Eps 4 Kencan Pertama

977 Words
Kuperhatikan memar dikeningku, kuraba perlahan dan meringis kesakitan. Besok akan semakin biru warnanya, dan Senin nanti di kampus pasti banyak yang kepo bertanya tentang memar ini. Huhhh...gak habis pikir juga kenapa bisa terjatuh padahal aku sudah perlahan melangkah. Dasar nasib!! "Ting" terdengar suara notifikasi, kuraih ponsel dan merebahkan tubuhku diatas ranjang. Kusentuh layar ponsel dan terlihat notifikasi dari nomor yang tidak kukenal. Penasaran dari siapa, akhirnya kubuka pesan itu, "Hai Rel, ini William. Aku minta nomormu dari Dewi." Sejenak aku memikirkan kata kata yang tepat untuk membalasnya. "Hallo Will, sebentar aku save dulu ya nomormu di ponselku." lalu aku menyimpan nomornya dan melanjutkan percakapan kami. Agak heran juga karena sudah kenal dengan William sekian lama baru sekarang dia chat dengan ku. "Ada apa Will?" "Gimana memarmu? Masih sakit?" "Masih nyeri sedikit, thanks ya tadi udah diobatin" "Your welcome, sudah mau tidur ya?" "Belum, lagi nunggu kantuk" "Ok deh...selamat tidur ..sweet dream" "Sama sama, thank you. Good Night.." kutambahkan icon smile sebagai penutup percakapan pertama kami. Kuletakan ponselku di meja samping ranjang lalu menarik selimut dan mencoba untuk tidur. Beberapa menit berlalu tapi kantuk belum datang rupanya. Sekilas wajah Alex terbayang, lalu Tamara. Huhhh...kenapa sih ada Tamara? Kuambil kembali ponselku, kucari i********: cafe "Nolin" miliknya. Ahh...ketemu!! lalu satu persatu aku cek folowersnya. AHA!! finally...aku bangga punya otak cerdas seperti ini. Akhirnya aku ketemu i********: milik Alex, langsung saja aku follow dan dengan tersenyum aku membuka satu persatu postingannya. Ternyata Alex aktif memposting Instagramnya. Postingan terakhirnya adalah suasana Cafe yang sepertinya baru diambil pagi ini. Foto foto lainnya tidak menarik perhatianku, bahkan membuatku kecewa karena ada beberapa foto dirinya dengan Tamara. Kubuka aplikasi WA dan mencari nama Dewi disana. Kulihat statusnya online, hm...Dewi masih belum tidur rupanya. Kuputuskan untuk meneleponnya. Kutunggu suara nada sambung sampai akhirnya terdengar suara Dewi. "Hai..belum tidur Rel?" "Gak bisa tidur gue." "Truss...mau gue nyanyiin nina bobok buat lo?" terdengar suara tertawa pria samar samar diseberang sana. "Ada siapa disamping lo Dew? William ya?" tebakku. "Yoi...kebetulan nih dia dari tadi nanya nanya tentang lo terus. Nih.Kak..lo tanya sendiri aja sama orangnya." sepertinya ponsel Dewi diberikan ke William. "Hallo Rel, gak bisa tidur?" benar saja dugaanku. Awas si Dewi...gak permisi main kasih ponselnya ke William. "Hehehe...ya nih...kalian juga belum tidur?" kulirik jam di dinding kamarku, 1 pagi. "sudah jam 1 pagi loh?" "Dewi masih membereskan tas nya, aku nemenin dia...hehehe" aku suka mendengar suara tawa William. "Sebentar aku ganti telepon kamu pakai ponselku ya..soalnya Dewi gak sabar mau ambil ponselnya..." Lalu sambungan teleponku pun terputus. Tak lama terdengar suara dering telepon masuk dari William. "Hai...nyambung lagi. Hm...kenapa gak bisa tidur Rel?" Pertanyaan yang bikin aku sendiri bingung mau jawab apa. "Gak tau juga kenapa padahal hari ini aktifitasnya cukup banyak. Kamu juga belum tidur?" "Hm..sepertinya hari ini aku terlalu senang jadi belum cool down otaknya." "Seperti anak kecil saja...hari ini terlalu senang?" kutanya kembali karena setahuku hari ini dia kebanyakan denganku. Hatiku deg deg an jadinya... "Ya...aku senang karena ada kamu yang menemaniku menghabiskan waktu hari ini. Kalau kamu gimana? senang gak ?" Untuk beberapa detik aku terdiam mendengar jawabannya dan bertanya pada diriku sendiri, apakah aku senang bersamanya? "Eng...senang juga kok. Sudah lama gak nonton." jawabku canggung. "Kapan kapan kita jalan bareng lagi mau?" "Ohh.boleh..boleh...lain kali ajak Dewi juga ya..biar lebih ramai." "Tapi, aku lebih suka kalau kita pergi berdua saja. Kalau ada Dewi akunya dicuekin sama kalian soalnya." "Masa sih? gak juga lah.." jawabku membela diri. "Ya udah..nanti kita atur waktunya. Sudah malam..ehh..pagi deh...kamu coba untuk tidur Rel..nanti mata panda loh." aku tertawa mendengar ucapannya. "Bagus lah mata panda, jadi gak usah pakai make up lagi." timpalku. "Tanpa make up kamu juga sudah cantik kok." Nahh lohhh....kok mendadak William memujiku ya?? "Makasih atas pujiannya...good night" "Sama sama...good night juga.." Ada apa dengan William hari ini? Biasanya kalau ketemu, dia hanya menegur basa basi saja, seperti Hallo Aurel, apa kabar Aurel dan sejenisnya. Hari ini sampai memujiku segala. Jangan...jangan.....kutepis pikiranku. Gak mungkin lah...William kan seleranya tinggi. Mana mungkin dia suka denganku. Kutarik selimut dan mencoba untuk tidur. *** Hari ini aku akan ketemu lagi dengan Alex, gak tahu kenapa hatiku sedikit berbunga bunga. Kukenakan celana jeans dan blouse berwarna putih, kupoles tipis lipstik di bibirku. Puas dengan penampilanku, segera kulangkahkan kaki keluar kamar menuju mobilku. "Nova..." Tante Rina memanggilku. Hanya keluarga terdekatku saya yang memanggil nama kecil ku itu. "Tante...jangan panggil Nova di depan teman temanku ya...Aurel Tante..." ucapku sambil mencium pipinya. Bagiku Tante Rina sudah seperti Mama keduaku. "Memang kenapa dengan nama Nova?" "Pasaran Tante..." kucomot sepotong roti dari piringnya. "Aurel jalan dulu yahh....." "Rel..sebentar, Tante mau info kalau weekend ini Tante mau ke Bali mengunjungi mamamu. Kamu mau ikut?" "Mau ...hari apa Tan?" "Jumat, kembali Minggu." Kuanggukan kepalaku "Ok, Tante langsung belikan tiket pesawat yah.." "Thank you Tante....you are the best deh pokoknya..." teriakku sambil bergegas keluar pintu rumah. *** "Hai Rel...cantik hari ini deh...tumben pakai make up?" Aku tersenyum menanggapi komentar beberapa teman pria di kampus. Ya, memang hari ini aku tampak berbeda dari biasanya, special mau ketemu Alex. "Biasa juga cantik kok Rud...Lo aja yang gak perhatiin." "Aduh..kalau begini mau dong jadi pacar lo Rel..." ledek Tony menimpali. "Sorry....lo bukan type gue Ton." "Hushhh...dah pergi sono..Lo pada kaya semut ngerebutin gula. Aurel udah ada yang punya..." kucubit pelan lengan Dewi. "Bicara sembarangan! Kalau begini terus kapan gue punya pacar Dew!" "Dah...lo focus aja sama si Alex tuh..." Dewi mengarahkan jarinya pada pria yang baru saja masuk ke ruangan kuliahku. "Sstt...Dew, ntar gue pinjem catatan lo ya." bisikku, "Ok." Tak terasa 2 jam berlalu, dan kelas pun bubar. Hari ini tidak ada hal yang dapat kujadikan alasan untuk berbicara langsung dengan Alex. Kupandangi punggungnya yang telah jauh meninggalkan kelas. Kuhela napas, dan membereskan alat tulis dan buku catatanku ke dalam tas. "Rel, gue tinggal ya..ada kelas Sosiologi tambahan." kuanggukan kepalaku. "Gue juga mau pulang Dew. Bye.." Aku pun berjalan menuju parkiran mobilku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD