Bertentangan Dengan Ezekiel

836 Words
Setiap orang memiliki sisi rahasia. Ezekiel tahu fakta ini dengan baik, karena ia sendiri juga memiliki sisi rahasianya. Tapi berdiri di sini, memegang selembar kartu yang Harriet tulis di depan matanya sendiri, ia tidak bisa percaya. Harriet mungkin menunjukkan ekspresi itu tadi karena ia mengira tidak ada yang melihatnya saat menghadap meja tulis. Harriet mungkin menulis pesan seperti itu karena mengira takkan ada yang melihat pesan itu kecuali… …kecuali suaminya. Suami Harriet Goldlane adalah cucu dari Old Duke Almandine. Namanya adalah Liam Almandine seorang Alpha sekarat dan terlupakan berusia hampir seratus tahun. Bahkan, jika Harriet Goldlane tidak tiba-tiba menikahinya, Ezekiel takkan tahu tentang keberadaan Liam Almandine. Seluruh semesta pemikiran Ezekiel pun segera berputar dalam hitungan sepersekian detik. Sebelum Harriet sadar, pria itu sudah menaruh kembali kartu itu ke tempatnya semula, dan ia kembali ke sudut dimana ia duduk. Ia duduk terdiam dan membenamkan dirinya pada pemikiran mendalam. Apa yang ia lihat dari Harriet Goldlane selama ini adalah wajah lembut dan terpolesnya. Ia hampir tidak pernah melihat wanita itu mengeluarkan emosi ekstrim, kecuali saat wanita itu menunjukkan ketidaksukaannya pada sesuatu. Apa yang membuat Harriet Goldlane inhuman menurutnya adalah karena topeng yang ia miliki terasa bagai cetakan sempurna yang juga memang wajah aslinya. Seorang robot yang terprogram tanpa perasaan dengan pemikiran realistis sehingga kemanusiaannya terkikis hilang. Perlahan ia memutar ulang memorinya saat melihat ekspresi Harriet yang diam-diam ditunjukkannya itu. Tanpa sadar, tubuhnya menegang. Napasnya perlahan menjadi berat dan keringat turun dari pelipisnya. Nafsu s*****l adalah satu dari tiga nafsu yang manusia normal miliki. Dan wanita itu jelas-jelas juga memilikinya. Dan begitulah, entah bagaimana, pikiran Ezekiel sampai pada sebuah pertanyaan; seperti apa wajah yang akan Harriet Goldlane tunjukkan di ranjang? Begitu satu pertanyaan muncul, deretan pertanyaan lainnya pun membludak dengan liar. Apakah wanita itu tipe yang berisik dengan desahan liar, atau tipe yang sedikit malu-malu dan menggoda? Apakah ia tipe yang suka dikasari atau sebaliknya? Bagaimana wanita itu akan memohon untuk mempercepat tempo permainan? Seperti apa wajahnya saat ia mencapai k*****s? Ezekiel tersadar. Ia mencengkeram pelipisnya dengan satu tangan, dan tidak percaya pada apa yang baru saja terlintas dalam pikirannya. Ia tidak pernah melihat Harriet Goldlane sebagai seorang wanita. Belum lagi objek s*****l. Namun sekali ia melihatnya seperti itu… entah mengapa ia tidak bisa berhenti. Apakah ini karena ia selalu melihat wanita itu dalam keadaan normalnya yang serba terpoles? Lalu, satu pertanyaan lagi tercetus di pikirannya. Apakah Liam Almandine, suami Harriet Goldlane, melihat sisi lain dari wanita itu setiap waktu? Rasa tidak nyaman yang luar biasa tercipta di d**a Ezekiel. Mengapa memikirkan pertanyaan itu membuatnya begitu tidak senang? Perasaan apa ini? …rasa iri? Apa-apaan? Dirinya? Satu-satunya orang yang membenci Harriet Goldlane dengan seluruh tenaga dan kesadarannya…? Namun… mengapa? … Apakah karena Harriet Goldlane seharusnya menjadi istrinya, menjadi pendampingnya dan Kaisarina? Rangkaian pertanyaan ini membuat kepala Ezekiel pusing. Memori Harriet m******t jarinya dengan begitu menggoda terus berputar-putar di kepalanya. Sampai Harriet kembali ke meja tulis dan memasukkan kartu pesannya ke dalam kotak. Ezekiel memperhatikannya bercengkrama ringan dengan para designer hingga tiba-tiba Harriet mengerutkan alisnya dalam. Wanita itu terlihat menunjukkan ekspresi kesakitan, dan setetes darah keluar dari hidungnya. Tangan Harriet naik ke atas, mengepal di udara di depan wajahnya, seolah menahan rasa pusing yang amat sangat. “Madam!” Sir Russel mendekat, memegangi bahu Harriet yang goyah. Para designer yang melihat dengan tanggap mengambil sapu tangan untuk membantu Harriet menutup hidungnya yang masih mengeluarkan darah. “Mari kita mengunjungi dokter sekarang, Madam,” ucap Sir Russel dengan suara tegas. Harriet yang dibantu duduk tertawa kecil. “Tidak perlu, aku hanya sedikit kelelahan.” Kata-kata Harriet langsung disangkal oleh Sir Russel. “Anda belum tidur sejak sampai di ibukota! Kita baru sampai setelah perjalanan berkuda dari Utara selama lima hari dan Anda langsung bekerja tanpa henti…” Pemilik butik menghela napas berat mendengarnya. “Sudah saya bilang Anda itu tidak berbakat menjadi politikus! Anda bekerja terlalu keras untuk mengimbangi semua orang, padahal bakat Anda sebenarnya ada di fashion!” Harriet tertawa, kali ini terlihat lebih lepas. “Hei, kalau aku tidak menjadi politikus, bagaimana aku bisa memberi makan adikku dan membeli baju-baju bagus yang kalian buat? Aku bisa memuaskan bakat fashionku dengan menjadi politikus juga, jadi itu saja sudah cukup,” kata-kata Harriet yang lepas dan jenaka membuat para designer tertawa sedih. Sampai Harriet pergi dari butik itu, Ezekiel masih terpaku di tempat. Alis pria itu mengerut dalam, dan bahkan, saat para pegawai butik mulai terkejut saat melihat kehadirannya, ia tidak terlalu menggubris mereka. Apakah semua yang ia ketahui tentang Harriet… Tunggu. Memangnya apa yang ia tahu tentang Harriet Goldlane? Mengapa… Mengapa ia begitu membenci wanita itu? “Apakah anda datang untuk mengambil perhiasan yang anda pesan, Your Highness?” tanya pemilik butik. Ezekiel tersentak dalam hatinya. Ia datang kemari untuk mengambil perhiasan yang akan ia hadiahkan untuk kekasihnya, tapi mengapa ia malah… Pemilik butik memberikan sebuah kotak perhasan padanya, sebuah set kalung dan anting-anting dari batu permata Morganite. Ezekiel menatap perhiasan itu dengan tatapan rumit. Ia harus membersihkan kepalanya dari wanita itu segera. Ia harus kembali pada Cecilia. . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD