa kedua tangannya ingin patah, tulang tangan atas dan bawah serasa ingin lepas. Kuat sekali. Tron melihat titik lemah ditubuh Shin, seperti pada Tom. Ia menendang dengan kuat pinggang kiri Shin dengan kaki kirinya. Sesaat kemudian Shin terpental dan jatuh. Busurnya ikut terlempar berserakan. Shin memegang pinggang kirinya yang terasa nyeri, untung saja tak terkena paru-paru bawah. Ia berusaha bangkit, tapi dengan cepat Tron menendang dagunya sangat kencang. Darah keluar dari bibir bawah dan hidung Shin, ia terbatuk sesaat dan tak berdaya. Melihat Shin yang tak bisa melakukan apapun, Tron kembali mendekat dan berusaha menghujamkan ujung tombaknya seperti yang ia hendak ia lakukan pada Bella. Tanpa berteriak ia memasang wajah puas, lal... Jleb! Benda tajam putih itu mengenai punggungnya tembus keperut depan, membuat Tron jatuh terkapar tak berdaya. Shin kaget. Setelah tubuh Tron terjatuh ia bisa melihat Andreas yang terus menghembuskan napasnya, ia bernapas manual karena gemetar. Sesekali ia menelan salivanya karena pertama kali melakukan itu pada seorang manusia. Namun, tak berapa lama ia mulai sadar dan berusaha menolong Shin. "Kau tak apa-apa?" Begitu tanya Andreas berusaha membantu Shin bangun. "Apa yang kau lakukan? Aku ini musuhmu sekarang," ujar Shin pelan. "Aku membalas budimu tadi malam, untuk masalah musuh kita bahas nanti setelah aku mengobati lukamu," kata Andreas sambil mencoba mengobati luka Shin. Ia sudah tak memikirkan tentang Tron yang tak berdaya lagi, antara hidup dan mati. Andreas membersihkan darah yang masih menetes di bibir dan hidung Shin, lalu menekannya dengan obat agar rasa sakitr itu sedikit berkurang nanti. "Aw!" teriak Shin, saat Andreas mencoba mengobati dagu Shin. "Kau ingin membunuhku perlahan, itu menyakitkan." "Ma..maaf, aku tak sengaja," kata Andreas. Tak berapa lama Andreas sudah selesai mengobati luka Shin. Dan ia merapikan tubuhnya. "Aku akan pergi, kutinggal kau di sini. Jaga dirimu sampai baikan dan bisa berdiri," sambung Andreas lagi. "Andreas!" seru Shin, membuat langkah Andreas terhenti. "Jika kita bertemu lagi, kita adalah musuh, kau ingat itu," ucap Shin. Andreas mengangguk mendengarkan ucapan Shin itu, kemudian Andreas meninggalkan Shin. Shin masih di sana, sambil menahan luka dalamnya di pinggang dan bersandar di batang pohon. Rasanya memang begitu sakit tapi ia mencoba menahannya terus agar tak semakin sakit nantinya. Shin mengatur napasnya perlahan, sambil mengingat Andreas. Pemuda polos yang sudah dua kali ia temui, meskipun terlihat polos ia ternyata sangat jago. Selain membunuh harimau, ia juga bisa mengalahkan Tron yang kuat. Seandainya ini bukan ujian mungkin Shin bisa saja jatuh cinta.  Jika ia bisa keluar dan menang, ia ingin mendapatkan laki-laki baik seperti Andreas. Tapi apa itu mungkin bahkan sampai saat ini saja ia masih baru bisa bersyukur karena sudha bisa lolos lagi dari kematian. Sejak mendapatkan rasa sakit dari seorang laki-laki sebenarnnya Shin tak ingin lagi mengenal seorang laki-laki, rasa sakit yang di tinggal laki-laki membekas di dirinya dan membuat dirinya mencoba menutupi diri. Baginya laki-laki itu hanya makhluk menyebalkan dan sangat egois karena hanya mementingkan dirinya sendiri. Tapi mengapai Andreas saat ini baginya sangat berbeda. *** Tak berapa lama waktu berselang, Bella pun mulai bangun. Kepalanya terasa cukup sakit, ia memagang sambil memijatnya perlahan. Ia tak benar-benar mengingat apa yang terjadi padanya, seketika saja ia langsung tak sadarkan diri. Bella mulai bangun dan menggerakkan tubuhnya, tengkuknya masih nyeri ditambah tangan kanannya juga masih terasa sakit akibat injakan dari kaki Tron. Ia masih mengingat sangat jelas bagaimana rasanya bertaruh nyawa dengan pemuda jangkung itu. Rasanya ia tak bisa melakukan apapun, karena pemuda itu terlalu kuat untuknya. Ia harus bersiap diri jika nanti bertemu dengan peserta lainnya yang lebih kuat. Ketika Bella berjalan terus, tanpa sengaja ia melihat mayat seseorang yang tergeletak begitu saja dengan darah yang terlihat segar. Bella mendekati mayat itu sambil meyakinkan bahwa mayat itu dari orang yang pernah ia temui. Setelah benar-benar dekat dengan mayat itu, Bella menendangnya berulang kali dan menyeringai kesal. Ternyata dugaannya benar, orang yang melawannya kemarin sudah mati dalam keadaan mengenaskan, bukan pertarungan dengan Tom kemarin, tapi dengan orang lain. Sebab Tom menggunakan stick bukan pedang. Pedang yang di gunakan untuk menusuk Tron begitu dalam, Bella sampai merasa ngeri sendiri membayangkan betapa hebatnya orang yang melawan Tron. Padahal Tron sendiri memiliki tinggi yang hampir dua meter, meskipun jangkung ia juga berbadan besar. Bella terus menginjak-injak punggung Tron dengan kesal, hal itu tidak dianggap sebagai suatu kesalahan atau melanggar aturan ujian karena hanya sebatas melampiaskan dirinya. Melakukan hal itu Bella teringat ketika bersekolah di kota Tosle, ia yang terbiasa hidup bak putri dari keluarga yang berpunya. Merasa bahwa hidupnya harus sempurna. Ia bersekolah di sekolah yang cukup bagus dan besar. Selalu membanggakan dirinya bahwa orangtuanya berpunya. Bahkan ia teramat sombong dengan orang-orang miskin, ia tak mau berkumpul dengan mereka. Meskipun sombong dan manja, tapi Bella begitu pintar. Ia lulus ujian babak penyisihan dengan sangat mudah. Setelah mengetahui bahwa setelah itu ia harus melakukan ujian kelulusan mematikan, ia pun berusaha keras agar bisa menang dan mengalahkan semua musuhnya yang ada. Selama karantina ia tak pernah merasa cocok dengan teman-teman sekamarnya, bagi Bella mereka hanya orang miskin yang tak tahu diri. Maka ketika memasuki arena ujian ia langsung secepatnya mencari mereka, dua dari empat teman sekamarnya ia sendiri yang menghabisinya tanpa perlawanan yang sengit. Bella merasa harus mendapatkan apa yang ia inginkan, bahkan sekecil apapun itu. Setelah menginjak-injak, Bella kemudian menendang tubuh Tron berulang kali hingga ia tak menyadari bahwa seseorang nemperhatikannya dari belakang. Orang itu membidikkan anak panah pada belakang tubuh Bella, lalu kemudian menghunuskannya dan tepat mengenai punggung Bella. Bella kaget juga merasakan kesakitan yang teramat di punggungnya akibat anak panah itu. Sesaat kemudian Bella merasakan tubuhnya lemas dan menjatuhkan setengah tubuhnya. Ketika melihat Bella tak bisa melakukan apapun. Orang yang menyerang dengan anak panah keluar dari balik pohon.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD