bc

Married with Single Daddy 2

book_age18+
2.0K
FOLLOW
21.6K
READ
love-triangle
HE
kickass heroine
single mother
tragedy
bxg
bold
brilliant
lawyer
like
intro-logo
Blurb

Saat sepasang suami istri yang berharap bahwa hubungan keduanya akan terus awet dan langgeng hingga tua ketika keduanya sudah saling terbuka mengenai perasaan masing-masing. Namun nyatanya ada begitu banyak hal yang lupa dilakukan di sela-sela kesibukan, hingga perlahan merenggangkan hubungan tanpa mereka sadari.

Alando yang secara tiba-tiba menjadi sering pulang larut malam atau pergi ke luar kota untuk menangani urusan pekerjaan. Juga Meisya yang sibuk membantu keluarganya bekerja di klinik kesehatan yang belum lama dibuka. Membuat mereka harus menyewa suster untuk membantu mengurus anak-anak mereka.

Berbagai cekcok dan perdebatan sering kali terjadi saat keduanya sama-sama sulit untuk bisa mengalah. Ando yang sibuk, Meisya yang ikut sibuk. Anak-anak yang nakal dan sering merajuk karena kurangnya kasih sayang kedua orang tuanya. Perbedaan pendapat yang terjadi secara terus-menerus membuat keduanya menjadi semakin asing dan tidak betah berada di rumah. Memilih untuk menyibukkan diri di luar rumah.

Hingga tanpa sadar membuat keretakan pada hubungan rumah tangga mereka semakin besar tanpa disadari. Akankah mereka mampu melewati semuanya dan menekan ego masing-masing untuk mempertahankan pernikahan yang sudah terasa hambar? Akankah semuanya bisa kembali seperti saat mereka bisa saling menerima perasaan satu sama lain?

Apakah calon bayi yang bersemayam di perut Meisya mampu menahan retaknya hubungan rumah tangga yang sudah berada di ujung tanduk? Dan mampukah Ando tetap menahan Meisya agar tidak membawa anak-anaknya saat isu orang ketiga tiba-tiba hadir menerjang rumah tangganya hingga pada titik dimana Meisya ingin menghilang dari pria itu untuk selamanya?

chap-preview
Free preview
1. Pulang Larut Malam
Ando menjambak rambutnya frustasi, dia melihat tampilan dirinya sendiri dan sosok di sampingnya yang tampak tidak jauh berbeda dengannya. Pria itu langsung menyingkap selimut yang menutupi tubuh mereka berdua. Seketika pria itu langsung menghela napas lega begitu mendapati kalau dia tidak sepenuhnya tanpa busana. Celana bahan berwarna hitam itu masih melekat di tubuhnya. Lalu pria itu sedikit melirik pada sosok wanita yang masih berbaring tertidur di sampingnya, wanita yang seharusnya menjadi kliennya. Wanita itu kini tengah mengenakan pakaian minim, namun rok span selututnya yang agak tersingkap ke atas membuat Ando langsung mengalihkan pandangannya. Dadanya berdebar kencang, bukan karena jatuh cinta. Melainkan perasaan bersalah. Entah apa yang sebenarnya terjadi sampai mereka berdua bisa berakhir berada di atas ranjang yang sama dengan kliennya sendiri. Padahal sebelumnya Ando hanya datang ke rumah wanita itu untuk menanyakan beberapa hal terkait kasus yang tengah ditanganinya. Mengambil ponsel miliknya rupanya ada di samping nakas tempat tidur, Ando melhat waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam lewat. Rasa bersalah semakin memenuhi dirinya, pria itu merasakan pening dan sakit kepala yang hebat seakan ada batu besar yang memukul kepalanya hingga terasa berat. 'Apa yang sebenarnya terjadi?' Pria itu dengan segera memperbaiki pakaiannya agar tidak terlihat berantakan, lalu dia tak lupa menutup kembali tubuh wanita di sampingnya agar tidak sampai menimbulkan pikiran yang tidak-tidak dalam benaknya. Berulang kali Ando menyebut nama Meisya dalam benaknya sebagai bentuk rasa bersalah yang tidak bisa dia pungkiri terus membuatnya merasa tak nyaman. *** "Kenapa kamu belum tidur, sayang?" Meisya langsung membawa Sakha agar duduk di sampingnya, mengelus kepalanya dengan lembut dan tak lupa ia menghilangkan ekspresi kesal di wajahnya. Berganti dengan senyum hangat yang dia tunjukkan pada anaknya. "Mama kenapa belum tidur? Apa ayah belum pulang lagi, Ma?" Mendengar perkataan Sakha yang saat ini masih berusia 4 tahun membuat Meisya hanya bisa tersenyum dan tidak tahu harus berkata apa. Bahkan anak sekecil Sakha saja tahu bahwa akhir-akhir ini Ando sangat sibuk dan sering pulang larut malam. Tentu saja jika pria itu terlebih dahulu mengabarinya untuk mengatakan kemana dia dan alasan mengapa dia bisa sampai pulang terlambat, tentu Meisya tidak akan menunggu tanpa kepastian seperti ini. Tapi kenyataannya apa, pria itu rupanya telah kembali pada sikap awalnya yang mengabaikan hal-hal kecil seperti memberi kabar, hingga membuat Meisya merasa kesal karena terus-menerus memendam perasaan itu di dalam hatinya. "Kamu tidur dulu ya, ayo biar mama temani kamu tidur." Meisya lebih memilih menyembunyikan perasaannya dan tidak menjawab pertanyaan Sakha. Karena saat ini perasaannya terasa tercekat, dia takut akan tiba-tiba saja menangis karena terlalu kesal dengan sikap Ando yang seperti ini. Beruntung Sakha tidak lagi bertanya lebih lanjut pada Meisya, ia tampak lebih bisa mengerti perasaan mamanya dan tidak ingin membuat mamanya bersedih. Meisya dengan segera membawa Sakha ke dalam pelukannya dan pergi ke kamar Sakha yang letaknya berada di samping kamar tidur Mika. "Sakha mau dibacain dongeng apa?" "Sakha mau dibacain cerita Sangkuriang!" Dengan semangat Sakha menjawab, sementara Meisya tersenyum dan duduk di samping tempat tidur kecil dan bersandar pada sandaran tempat tidur. Sebelah tangannya terulur mengelus kepala Sakha yang terasa lembut halus rambutnya. Sakha kecil tampak mirip seperti Ando, dengan matanya yang besar, alis tebal, bulu mata panjang, bibir yang proporsional dan kulitnya putih seperti Meisya. Rambut Sakha saat ini masih agak kecoklatan, mungkin karena dia masih kecil. "Apa ayah akan pulang hari ini, Ma?" "Ayah akan pulang, mungkin sekarang ayah masih sibuk bekerja. Mama mulai bacain buku ceritanya ya." Meisya masih menampilkan senyum manis dan menghangatkan untuk Sakha kecil. Sakha mengangguk, dia menurut dan tidak banyak membantah karena takut akan membuat mamanya merasa sedih. Bagaimanapun hati seorang anak kecil cukup sensitif. Sakha juga sengaja keluar dari kamarnya karena dia tidak bisa tidur tadi. Meisya mulai membacakan dongeng Sangkuriang pada Sakha dengan suara pelan dan lembut, membuat anak kecil itu perlahan-lahan merasa mengantuk dan akhirnya jatuh tertidur. Setelah selesai membacakan cerita, Meisya lalu menutup kumpulan buku cerita dongeng dan meletakkannya di atas rak buku kecil yang ada di dalam kamar Sakha. Meisya memandang Sakha dengan penuh kasih sayang, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh putranya dan mengecup dahi Sakha sebelum keluar dari kamar tidur Sakha dan mematikan lampu kamar. Menyisakan lampu redup yang menerangi kamar tidurnya. Saat baru saja keluar dari kamar Sakha, Meisya dibuat kaget saat dia melihat sosok Mika yang rupanya tengah mengintipnya sedari tadi dari balik kamar Sakha. "Kamu belum tidur juga, Sayang?" Meisya mendekat ke arah Mika yang tampak menundukkan kepalanya dan murung. "Kamu kenapa, apa ada masalah atau hanya tidak bisa tidur?" "Apa besok kita jadi berjalan-jalan sesuai janji ayah sebelumnya, Ma?" Meisya terdiam, dia tidak tahu harus menjawab seperti apa. Dia juga tidak bisa memastikan apakah Ando masih mengingat janjinya yang akan mengajak mereka berjalan-jalan weekend ini. Apa lagi akhir-akhir suaminya sangat sibuk dan Meisya juga agak kesulitan menghubunginya. "Mama akan usahakan tanya pada ayahmu nanti. Kamu tidur dulu ya, sekarang sudah lewat jam 10 malam. Ayo Mama temani kamu tidur." Meisya yang keibuan merangkul Mika yang kini sudah berusia 10 tahun, tingginya juga sudah sedadanya. Mika tumbuh menjadi anak yang ceria dan semakin cantik setiap harinya. Meisya sangat menyayangi Mika sebagaimana dia menyayangi Sakha dan selalu berusaha untuk bersikap adil pada keduanya tanpa membeda-bedakan perlakuan satu sama lain. "Mika mau tidur sama mama, temani Mika ya. Tadi Mika mimpi buruk." Kedua mata Mika tampak agak berkaca-kaca, terlihat jelas ada rasa takut dalam diri anak kecil itu yang membuat Meisya merasa kasihan dan tidak tega untuk menolaknya. "Ya udah, ayo mama temenin Mika tidur, jangan takut lagi ya." Meisya merangkul Mika agar masuk ke dalam kamarnya yang ada di samping kamar Sakha. Meisya juga tidak tahu malam ini Ando akan pulang jam berapa, dia sudah malas untuk menunggunya lagi dan lebih memilih untuk menemani Mika tidur. Ranjang Mika lebih luas dari pada ranjang milik Sakha yang kecil. Tentu saja karena Mika sudah beranjak semakin besar dan sebentar lagi akan menjadi gadis remaja yang membutuhkan privasi, juga kenyamanan dalam kamarnya. Sehingga kamar Mika sudah direnovasi tidak lama ini hingga kini terlihat seperti kamar anak remaja yang lebih nyaman untuk anak seusianya. Meisya dan Mika tidur saling berpelukan, keduanya tidak membutuhkan waktu lama untuk tertidur. Hingga tidak beberapa lama kemudian pintu yang tidak tertutup dengan sempurna itu agak berderit pelan dan memunculkan seorang anak kecil berusia 4 tahun. Melihat mama dan kakaknya tidur bersama, Sakha dengan segera masuk ke dalam kamar kakaknya dan ikut naik ke atas kasur. Terlihat sekali kalau Sakha masih terlihat baru bangun dan mengantuk, namun dia tidak bisa tidur sendirian dan mencari mamanya. Begitu melihat kamar Mika yang terbuka sedikit membuat Sakha memutuskan untuk ikut tidur bersama mereka. Ia ada di samping Meisya yang kini mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Sakha tanpa ragu langsung tertidur dan memeluk Meisya dengan tangan kecilnya. Ketiganya tampak tidur dengan pulas. Hingga setelah beberapa saat kemudian pintu kamar tersebut kembali berderit pelan. Menampilkan sosok pria yang wajahnya tampak kusut dan lelah. Ando mengusap wajahnya sesaat sebelum melangkah maju untuk melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Bibirnya tersenyum tipis melihat istri dan anak-anaknya tampak tertidur pulas bertiga. Membuat perasannya yang lelah sedikit terobati, lalu Ando berjalan semakin mendekat ke hingga tiba di samping kasur milik Mika. Ia lalu menundukkan kepalanya, mengecup satu persatu kening mereka bertiga dengan lembut dan penuh kasih sayang. Ada sorot mata menyesal dalam matanya saat melihat pemandangan ini. Ia sadar bahwa akhir-akhir ini dia sangat sibuk dan jarang berada di rumah. Ada masalah dalam pekerjaannya dan dia bahkan sampai lembur untuk menyelesaikan tuntutan klien. Belum lagi masih banyak hal lain yang bisa menjeratnya jika dia tidak berhati-hati ke depannya. Salah sedikit saja dia takut akan dijadikan sasaran orang-orang yang tidak menyukainya. Ando perlahan menggendong Sakha dan membawanya agar kembali tidur di kamarnya sendiri. Setelah memastikan Sakha tidak terbangun dan menyelimutinya dengan baik. Ando lalu kembali ke dalam kamar Mika untuk membawa Meisya ke dalam kamar mereka sendiri. Saat ini Ando tidak ingin tidur sendirian, dia ingin tidur bersama dengan Meisya dan menghirup aroma tubuh istrinya untuk menenangkan pikirannya. Dia ingin memeluknya untuk memberikannya ketenangan saat tubuh dan otaknya terasa lelah karena pekerjaannya. Ando lalu menyelipkan tangannya di bawah leher dan lutut Meisya. Dia akan menggendongnya, tidak peduli seberapa lelahnya dia saat ini. Untuk sekedar menggendong Meisya agar kembali tidur ke kamar mereka, dia tidak keberatan sama sekali. Meisya yang merasa kurang nyaman perlahan menggeliat dan membuka kedua matanya. Dia lalu melihat sosok pria yang wajahnya tampak kusut dan tengah menggendongnya. Pria yang sedari tadi dia tunggu-tunggu kepulangannya. "Kamu sudah pulang?" "Ya, aku pulang!" Samar, Meisya bisa mencium aroma parfum perempuan yang melekat di kemeja suaminya dalam posisi ia berasa dalam gendongan suaminya saat ini. Namun Meisya hanya terdiam, tanpa sadar mengepalkan sebelah tangannya yang ada di leher pria itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook