Eps 3 Kecewa

888 Words
Sekembalinya dari nonton, ternyata Dewi sudah menunggu Aurel dengan wajah cemberut. "Dari mana sih kalian? Diteleponin nomornya enggak aktif" gerutu Dewi dengan kedua tangan dipinggang. "Dih, siapa suruh tidur seperti orang pingsan. Untung ada William yang ngajak gue makan dan nonton. Coba bayangkan....kalau gue nungguin lo bangun bisa bisa kering kaya kerupuk" sahutku tak mau kalah, disertai gelak tawa kakaknya. "Gue engga ikutan yah Dew, cuma berbaik hati nemenin Aurel." sahutnya sebelum Dewi memarahinya. "Sekarang gue lapar nih." Aurel mengangkat kantong belanjaan nya tinggi tinggi "Sudah gue beliin makanan tadi di mall. Nasi goreng sosis kesukaan lo." Dewi tersenyum "Memang lo sahabat sejati Rel. Yuk.. temenin gue makan trus kita kerja." "Dih.. enggak enak belakangnya." gurau Aurel. Dengan bergandengan tangan mereka berjalan beriringan menuju meja makan. "Hmm.. gini nih. Kalau sudah berduaan yang lain cuma numpang doang." sindir William merasa tersingkir. "Lo kan sudah sama Aurel dari pagi tadi, giliran gue dong sekarang." jawab Dewi sewot. "Enggak usah ngegas kali Dew....santai sis! Rel, aku ke kamar ya, jika butuh teman panggil saja." sahut William seraya mengedipkan mata kanannya dengan genit. "Belajar genit dari mana lo ka! Awas ya! Suka main perempuan di luar!" teriak Dewi memarahi kakaknya yang mendadak berubah sikap. "Rel, dari tadi sama dia ngapain saja?" selidik Dewi lalu membuka kotak berisi nasi goreng "Hmmm...harumnya..." "Tadi cuma breakfast trus nonton. Ehh....tau gak ternyata si Alex itu temannya William loh!" "Alex? Alex mana? Dosen yang lo naksir itu?" "Sstt..suaranya jangan kencang kencang dong." tegur Aurel "Ya, benar, Alex yang ganteng itu Dew" "Lo tau dari mana?" Dewi masih tidak percaya. "William tadi ngajak gue ke cafe milik Alex, trus ketemu orangnya. Tapi..." mendadak suara Aurel berubah. "Tetapi apa?" tanya Dewi penasaran. "Tetapi ternyata Alex sudah punya tunangan dan akan menikah Dew." "Ha ha ha ...belum bertempur sudah kalah duluan nih" ledek sahabatnya hingga tersedak. "Uhukk..uhukk..." "Rasain, durhaka sih ngeledek gue" sahut Aurel lalu memberikan segelas air putih untuknya. Mereka berdua kini telah berada di dalam kamar Dewi dan mengeluarkan hampir seluruh koleksi tas wanita itu. Rencananya hari ini akan mengambil gambar barang tersebut untuk kemudian dijual sebagai barang preloved, alias barang bekas pakai. "Dewi!! Dari tadi enggak habis habis sih. Masih banyak ya?" keluh Aurel sambil merenggangkan seluruh ototnya karena pegal. "Dikit lagi Rel, tinggal sepuluhan tas nih" "SEPULUH?" seru Aurel tidak percaya "Perasaan kita sudah dua jam lebih dan masih sepuluh lagi Dew?" "He he he he...banyak juga ya." ucap Dewi tanpa perasaan bersalah. "Istirahat dulu deh, gue juga mau kebawah lihat ada camilan apa. Lo lanjut aja dulu ya Rel" Aurel mengangguk, dia sudah letih dan bosan. Ketika sedang asik mengambil gambar, tetiba dari luar terdengar Dewi memanggil namanya "Aurel!" Aurel! Turun yuk, mama bawain martabak telur nih" Untung Aurel masih ingat kalau dirinya bukan dirumah sendiri, demi kesopanan terpaksa dia bergegas menyusul sahabatnya untuk turun. Tetapi, ketika melewati beberapa tas yang berantakan tergeletak di lantai, Aurel tersandung dan tidak dapat dihindari lagi dirinya jatuh terjembab dengan dahi membentur sudut ranjang. "Duh....ssttt..." "Aurel...kamu kenapa?" tetiba terdengar suara William menghampirinya yang masih terduduk lemas di pinggir ranjang sambil memegangi dahinya yang merah dan mengeluarkan darah segar. "Kesandung...uuhhhh...sakit banget nih" Aurel meringis menahan nyeri di kepalanya. William membantu Aurel untuk duduk di atas ranjang "Tunggu, aku ambil kotak obat dulu" kemudian dengan gesit ia keluar kamar dan tak lama kemudian kembali dengan sebuah kotak putih. "Tanganmu turunkan dulu. Biar aku bisa kasih obat ya" "Sstt...pelan pelan dong Wil. Perih nih" "Tahan, sedikit perih tapi ini akan membuat lukanya kering agar darah tidak keluar lagi dari sana" Wajah William sudah sangat dekat dengan Aurel, bahkan hembusan napas pria itu terasa di wajahnya. Suatu pengalaman baru, belum pernah dia merasakan sensasi itu. "Kok wajah kamu merah Rel?" tanya William dengan heran. "Oh..enggak...mungkin kepasanasan" jawab Aurel asal. Wiliam tersenyum, sebenarnya dia tahu alasannya tetapi sengaja bertanya untuk memastikan tebakannya. "Nah, beres deh. Darahnya sudah tidak mengalir lagi. Sebentar aku bersihkan noda nya" Tangan kiri William menyentuh dagu Aurel, mendongakannya agar memudahkan pria itu untuk membersihkan sisa noda darah di dahi Aurel. Dan dengan tangan satunya lagi dia membersihkan noda tersebut sambil sesekali melirik wajah cantik Aurel yang tengah memejamkan kedua matanya. Bibir ranum sahabat adiknya seakan menantang ingin diciumnya. "Hei! Sedang apa kalian" seru Dewi dari arah pintu masuk. "Ehem..." William salah tingkah, seperti anak kecil yang ketahuan mencuri. Begitu pula Aurel, mendengar teguran Dewi dia membuka kedua matanya dan menggeser tubuhnya menjauh. "Gue..jatuh Dew...trus" "Trus gue bantuin dia deh ngobatin lukanya" sambung William sambil membereskan obat obatan masuk ke dalam kotak obat kembali, juga mengatur detak jantungnya yang mendadak berdebar kencang. "Ohh..kirain apaan. Coba lihat Rel lukanya" Dewi menghampiri mereka dan memberi isyarat pada kakaknya untuk menepi. "Wah...lumayan parah ini Rel. Gak ke rumah sakit ?" "Enggak perlu lah Dew, paling besok memar biru saja. Lebay kalau ke UGD" "A little lebay sih, tapi kan aman. Lo dipegang oleh dokter, bukan sama si William yang sok jadi dokter" sindir Dewi. "Hmm..gini nih, udah dibantuin malah di hina" Aurel menoleh dan menatap William. "Makasih ya Wil" ucapnya sambil memberikan senyum sebagai tanda terima kasih telah dibantu. "Sama sama...aku keluar dulu ya. Oh ya, ini salep yang manjur buat ilangin memar. Jangan lupa dipakai terus" William memberikan sebuah tube kecil untuk Aurel. "Tumben dia perhatian, biasanya malah ketawain gue" gumam Dewi, sekali lagi dia merasakan keganjilan pada sikap kakaknya hari ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD