Bertemu Dengan Kaisar

1292 Words
“Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?” Kaisar menatap Harriet yang tidak langsung merespon kata-katanya. Sementara Harriet tidak terlihat sedang ingin berargumen soal ini. “Adikmu berubah menjadi Lycan, baiklah. Tapi mengapa kau harus mengikat hubungan dengan Almandine? Bukankah aku sudah memperingatkanmu soal mereka?” Harriet kini benar-benar menghadap Kaisar dan menatap matanya lurus-lurus. “Adikku menjadi seorang Alpha,” jawab Harriet. “Dan kini, ia telah menjadi satu-satunya Alpha di benua ini yang tidak memiliki nama Almandine dan perlindungannya,” lanjut Harriet kemudian. Mengetahui bagaimana Kaisar, Harriet yakin pria itu sudah tahu apa arti kata-katanya. “Inilah yang memaksaku datang padamu hari ini, Yang Mulia,” ucap Harriet. “Dan mengingat kaulah yang mengirim adikku ke ekspedisi itu, aku berharap kau bersedia bertanggung jawab untuk mengambil keputusan penuh yang adil bagi semua orang.” Hening. Kaisar menatap Harriet tajam, namun kemudian mendecakkan lidahnya kesal. “Mengapa Almandine harus merebut Harri dariku?” gumamnya pelan. Harriet mengangkat alisnya. “Apa maksud anda?” tanya Harriet curiga. “AAH! Menyebalkan!” Kaisar berteriak kesal, mengejutkan semua orang di lorong itu hingga suaranya menggema ke segala arah. “Padahal aku berencana menjadikan Harri menantuku sendiri! Awas saja jika aku bertemu serigala tua bangka itu, aku akan membalasnya!” Harriet menyipitkan matanya dengan wajah bingung dan jijik. Jadi dia kesal bukan karena mengkhawatirkannya, tapi karena ingin menjadikannya menantunya sendiri? Kaisar berjalan dengan menghentakkan kakinya ke arah ruang makan. Ia terlihat sangat kesal, meninggalkan Harriet masih berdiri di tempat dengan ekspresi jijik yang sama. Tapi pria itu menoleh pada Harriet di ujung lorong. “Jika terjadi sesuatu padamu, hubungi aku, dan aku akan datang dan mengacaukan Kastil Almandine untukmu,” ucap pria itu. Harriet menghela napas. Ia melangkah menyusul Kaisar. Saat sudah kembali melangkah berdampingan dengan pria paruh baya itu, Harriet bicara, “Saya bisa menjaga diri saya sendiri,” ia tidak ingin Kaisar khawatir. . Seorang pria muda tampan turun dari kudanya dan menyerahkan tali kudanya pada pelayan. Pria itu melangkah menaiki tangga masuk ke Kastil Kekaisaran disambut oleh sederetan pelayan. Matahari sudah terbenam beberapa menit yang lalu, dan ia baru pulang dari tugas-tugasnya. Rambutnya berwarna biru muda gemerlapan, terlihat transparans, dipotong rapi pendek dengan satu bagian poni rambutnya menutupi salah satu alis matanya. Kedua matanya berwarna hitam kelam, menatap menusuk pada semua orang. “Selamat datang, Your Highness,” ucap seorang butler. Pria muda itu mengangguk dingin. Para pelayan mengikuti langkah pria muda itu ke arah ruang makan. “Apakah Ayahanda telah menyelesaikan pekerjaan pemerintahan hari ini?” tanyanya. “Benar, Your Highness. Beliau sedang menyantap makan malam sekarang,” jawab si butler. Sampai di pintu ganda menuju ke ruang makan, pria muda itu mendengar suara tawa keras ayahnya. Ia berhenti melangkah. Tangannya juga berhenti di gagang pintu. Ia membuka sedikit pintu ganda dan melihat ke dalam tanpa mengucapkan apapun. Pria muda itu melihat ayahnya tertawa senang dan seorang wanita duduk di kursi sebelah kanannya. Melihat wanita muda berambut lavender pucat itu dan betapa bahagiannya ayahnya dengan kehadiran wanita itu, si pria muda mengerutkan alisnya tidak suka. “Marchioness Goldlane tiba sore ini untuk mengunjungi His Majesty, Your Highness,” ucap si butler pelan. Pria muda itu mendecakkan lidahnya dan menutup pintu perlahan. Ia berjalan pergi dari sana. “Bawakan makan malamku ke ruanganku saja,” ucapnya datar. Jubah azure pria muda itu melambai saat ia berbalik ke tangga. Ekspresinya terlihat jijik dan tidak suka. Wanita itu lagi. Lagi dan lagi. Mengapa saat ia mengira ia sudah menyingkirkan wanita itu, dia muncul lagi? Mata hitam pria muda itu memancarkan rasa benci yang mendalam. . “BWAHAHAH! Jadi begitu! Bagus, bagus! Bukankah ini adalah hasil yang baik?” tanya Kaisar mendengarkan cerita Harriet soal adiknya yang menjadi Alpha dan menikahi putri dari Pack Amaryllis yang sempat menjadi musuh mereka. “Anda bicara seolah ini simpel, tapi saya dan Old Duke bekerja keras untuk mencapai penyelesaian ini…” ucap Harriet, lega karena sepertinya Kaisar tidak merasa bahwa penerimaan Pack Amaryllis suatu masalah besar. “Ini memang tidak simpel, tapi jika Old Duke sudah berkata bahwa ia akan bertanggung jawab, maka sebagai Kaisar yang tidak bisa mengganggu otonomi dan hak kekuasaannya sebagai pemimpin tunggal para Lycan benua ini, aku bisa apa?” jelas Kaisar. Pria paruh baya itu melirik pada Harriet. “Apalagi ini menyangkut dirimu. Tentu saja aku akan memudahkannya,” lanjutnya. Harriet yakin Kaisar melakukan ini karena ia merasa bersalah sudah menyebabkan kemalangan Heath. Tapi juga tidak bisa dipungkiri bahwa Kaisar selalu berpihak padanya. “Jadi, apa penawaran yang akan kau berikan sebagai gantinya untuk kekaisaran?” tanya Kaisar kemudian. Dan tentu saja, karena Harriet tahu Kaisar akan meminta bayaran. Harriet berhenti makan, menaruh pisau dan garpunya di meja. Ia menatap Kaisar lurus-lurus dan menarik napas dalam. “Benua Barat yang menyerang kita,” ucap Harriet mengingatkan pria paruh baya itu pada isu peperangan. Kaisar mengangkat alisnya. “Almandine dan Amaryllis bersedia mendukung penuh pertahanan perbatasan apabila perang skala besar pecah. Bukan hanya itu, atas nama Goldlane, saya juga akan mengerahkan setiap yang saya punya untuk berpartisipasi,” lanjut Harriet. Sebelumnya, seorang pangeran dari Benua Barat memanfaatkan Lycan untuk menyerang diam-diam perbatasan barat Benua Euclase. Dan karena Lycan terlibat, maka Old Duke harus melibatkan diri. Tapi tentu saja, jika Lycan tidak terlibat, Old Duke dan ras Lycan tidak boleh seenaknya ikut dalam peperangan. Lycan adalah ras monster. Mengerahkan monster di peperangan manusia adalah hal yang… kejam. Kaisar mengangguk. Ia berpikir dalam diam. Sesungguhnya, inilah yang membuatnya tidak tidur selama berhari-hari. Peperangan sudah di depan mata, dan ia tidak bisa memastikan kemenangan tanpa jatuhnya ribuan nyawa dari pihaknya dan rakyatnya. Namun jika Lycan melibatkan diri, ia bisa menyelamatkan lebih banyak jiwa dan melindungi rakyatnya dengan lebih baik. Tentu saja, itu juga berarti membunuh banyak jiwa di pihak musuh. Jika ia menerima bantuan Lycan, hati nuraninya akan tetap kalah. Namun, beginilah hidup berdampingan dengan monster. Apalagi pihak musuh duluan yang menggunakan serangan licik diam-diam menggunakan bantuan Lycan, dengan cara yang tidak adil pula, yaitu pemaksaan dan p**********n. “Apakah hanya itu saja yang bisa kau tawarkan, Harriet Goldlane?” tanya Kaisar. Harriet menggeleng. “Bagaimana dengan rencana anda?” tanya wanita muda itu. Kaisar tersenyum lelah dan mengedikkan bahunya. “Benua Barat belum merespon pertanyaan dari kita, dan aku masih menyiagakan semua prajuritku di setiap sudut perbatasan lautan. Aku mempersenjatai setiap armada perang, dan bahkan mengeluarkan setiap meriam dan javelin. Meskipun segalanya kelihatan tenang, kau tahu kalau kita mendidih di bawah permukaan, kan?” Harriet menghela napas. “Jadi masa damai telah usai, ya?” tanya Harriet pelan. “Yah, kalau bisa tidak ada perang. Makanya aku tanya apa kau punya penawaran lainnya,” jelas Kaisar datar. “Sepertinya anda mengharapkan terlalu banyak hal dari saya, Your Majesty,” ucap Harriet. Kaisar mengangguk. “Aku mengharapkan kau menjadi Kaisarina mendampingi putraku, tentu saja aku berharap hal-hal besar datang darimu,” lanjut pria itu serius. Harriet menyandar ke kursinya dan melipat tangannya di depan d**a. Ia ikut terdiam. Akhirnya, Harriet hanya menjawab, “Beri saya waktu. Besok saat pertemuan, saya akan mengucapkan sesuatu jika saya punya ide,” Harriet berdiri dari kursinya. Kaisar menghela napas. “Kenapa kau tidak tinggal di istana saja? Kau pasti memesan hotel, kan?” Harriet mengangguk. “Karena saya datang bersama orang-orangnya Old Duke, tentu saya harus tinggal di hotel bersama mereka,” jawabnya. Harriet membungkuk hormat. “Saya akan datang tepat waktu besok bersama mereka juga. Terimakasih atas waktu anda,” ucapnya. Kaisar mengijinkan Harriet pergi dan melihat gelas minumannya dengan tatapan kosong. Perlahan ekspresi kecewa muncul di wajah pria paruh baya itu. Sayang sekali pikirnya. Harriet Goldlane sudah dianggapnya sebagai putrinya sendiri, tapi ia harus memberikannya pada monster itu. Apalagi bukan itu bagian terburuknya. Kaisar tahu tentang pria yang Harriet nikahi. Sang Alpha yang sekarat, Liam Almandine. . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD