43

1122 Words
“Setelah ini kau mau kemana, Andreas?” tanya Rion pada Andreas setelah mereka mengobrol dan bercerita dengan panjang lebar. Kini Rion tahu siapa dan mengapa Andreas bisa bersekolah di tempat elit, sekolah yang hanya di peruntukan untuk orang-orang tertentu saja. Andreas mengatakan semuanya dengan jelas dan Rion mendengarkan dengan baik, mereka seperti sudah berkenalan cukup lama dan memiliki satu pemikiran yang sama. Rion juga akhirnya tahu bahwa Andreas sama seperti dirinya dulu, Andreas adalah anak panti asuhan yang tak mengenal orangtuanya sejak kecil, sementara dirinya tak pernah melihat lagi di mana orangtuanya sejak tragedi itu terjadi, tapi ia bersyukur ada Ibu angkatnyang yang sudah merawatnya sejak kecil. “Mungkin hanya terus menunggu sampai babak kedua berakhir,” ujar Andreas menjawab perkataan Rion. Apalagi yang harus ia lakukan selain menunggu dan terus menunggu. Entah sampai kapan ujian itu akan berakhir dan meninggalkan satu pemenang, kini semua orang sedang beradu siapa yang akan memenangkan pertarungan itu. Dilihat dari manapun itu lebih seperti sebuah pertarungan bukan hanya sebuah ujian untuk meloloskan peserta saja. “Kita bisa bersama selama menunggu ujian ini, bukan?” tawar Rion pada Andreas, dan Andreas tak memiliki pilihan lain selain menerima tawaran itu karena ia juga di untungkan jika bersama dengan teman lainnya untuk menuju babak ketiga. Andreas mengangguk mendengar tawaran dari Rion itu, kemudian keduanya memutuskan untuk pergi dari tempat sana setelah merasa bahwa tenaga mereka sudah kembali membaik dan stabil. Mereka tak perlu mematikan peta yang ada karena saat ini rute yang di tunjukkan oleh peta sudah mengarak ketempat di mana seharusnya babak ketiga akan terjadi. Peserta yang kemungkinan sudah lolos babak kedua masih memikirkan tentang apa yang akan terjadi nantinya di babak ketiga nantinya, mungkin akan ada ujian yang jauh lebih mematikan dari ujian babak pertama dan kedua yang sudah mereka langsungkan sebelumnya. Mereka ketakutan dan tak tahu harus melakukan apa lagi, tak ada pilihan lain selain melakuakn yang terbaik, bisa bertahan agar tidak mati saja itu sudah jauh lebih dari cukup. Andreas dan Rion masih berjalan bersama, keduanya sesekali terlibat obrolan yang cukup intens, seperti memiliki pemikiran yang sama, meskipun baru kenal beberapa saat. Andreas cukup nyambung ketika berbicara dengan Rion. Sedangkan Rion merasa bahwa Andreas bisa di ajak bercerita banyak hal meskipun kadang terlihat begitu pendiam dan tak mau berbicara lebih dulu. Rion tak pernah tahu apa yang dipikirkan orang-orang seperti Andreas, apa mereka memiliki dunia sendiri yang tak boleh orang lain ikut campur atau mereka tak pernah bisa masuk dunia orang lain? Namun, dibalik itu semua Andreas teman yang cukup simpel, mendengarkan ketika tidak disuruh dan berbicara ketika di minta. Dari caranya Andreas berbicara, Rion tahu bahwa Andreas adalah anak yang rajin dan pandai, terbukti dari dirinya yang bisa masuk sekolah elit khusus, apalagi Andreas tadi mengatakan bahwa ia hanya anak panti asuhan. Jika bukan mana mungkin Andreas bisa mendapatkan perlakuan khusus untuk bisa masuk kesekolah itu. Setelah itu Rion bertanya pada Andreas tentang mengapa ia bisa masuk ke sekolah elit milik pemerintah itu. Andreas pun menceritakan apa yang terjadi pada dirinya dan kenapa ia bisa masuk kesekolah itu. Andreas kecil layaknya anak pada umumnya, tapi kemudian ia diminta oleh pemerintah untuk masuk kesekolah elit dengan beasiswa khusus, awalnya ia menolak tapi kemudian ucapan sang mama membuatnya menerima beasiswa itu. Sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah Andreas menerima beasiswa itu, tapi ia tak mendapatkan perlakuan yang nyaman selama sekolah. Bukan rundungan, tapi ia merasa tak pantas hadir dan duduk bersama anak-anak pemerintah dan orang-orang kaya yang ada di Capital City, sementara ia hanya anak miskin yang hidup dan besar di panti asuhan, ia bahkan tak tahu siapa orangtuanya. Sejak saat menyadari itu ia akhirnya hanya bisa terdiam dan terus diam. Mendengar hal itu Rion hanya bisa mengangguk dan mencerna, ia bisa merasakan apa yang Andreas rasakan karena dulu dirinya juga merasakan hal yang sama. Ketika masih kecil ia harus sekolah di tempat favorit bersama dengan anak-anak orang kaya lainnya, tapi ia mencoba berbaur karena ia anak Lily si pemilik pengaruh besar di Norch meskipun ia anak angkat. Sampai saat ini tak ada yang tahu bahwa dirinya bukan anak kandung dari Lily, jika mereka tahu mungkin mereka akan mengejak dan mengatakan bahwa ia hanya anak pungut yang tak pantang bersanding dengan mereka. Meskipun kadang pikirannya berlebihan, teman-temannya sampai saat ini begitu baik padanya dan memandang apapun dari dirinya. Jika seandainya ia dan Andreas bisa keluar dari ujian itu bersama, ia akan menganggap Andreas sebagai sahabat terbaiknya. Ia tak ingin kehilangan Andreas sebagai seorang sahabat, karena sepertinya Andreas bisa ia ajak bertukar pikiran tentang apapun itu. Ia rasa Andreas akan merasakan hal yang sama. “Jika dari kita berdua lolos ujian ini, menurutmu siapa?” tanya Rion kemudian. Mendengar pertanyaan itu Andreas diam sejenak, apa yang bisa ia lakukan untuk mempertahakan dirinya selain berharap pada keberuntunhgan yang terus ia paksa membantu dirinya. “Mungkin dirimu,” ujar Andreas singkat dan yakin dengan apa yang keluar dari mulutnya sendiri. Saat mendengar kata-kata itu Rion seketika menatap Andreas. Andreas yang begitu mantap menjawab dirinya menang membuat Rion berpikir, mengapa Andreas yang awalnya ia pikir pintar malah menjadi pemuda yang terlihat pesimis dengan apa yang terjadi. Padahal ia berharap Andreas akan mengatakan dengan semangat bahwa dirinya akan menjadi pemenang. “Kenapa begitu?” Rion bertanya lagi karena penasaran. “Aku tak pandai bertarung, aku berulang kali kalah dengan lawanku,” kata Andreas. Berulang kali kalah dengan lawannya? Kalimat itu mengudara di dalam pikiran Rion, jika benar begitu adanya lalu apa yang terjadi dengan Jimmy. Bukankah Andreas mengatakan bahwa telah membunuh dan mengalahkan Jimmy, jika tidak pandai bertarung bagaimana mungkin Andreas bisa menang. Rion tahu bahwa Jimmy bukan orang biasa, Jimmy yang pandai akademik dan olahraga terlihat kuat dan bugar, bahkan diri Jimmy ikut satu tempat beladiri dengannya. Berarti secara langsung Jimmy memang pandai dalam pertarungan jarak dekat ataupun jauh. Jika Andreas menang berarti Andreas jauh lebih berbakat dari Jimmy. “Tapi, kau mengalahkan Jimmy,” ucap Rion. “Mungkin itu hanya keberuntungan. Selain Jimmy masih ada dua peserta lain dan seekor harimau yang mati ditanganku yang memiliki keberuntunagn ini,” kata Andreas. Rion mengerutkan keningnya, ternyata bukan hanya Jimmy yang sudah ia kalahkan, tapi ada dua peserta lain dan seekor harimau. Harimau yang jauh lebih kuatr dari manusia bisa dikalahkan oleh Andreas? Lalu bagian mana yang katanya mungkin ia akan kalah? Apa itu seperti sebuah cara mengatakan bahwa ia sombong dengan kata yang sangat sederhana. Namun, sepertinya Andreas tak mungkin melakukan hal itu, karena ketika mengatakan kalah ia seperti tulus. “Mengalahkan tiga orang dan seekor harimau itu sesuatu yang luar biasa Andreas, bagian mana yang kamu anggap akan kalah,” ujar Rion. “Aku tak yakin itu, Rion. Aku pikir itu hanya sebuah keberuntungan saja.” Setelah mengatakan itu Andreas mengulas senyumnya perlahan, menahan rasa gamang dalam dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD