BAB 18

1678 Words
“Apa yang Dad katakan padamu tadi? Kalian membicarakan sesuatu sangat lama sampai mengusirku keluar,” protesku pada Jayden yang sejak tadi tidak mau memberitahuku apa yang dia dan Dad bicarakan. “Kau tidak mencoba untuk menguping atau semacamnya disana?” “Bagaimana bisa aku menguping pembicaraan kalian?! Ruangan itu sepertinya dibuat dengan khusus. Bahkan aku sengaja berdiri di depan ruangan itu tapi tetap tidak bisa mendengar apapun. Apa kalian berbicara melalui telepati?” “Jangan mengada-ada. Baik aku atau Vampire Agung tidak memiliki kekuatan seperti itu, jangan khawatir tidak ada hal yang serius yang perlu kau khawatirkan,” Jayden tersenyum padaku. “Kalau begitu ceritakan padaku apa yang kalian bicarakan didalam?!” aku sudah merengek dan memohon sedemikian rupa tapi Jayden bergeming pada pendiriannya. “Nanti aku akan memberitahukannya padamu, sekarang belum saatnya. Lebih baik sekarang kita kembali, David sempat menghubungiku sebelum aku menyusulmu. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi disana,” “Kenapa terjadi sesuatu ketika aku tidak disana? Aku sudah mulai lelah dengan semua ini. Apa itu benar-benar perbuatan dari kaum kita?” tanyaku, Jayden yang juga belum mengetahui siapa dibalik semua itu hanya bisa mengendikanb bahunya. *** “Kami benar-benar tidak melakukan apapun pada orang-orangmu, tidak ada dari kami yang berani menyerang bahkan meminum darah dari keturunan hunters. Aku bisa mempertanggungjawankan kata-kataku.” “Bohong! Jangan percaya dengan omongan dia! Sekali penghisap darah selamanya dia adalah penghisap darah! Siapa yang bisa melakukan hal seperti ini selain mereka!” “Benar, hanya mereka yang melakukan hal seperti ini disini. Jangan mengelak lagi vampire! buktinya sudah sangat jelas mengarah pada kalian, kami tidak sebodoh itu,” “Aku tidak menganggap kalian bodoh, tentu saja aku dan kaumku yang lain masih memegang teguh perjanjian yang leluhur kita buat. Selain itu, darah kalian tidak bisa di konsumsi oleh para vampire.” “Jangan mencari alasan! Kita harus laporkan masalah ini pada pimpinan, ini sudah semakin serius!” “Tenanglah, kenapa kalian begitu ribut sekali…” “Dean, masalah ini sudah jelas melibatkan mereka! Kita harus segera melaporkannya pada Rius, ini sudah tidak bisa kita biarkan lagi, mereka sudah mempermainkan kita selama ini!” “Ruvos, aku yang memimpin misi ini. Semua keputusan ada di tanganku, tenangkan pikiranmu. Tidak ada hal yang baik jika kau berpikir dengan emosi seperti itu,” Dean dengan tenang mengamati keadaan di sekitarnya. “Apa kau tidak melihat semua bukti-bukti ini? Dua titik kecil bekas taring di leher yang sudah hampir pudar, jika kita tidak memeriksa bagian leher mungkin bekas luka itu akan segera menghilang?!” “Ruvos…” “Apa kau pikir mereka digigit oleh seekor binatang?! Ular?! Hah, kau memang keturunan langsung dari the hunters, tapi kau ternyata sebodoh ini tidak bisa membedakan mana gigitan vampire dan binatang buas.” Lelaki yang bernama Ruvos itu terjatuh dan mengerang kesakitan sambil menyentuh perutnya yang ditinju dengan lumayan keras. “Kenapa kau meninjuku, Dean?” protesnya sambil menahan sakit. “Aku tahu kebencianmu pada vampire karena mereka membuat adik perempuanmu hampir mati karena diserang vampire. Tapi disaat seperti ini kita harus tetap berpikir tenang tanpa mengedepankan emosi. Bagaimana jika mereka memang benar-benar tidak bersalah?” tanyanya balik pada rekannya. “Buktinya sudah sangat jelas Dean, kenapa kau begitu buta…” “Apa kau lupa bahwa darah kita begitu istimewa? Darah kita adalah racun bagi mereka, satu tetes darah kita mampu melumpuhkan mereka. Tidak ada dalam sejarah atau di masa depan kita mati kehabisan darah karena vampire,” imbuh Dean. Dia masih memperhatikan mayat teman-temannya dengan wajah yang sangat serius “Lalu siapa yang melakukan hal ini pada teman-teman kita. Selain bekas gigitan, beberapa tulang mereka juga retak dan patah, mungkin juga organ dalam mereka rusak. Apa mungkin ada makhluk lain selain vampire disini?” tanya lelaki besar yang bernama Ruvos. Karena pertanyaannya itu, semua mata tertuju pada David dan beberapa vampire yang ikut dengannya, termasuk Dean. “Benarkah ada makhluk lain selain vampire disini?” tanya salah satu dari The Hunters. “Jika benar ada makhluk lain selain vampire, kita dalam bahaya! Makhluk apa itu dan bagaimana kekuatannya kita sama sekali tidak tahu sekali!” sahut yang lain. Kemungkinan adanya makhluk lain selain vampire membuat keributan dan kecemasan dari kalangan The Hunters. Mereka mulai mencemaskan keamanan mereka sendiri pada jenis makhluk yang sama sekali belum mereka ketahui dengan pasti. “Benarkah itu David? Ada makhluk lain selain vampire yang menyamar sebagai manusia? Kau harus menjawab dengan jujur karena ini menyangkut keselamatan para manusia. Jangan coba-coba untuk melindungi mereka.” Dean menatap tajam pada David. “Tidak ada bau makhluk lain selama kurang lebih seratus tahun aku tinggal di sini. Aku sudah pergi ke banyak tempat, tidak ada yang kutemui lagi selain vampire,” jawab David. “Bagaimana kami bisa mempercayaimu vampire?” Rovus melotot kearah David. “Jika mereka ada disini, mereka tidak akan meminum darah, mayat dari teman-temanmu tidak akan utuh seperti itu. Satu-satunya yang meninum darah hanya kami.” Suara gemuruh orang-orang The Hunters yang panik kembali terdengar. “Berarti benar ada makhluk lain selain kalian! Dean...” “Diam!” suara Dean yang menggelegar membungkam keributan. “Kita belum tahu apa yang sedang kita hadapi saat ini. Tingkatkan kewaspadaan kalian dan jangan berpatroli sendiri. Itu yang bisa kita lakukan sekarang selagi menunggu satu orang lagi yang berhasil kita selamatkan sadar,” ucapnya pada anggota yang lain. “Aku ingin berbicara empat mata denganmu David. Ada hal-hal yang ingin aku tanyakan secara pribadi denganmu dan ini akan mempengaruhi keputusan apa yang akan aku buat.” “Tentu Dean, aku juga tidak ingin masalah ini berlarut-larut apalagi ini menyangkut kaumku dan juga kalian. Kita tidak mau hal yang tidak diinginkan kembali terjadi karena kesalahpahaman kecil seperti bukan?” “Ikuti aku.” Dean dan David menuju ke satu tempat untuk membicarakan sesuatu tanpa diikuti oleh yang lain. Setelah memastikan mereka cukup jauh dari yang lain mereka memulai pembicaraan yang sedikit serius. “Katakan padaku dengan jujur, apa ada jenis lain selain kalian yang tinggal disini? Mereka tidak bisa mendengar pembicaraan kita kecuali orang-orangmu. Beritahu aku yang sebenarnya David, aku tahu kau berbohong.” Tegas Dean. “Mereka begitu ketakutan mendengar ada kemungkinan makhluk lain selain kami. Aku hanya tidak ingin menambah ketakutan mereka, hal ini saja sudah membuat mereka panik,” “Jadi memang benar ada lagi selain kalian?” dari suaranya Dean tentu sangat tertarik dan penasaran dengan adanya makhluk immortal lain selain vampire. “Beberapa dari mereka memang ada, tapi tidak banyak. Mereka tidak pernah menetap di satu tempat,” beber David. “Benarkah? Jenis apa mereka?” “Yang baru kutemui selama dua tahun ini seorang incubus, kemungkinan succubus juga ada karena mereka selalu pergi berpasangan. Tapi aku belum menemukan mereka lagi sampai sekarang.” “Aku pernah membacanya dalam buku tentang makhluk mitologi, tak kusangka mereka benar-benar ada,” Dean tampak terkesima, pikirannya melayang pada makhluk lain yang kemungkinan ada di suatu tempat. “Jadi seperti apa mereka? Maksudku, ciri-ciri dan kekuatan mereka. Apa aku bisa melawan mereka jika suatu saat kami menemukannya?” “Mereka sangat tampan dan cantik, bisa mengubah wujud mereka menjadi orang yang diidamkan targetnya. Mereka biasanya muncul di malam hari menggoda pria dan wanita yang sedang kesepian, lalu menyerap energi mereka.” David menjelaskan sosok succubus dan incubus dalam garis besar saja. “Menyerap energy? Bagaimana?” Dean mengerutkan keningnya. “Mereka menyerap energi kehidupan manusia melalui hubungan seks. Jika mereka sangat menyukainya, mereka bisa melakukannnya berkali-kali dalam satu hari dengan orang yang sama sampai mereka lemas bahkan mati. Kau pasti pernah mendengar hal itu bukan?” seloroh David. Dean tampak terkejut dan wajahnya sedikit merona. Tampaknya dia membayangkan sesuatu yang sedikit liar di otaknya. Dean berdeham pelan sebelum kembali bertanya, “Jadi menurutmu mereka tidak menyerang teman-temanku?” “Mereka tidak akan menyerang manusia begitu saja, mereka makhluk yang sangat menyukai hubungan seks. Kalaupun mereka menyerang, pasti ada yang membuat mereka marah dan tubuh mereka akan tercabik-cabik sampai rusak dan tidak dikenali.” Dean tampak berpikir dengan hati-hati, masalah ini tidak semudah yang dia kira dengan asumsi adanya makhluk lain selain vampire yang tinggal di dekat mereka. Tentu saja dia juga tidak bisa gegabah memutuskan segala hal dan melaporkannya sebelum melihat buktinya langsung. Selain itu dia juga harus mencari Alec yang kabur dari ruang isolasi sehari sebelum hari eksekusinya. “Apa tidak ada acara lain untuk menemukan makhluk yang menyerang anggotaku? Kau memiliki indera yang tajam, bau tubuh mereka pasti bisa kau cium,” imbuh Dean, ia menaruh sedikit harapan pada vampire di depannya ini. “Sayangnya, aku tidak bisa mencium bau mereka. bukan tidak bisa mencium, tapi baunya cepat menghilang seolah tertiup angin. Aku bisa mencium bau mkhluk hidup, tumbuhan, ataupun benda mati lainnya, bahkan aku bisa tahu keberadaan orang lain dari baunya dalam jarak 1 kilometer. Tapi untuk kasus ini, aku sama sekali tidak tahu apa yang menyerang teman-temanmu itu,” jawab David, dia merasa kasihan pada beberapa anggota The Hunters yang menjadi korban. “Tak kusangka, vampire sepertimu punya kelemahan juga…” desahnya. “Tentu saja, setiap makhluk apapun punya kelemahan masing-masing. Bagaimana dengan pria yang bernama Alec? Kau sudah menangkapnya kembali?” “Rius dan timnya yang melakukan pencarian langsung. Mereka mendatangi banyak tempat yang dianggap sebagai persembunyiannya…” “Pasti sulit untuk kalian mencari dua orang sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Tapi Dean…” David tampak ragu untuk mengutarakan pertanyaan yang sejak dulu ada dalam pikirannya. “Ada apa? Katakan saja.” “Apa kau tidak curiga sedikitpun jika kejadian penculikan dan penyerangan kali ini ulah dari rekanmu, Alec?” tanyanya dengan sedikit nada keraguan. “Kenapa kau berpikir itu adalah Alec?” “Bukankah sebelum ini dia melakukan uji coba pada manusia dengan suatu serum yang dapat mengubah manusia menjadi sekuat vampire? Mungkin saja kali ini adalah ulah dari orang yang sama.” Dean tampak termenung cukup dalam. Sebenarnya dia pernah memikirkan hal ini, terlintas di kepalanya begitu saja tapi secepat itu pula dia mengabaikan semuanya. Pembicaraan ini mengingatkanku kembali akan kemungkinan itu. Tak lama setelah kaburnya Alec, kasus penculikan ini mulai terjadi, sepertinya aku harus membaca kasus ini kembali dari awal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD