Asal muasal Olive

1422 Words
"Tole... Tole...!" pekik Mina. "Nona, Nona Mina!" tanggap Olive khawatir, matanya beralih melihat keadaan Mina meski tangannya masih terus memegang kendali setir, sekuat tenaga mengendalikan kendaraan bermesin itu. Olive mencengkram kuat, membanting Setir ke kiri dan kanan agar tak mengenai apapun. Wanita itu memang patut diacungi jempol untuk kelihaiannya mengontrol keadaan. Tak nampak sedikitpun raut kepanikan atas aksimya sendiri, karna Olive tak ingin semakin membuat Mina risau. Walau Mina sama sekali tidak mengindahkan keberadaan Olive yang di sampingnya. Jiwanya terbang melayang ke kenangan-kenangan yang entah terasa begitu nyata. Sekelibat lara, teriang... Ketika Mina kecil menemui ayahnya tergolek tak bernyawa dalam satu barak mobil tentara. Lalu setelahnya ada seorang lelaki yang membantunya menghapus air matanya. Dan menawarkan kebahagiaan lain di ibu kota Mina mulai meraba memorinya lelaki itu pasti Tuan Hadi. Ia semakin memaksa daya ingatnya untuk kembali mengenang kejadian itu. Meski semuanya membuat hatinya pedih perih tak berkesudahan "Hai Nak, mulai saat ini... Lupakan semuanya. Kamu akan menjadi anakku! aku akan membawamu ke ibu kota. Kamu maukan?!" Yah... Mina pernah mendengar kalimat itu. Kalimat yang di untaikan Hadi begitu manis. Memberikan harapan bagi Mina yang saat itu hanya sebatang kara. "Hhiikkkss... hhikkkss...!" Ia hanya mampu menangis sekali lagi, Jika saat kejadian ia belum mengerti mengapa ayahnya di masukkan ke dalam kantung kuning bersamaan dengan para tetangga lainnya. Tapi sekarang ia tahu, itu artinya Ama'nya, cinta pertamanya telah pergi selamanya. Tak ada lagi harapan untuk bertemu di dunia. Wanita itu hampir pingsan... Rasanya ia begitu gak kuat lagi. Bahkan ia tidak memperdulikan keadaan yang begitu genting tengah menyapanya. "Nona... Nona kenapa?!" tanya Olive yang jadi khawatir kalau itu perihal keadaan Mina. Mana Dude dan Alan masih terus mengejarnya, sama sekali tidak memberikan Olive ruang. Begitu takut terjadi sesuatu pada majikannya membuat Olive melepas selt beltnya sendiri. Cepat tangannya memeriksa dahi Mina. Panas... Wanita itu demam hebat, atau karena rasa takutnya dengan kejadiaan yang sedang berlaku membuat tubuhnya bagaikan gunung berapi siap mencetuskan lahar panas. "Nona....!" pekik Olive, Retina matanya menengok ke depan. Nampak pohon yang menjulang begitu gagah dan kokoh. Kini... ia tak mampu lagi mengelak, mobil yang mereka tumpangin menabrak pohon besar itu, tapi Olive masih sigap menyelamatkan kepala Mina yang tak sadarkan diri sejak tadi. Kuat Olive memeluk Mina, karena tabrakkan itu membuat kaca mobil depan pecah, belingnya menancap di lengan Olive. Sesaat gadis itu meringis. Ia bahkan hanya mampu pasrah menunggu sampai mobil berhenti dengan sendirinya. "Olive!" teriak Dude. Pria itu berlari tunggang langgang. "Olive... Nona bertahanlah!" desisnya menarik pintu mobil yang terkunci dari dalam. Asap membumbung dari belakang body mobil. Mungkin jika lelaki itu tak berfikir cepat kedua orang di dalam akan hangus bersamaan dengan meledaknya mobil yang mereka tumpangi Tak ada waktu, Dude meninju keras kaca pintu yang sudah sedikit retak. Sekarang kaca itu bolong. Tangannya yang berlumuran darah memencet tombol otomatis. Setelahnya ia membuka pintu itu keras. "Olive... Alan! Cepat bantu Nona!" titahnya. Alan melakukan hal yang sama pada sisi satunya, mendobrak pintu itu, segera Dude meraih tubuh Olive menggendong ala bridal. Begitupun Alan yang sudah menyelamatkan Mina. Baru beberapa langkah, mobil merah berkekuatan super itu meledak. Alan sesaat melotot, menelan ludahnya kasar saat menyadari semua terjadi karena kecerobohannya salah menembak. Tadinya ia hanya ingin menembak body mobil tapi justru mengenai ban. Alan tak mampu memikirkan bagaimana marahnya Kale terhadapnya ---- Mina dan Olive di bawa kembali ke istana Rose, karena memang Rose tidak mengijinkan siapapun untuk membawa anggota keluarganya ke rumah sakit. Wanita itu terlalu sangsi dengan kemampuan para dokter lokal. Karena itu ia mempunyai dokter asal luar khusus ia pekerjaan untuk memuaskan rasa kepercayaannya. Ppllaaakkk....! "Ap-apa yang kau lakukan Alan?!" teriak Rose hebat. Matanya memerah sempurna, amarahnya meledak. Saat melihat Olive terluka Bahkan Dude bergetar, lelaki yang hampir tidak mempunyai rasa takut justru cemas dengan kelangsungan hidup teman kerjanya itu. "Ma- Ma- Maafkan saya Nyonya!" pinta Alan gagap sambil menangkup kedua tangannya di depan wajahnya. Lutut Alan lemas, ia terjatuh begitu saja, spontan kepalanya menciumi lantai berharap ada sedikit rasa iba pada diri wanita sedingin salju itu "Aryo... Deni!" panggil Rose ke kedua algojonya yang memiliki tubuh bagaikan monster "Iyah Nyonya!" sahut keduanya. "Buat pria ini menyesali perbuatannya!" titahnya menujuk Alan. Kemudian ia berlalu begitu saja. Alan salah, Rose adalah pscyhopat sejati. Sesuatu hal yang tak menguntungkannya baginya dengan mudah ia singkirkan. Ia bahkan tidak memperdulikan apa yang akan di lakukan dua algojonya kepada Alan "Nyonya... Jangan Nyonya, saya mohon. Ampuni saya!" raung Alan ketika kedua algojo itu menarik tubuhnya. Alan berontak tapi sayang, kekuatan bukanlah apa-apa bagi kedua manusia itu. Bahkan dengan mudahnya tubuh Alan terangkat, melayang tak berpijak Dude memejamkan netranya. Tangannya mengepal kuat satu kalimat yang tersemai di dadanya "Maaf Alan akupun gak bisa membantumu, seandainya saja aku mampu untuk itu, Maka pastikan akan melakukannya.... Tapi kamu tahukan jika Nyonya Rose sangat mengistimewakan Olive. Dan membuat gadis itu celaka adalah sebuah kesalahan fatal. Tunggu... Olive, mungkin Olive bisa menyelamatkan Alan dari hukumannya!' bathin Dude bersenandika. Ia langsung menuju kamar Olive, saat ia ingin masuk ternyata ada Rose dan para dokter sewaannya "Nona Olive baik-baik saja Nyonya!" ucap ketua team dokter bernama dr. Gunawan sp.N "Terima kasih. Kalau begitu kalian boleh pergi!" suruh Rose dingin. Kepada ketiga dokter bertitle specialis ahli bedah, specialis ahli saraf. Sampai ahli orthopedi Dengan cepat Dude bersembunyi tak ingin terlihat sedang mengintipi Rose. Setelah ketiga dokter itu jauh, Pelan Dude kembali mematut dirinya di ambang pintu sambil mengamati apa yang di lakukan Rose kepada teman yang juga diam-diam menjadi cintanya Terlihat Rose yang duduk di pinggir ranjang Olive. Membuat Dude melotot tak percaya. Rose wanita yang seolah jijik dengan mahluk lain yang di luar kastanya kini duduk di samping Olive, yang notabanenya gadis biasa. "Cepatlah sembuh untuk anak perempuanku!" desis Rose. Semakin menciptakan wajah terkejut Dude. Jantung pria itu terpompa 'Apa, apa benar yang ia dengar, Rose memanggil Olive anak perempuanku. Apa itu artinya... Enggak, enggak ini gak mungkin Dude mengenal Olive lama. Wanita itu punya keluarga di kampung. Jadi gak mungkin kalau Rose ibu dari wanita yang ia cintai, tapi mengabaikan ucapan Rose yang terlihat sangat serius saat ini juga bukan hal yang dibenarkan. Otak Dude berkelit mencoba mengelak tapi juga meyakininya. Pantas saja terkadang Olive terlihat begitu mirip dengan Rose. "Hhaahh... Hhaah...!" hembusan nafasnya memburu, mencoba meredam fakta yang bisa membuatnya mati berdiri itu. Kembali Dude menguping. "Kamu harus cepat sembuh anakku!" lirih Rose lagi... Tidak, Dude tak salah dengar. Tidak mungkin Rose bicara sembarangan. Ada kehampaan yang datang begitu saja. Kalau Olive anak dari majikannya apa ia bisa memadu kasih bersama gadis yang selama ini bersemayam di kalbunya. Ia merasa terlalu kerdil untuk bermimpi menjadi menantu crazy rich itu. Meski begitu Dude tak beranjak seinchipun. Kembali melihat apa yang di lakukan Rose kepada anaknya. Wanita itu membelai pelipis Olive berlanjut sampai pipinya. Kenapa... Jika benar Olive anak Rose, mengapa justru statusnya hanya seorang pengawal biasa? bathin Dude bersedih untuk apa yang Olive lalui selama ini Flashback On Kejadian itu membuat Rose mengenang apa yang telah ia lakukan kepada anak kandungnya sendiri. Bahkan kepada lelaki yang ia nikahi selama kurang lebih tiga tahun lamanya Dulu, Rose adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Memiliki suami bernama Khoiri Ahmad dengan anak perempuan mereka Olive Rifai Khoir yang saat itu baru berusia dua bulan. Hidup sederhana dengan keluarga kecil yang lengkap nyatanya tidak mampu memuaskan keserakahan Rose. Apalagi ia melihat Puspa, Sahabat semasa SMA yang terlihat begitu bahagia dengan suaminya Hadi Tjandra. Seorang perwira berpangkat mayor jendral saat itu Ide gila tercipta, ia ingin mengganti posisinya supaya bisa menjadi istri sah dari Mayor berparas tampan itu. Ia bahkan tega membunuh Khoir sesaat lelaki itu sedang terlelap. Tak ada rasa kasihan kepada lelaki yang mencintainya selama ini. Rose hanya ingin memuaskan segala obsesinya supaya bisa hidup dalam kemewahan Ia juga menitipkan Olive kepada pasangan kakek nenek di desanya. Apapun. apapun ia hadapi, sekuat apapun badai perbedaan ia terjang demi ketamakannya sebagai seorang insan yang merasa hidup tidak pernah berada dipihaknya. Bahkan membunuh Puspa yang tengah mengandung juga enteng ia lakukan. Membuat sahabatnya meninggal bersamaan dengan calon buah hati Hadi. Sedih, terpuruk dan kesepian membuat Hadi menerima "kebaikan" Rose, gadis yang ia kenal sebagai teman istri tercintanya. Berfikir jika kehadiran Rose mampu menjeyukkan dahaga kerinduaannya terhadap Puspa Meski sifat mereka begitu jauh, bagaikan matahari dan bulan. Jika Puspa berhati malaikat, maka Rose iblis yang nyata. Tetapi kebahagiaan yang di renggut secara paksa memang tidak akan mampu bertahan abadi. Pelan Hadi mulai mencium sifat asli Rose... Sayang semua telah terlambat. Diantara mereka telah lahir Kale Mata. Lelaki kecil yang membuat Hadi tak mampu meninggalkan Rose tapi juga tak bisa berada di dekatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD