Terungkapnya Rahasia Dia

1152 Words
Venus Ariana. Ya, wanita yang tengah berpura-pura tertidur dan bergelung dalam selimut tebal itu adalah dia. Wanita yang menikah dengan Pangaji Rayyan sejak sembilan tahun lalu, dan memiliki seorang putri cantik berusia delapan tahun bernama Neptuna Sirena. Seorang wanita yang sangat cerdas dan berbakat dalam bidang bisnis, namun terpaksa berhenti karena permintaan sang suami. Setelah suara Aji menghilang dari pendengaran Venus, ternyata pria itu sudah mulai bersiap-siap untuk tidur. Tak ada deep talk pengantar tidur, dan tak ada pula kecupan hangat yang biasa Aji berikan setiap kali Venus hendak tertidur. Yang ada, hanya helaan napas panjang yang pria itu perdengarkan, sebelum akhirnya terlelap sendirian. Venus mencoba berusaha tetap tenang, dan tidak terpancing oleh keingintahuannya yang semakin besar. Ia tahu bahwa Aji baru saja terlibat dalam percakapan telepon yang rahasia, dan kata-katanya yang terakhir membuatnya semakin ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Setelah dirasa yakin pria itu sudah benar-benar terlelap, Venus pun mulai bangkit dari posisinya, memastikan semuanya aman, lalu bergerak ke sisi kanan tempat tidur untuk mengambil alih ponsel Aji yang tergeletak di atas nakas samping pria itu. Awalnya, Venus terdiam menyadari bahwa Aji telah mengubah password ponselnya. Namun di detik berikutnya, ia pun mencoba memasukkan beberapa rangkaian kata sandi, hingga akhirnya kunci layar benda pipih itu pun akhirnya terbuka, menampilkan foto putri kecil mereka yang Aji gunakan sebagai wallpaper halaman utama. “Pikiran kamu terlalu mudah untuk ditebak, Mas!” gumam Venus sangat pelan, sembari menyentuh salah satu aplikasi berkirim pesan. Satu kontak telepon yang diberi nama dengan emoji cincin seketika mencuri perhatian Venus, apalagi saat membaca sederet pesan terakhir yang dikirimkan oleh Aji kepadanya. Dari caranya berkirim pesan saja sudah sangat jelas, bahwa keduanya memiliki hubungan serius, apalagi ada embel-embel kata sayang terselip di akhir pesan tersebut. [Ring] Ring : Mas, aku bener-bener takut. Anda : Gak ada yang mesti kamu takuti! Aku bahkan siap bertanggung jawab terhadap anak dalam kandungan kamu. Ring : Tapi, Mas, aku gak mau kalau harus dimadu. Aku gak mau kalau harus jadi istri kedua. Aku gak mau berbagi kasih sayang Mas sama siapapun! Anda : Put, jangan egois! Tolong, ngertiin posisi aku saat ini! Ring : Aku harus ngertiin posisi Mas, tapi Mas juga harus bisa ngertiin posisi aku di sini, Mas. Jangan hanya mementingkan perasaan istri Mas aja! Aku juga! Anda : Aku capek, Put! Kita bicarakan lagi masalah ini nanti. Tolong, beri aku waktu untuk berpikir. Karena semua ini menyangkut rumah tangga aku. Dengan tangan bergetar, Venus ambil ponselnya dari dalam saku, dan memfoto setiap pesan yang terlampir pada room chat wanita tersebut sebagai bukti atas perselingkuhan yang terjadi, sebelum Aji menghapusnya untuk meninggalkan jejak. Setelah yakin tak ada yang terlewat, Venus pun bergegas mengembalikan ponsel Aji ke tempat semula agar tidak dicurigai oleh pria itu, dan berjalan kembali ke tempat semula. Berbaring di atas tempat tidur, kembali memunggungi suaminya yang tertidur dengan mata memanas. Semua yang ia baca di ponsel Aji benar-benar berhasil merusak hati dan pikiran hingga membuatnya merenung. Bagaimana nasib rumah tangganya setelah ini? Apa ia sanggup jika harus hidup tanpa Aji lagi di sampingnya? Lalu, bagaimana nasib putri semata wayang mereka jika sampai perceraian terjadi? Mampukah ia memberitahukan kejadian yang sebenarnya tanpa harus membuat Neptuna membenci ayahnya? Tanpa terasa, air mata Venus menetes dari kedua sudut matanya. Apalagi, saat ia kembali melihat hasil foto pada galeri, dan membaca isi pesan paling atas yang belum sempat ia baca beberapa saat lalu. Pesan yang berhasil menciptakan gejolak emosi dalam dirinya, dimana rasa sakit, kecewa, dan marah bergabung menjadi satu. ‘Ternyata, mereka udah main belakang sejak dua tahun yang lalu,’ gumam Venus dalam hati. Wanita itu kembali menggeser layar ponsel untuk melihat gambar hasil jepretannya yang lain, membaca setiap kata demi kata yang tertera, walau semakin lama hatinya malah semakin dibuat sakit oleh kenyataan tersebut. ‘Tuhan ... Mengapa takdirku harus semenderita ini?’ *** Setelah semalaman Venus terjaga karena beban pikiran yang begitu penuh, paginya wanita itu tetap harus memulai hari seperti biasa dengan mempersiapkan sarapan untuk Aji yang hendak bekerja, dan Neptuna yang akan berangkat ke sekolah. Berusaha terlihat tetap tenang, seakan tak terjadi apa-apa kemarin. Ya, itu yang dilakukan oleh Venus. Memakai topeng engulas senyum hangat, dan menyapa suami beserta anaknya dengan begitu ceria. Setelah sarapan, mereka semua duduk bersama di meja makan. Venus berusaha bersikap seolah-olah tak ada yang terjadi dengan menahan emosinya dan berbicara seperti biasa. Sampai-sampai, Aji tak menyadari bahwa sang istri telah menemukan rahasianya, dan malah tanpa rasa bersalah tetap ikut berpartisipasi dalam obrolan keluarga. Sesekali mata Venus melirik pada suaminya, menatap pria itu dengan tatapan penuh arti. Ia merasa bahwa ini adalah saat yang tepat untuk mencari tahu lebih banyak tentang wanita itu. “Sayang, hari ini aku bakal pulang larut malam. Kamu gak apa-apa, kan, kalau pergi belanja bulanannya berdua sama Una aja?” tanya Aji, sembari bangkit dari posisinya, dan berdiri untuk membantu Neptuna memakaikan tas sekolah. Venus yang kini tengah sibuk membereskan piring kotor bekas sarapan seketika mengangguk, dan kembali memaksakan seulas senyum tipis dari kedua sudut bibir. “Gak apa-apa, Mas. Biar aku bisa sekalian quality time bareng Una,” jawabnya. “Iya, kan, Sayang?” tanya Venus kepada Neptuna. Gadis berseragam khusus sekola dasar itu mengangguk, sambil tersenyum membalas ibunya. “Iya, Ma.” Raut wajah Aji nampak bersinar ceria mendengar jawaban yang istri tanpa menaruh curiga pada tatapannya sama sekali. “Ya udah kalau gitu. Kita berangkat sekarang, ya, Sayang. Takut kejebak macet.” Setelah mengantar Aji dan Neptuna sampai depan pintu rumah, Venus segera menutup kembali pintu dan berjalan menuju kamar untuk mengambil ponsel miliknya yang ia sembunyikan dalam laci berkas-berkas. Membuka salah satu aplikasi berkirim pesan, lalu memasuki salah satu room chat seseorang dan mengetik sederet pesan di dalamnya. Hanya berselang beberapa menit, notifikasi pesan masuk pun tertampil pada layar, membuat Venus cepat-cepat membukanya untuk melihat jawaban dari seseorang tersebut. [Biji-bijian] Anda : Aku pingin ketemu. Jam sepuluh nanti, kamu senggang, kan? Ada yang mau aku ceritain. Biji-bijian : Disenggang-senggangin, deh, demi lu! Mau ketemu di mana? Tapi, waktu gue gak lebih dari satu jam, ya! Kalau lebih dari itu, lu gue kenain cas! Anda : Duda sialan! Udah banyak duit juga, masih aja malakin cewek beban suami kek aku! Biji-bijian : Beban suami yang tabungan rahasianya sampai miliyaran? Beban apaan itu? Yang ada, laki lu jadi beban! Anda : Sssttt! Gak usah dibahas! Anda : Intinya, kamu bisa, gak, ketemuan hari ini? Biji-bijian : Bisa. Gue lagi senggang kok. Urusan kantor bisa dihandle Moza buat sementara waktu. Biji-bijian : Mau ketemu di mana? Anda : Tempat biasa aja. Aku lagi pingin nenangin diri. Biji-bijian : Ya udah, gue siap-siap dulu. Anda : Oke. Setelah memastikan tak ada balasan apapun lagi dari seseorang tersebut, Venus pun bergegas bersiap untuk bertemu dengannya. Membereskan rumah terlebih dahulu, sebelum akhirnya membersihkan diri di kamar mandi untuk melepas segala sesak dalam d**a usai bersembunyi di balik topeng kebahagiaan. ‘Tuhan ... sampai kapan kuatku ini bisa bertahan?’ ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD