Sphageti Keju

1922 Words
Selama ada Mina, Kale memang memilih tak pulang ke rumahnya melainkan memilih tinggal di apartemennya. Dan sekarang orang suruhan Rose datang demi menjemput pengantin pria itu "Tuan, kami kesini untuk menjemput anda. Besok malam sebelum waktunya makan malam akan diadakan acara pernikahan, Tuan" kata salah satu pesuruh Rose 'Apa itu artinya wanita itu setuju menikah denganku?' bathinnya berfikir "Katakah kalau besok aku akan pulang sendiri ke rumah. Sekarang kalian pulanglah" titahnya ke kedua bodyguard yang datang. "Baik, Tuan" Tak menjawab Kale langsung menutup pintu apartemennya seraya menghembuskan nafasnya pasrah, karena percuma jika ia terus melawan. Toh... Ia merasa tak akan di rugikan untuk ini. Dan wanita itu juga sudah setuju menikah dengannya. Kale sampai rumahnya setelah pukul enam sore. Ia memang tak pernah mau terlalu dikekang "Kale kemana saja kamu. Kamu,kan tahu acara pernikahan mu diadakan sebelum makan malam dan satu jam lagi akan dimulai!" kesal Rose "Sudahlah Ma yang penting aku datang!" ucapnya pergi berlalu. Ia langsung ke kamarnya, memakai baju yang telah disiapkan para maid seraya mematut dirinya di depan cermin. "Jadi ini hari pernikahanku" desisnya sedikit kecewa. Meski Kale sebenarnya tak pernah ada gambaran tentang sebuah pernikahan yang ideal menurutnya. Ia hanya belum terfikirkan tentang itu. Tujuannya masih ke kariernya Kale sudah duduk di depan penghulu. Disana hanya ada sekitar lima orang penting yang menyaksikan pernikahan ini. Pernikahan yang betul-betul sepi dari rasa bahagia dan harapan itu sebentar lagi berlangsung. Di bantu catatan kecil Kale berhasil melantangkan kalimat ijab kabulnya dalam satu kali hentakan nafas. Mina yang mendengarnya samar dari dalam kamar kembali menangis rapuh. ia telah terikat hidup dan mati terhadap pria yang bahkan belum ia ketahui wujudnya. Tak ada yang bersamanya saat ini. Ia hanya bertemankan sepi dan sunyi di kamar sebesar ini. Sedang tubuhnya sudah berbalut kebaya mahal. ttook... tttookk... "Nona... " panggil Olive Ceklekk... "Saya antar Nona ke kamar Tuan muda" katanya. Ddeeghh... untuk apa ia ke kamar lelaki itu. Tak ingin berdebat, Mina mengulurkan tangannya kepada Oilve. "Silahkan tunggu disini, mungkin sebentar lagi Tuan akan masuk" jelas Olive. Mina tersenyum samar, pandangannya beralih ke kamar itu. Kamar yang luasnya mirip dengan kamar yang ia tempati selama ini. Mina POV Saat ini statusku telah berubah, aku bukan lagi seorang gadis. Tapi aku telah menjadi istri dari seorang pria yang belum aku kenal sama sekali. Tentu perasaaan takut dan ragu menguasaiku. Aku bahkan tidak merasakan kebahagian sedikitpun saat mendengar ia menyebut namaku di depan penghulu Walau begitu, aku harus tetap menuruti keinginannya. lelaki itu sekarang adalah pemilikku. Lagipula rasanya sangat lelah bertengkar, apalagi Mr. Eugine bilang jika ia bisa membantuku mencari asal usulku. Aku hanya berharap ia bisa sedikit saja berperasaan Mina POV end --- "Aku sudah menikah sesuai keinginan, Mama" lapor Kale dingin. "Heemm.. sekarang kamu tahukan langkah selanjutnya" tantang Rose. Kale langsung pergi ke kamar atas seraya membuka dasinya ia tahu Mina sekarang berada di kamarnya karena tadi Eugine bilang, wanita itu diantarkan ke kamarnya. Ceklekkk... Kale memandangi punggung seorang gadis yang berbalutkan kebaya. Ia melangkah mendekat seiring dengan rasa gugup Mina yang semakin kuat terasa. "Ehh..." jika ini kali kedua Kale menatap paras ayu, Mina. Beda dengan gadis yang berbalik kaku seraya mencoba tersenyum kikuk. "Ngapain lo senyum-senyum?" sahutnya melanjutkan kegiatannya membuka dasi, jas serta kancing kemejanya. "Duduk..." titahnya geram. Karena Mina terus menunduk takut. Ia ikut duduk di sebrangnya sambil mengamati tampilan Mina dengan setengah frustasi. 'Lo harus hati-hati mainnya, apalagi kalau ceweknya masih perawan' perkataan Archi terus teriang saat ia menatap Mina. 'sial... Kenapa gue cuma inget itu?' gerutunya dalam hati. Flashback Off Setelah di tinggal Kale ke kamar mandi, Mina berusaha untuk bangun, Meski tubuh kecilnya dilanda sakit luar biasa. Bayangkan ia yang kurus kecil harus rela ditindih oleh Kale yang bertubuh tinggi besar. Apalagi rasa perih masih tertinggal di bagian intinya. "Aaawww..." ringisnya saat berusaha bangun dan berniat memunguti baju pernikahannya "Ngapain lo?!" tanya Kale yang keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai bathrobenya. Spontan Mina menelan ludahnya kasar, Bukan... ia bukan berhasrat, justru ia sangat takut jika Kale memintanya untuk melakukan itu lagi. "Pakai baju, Mas" sahut Mina meski dengan suara yang bergetar takut "Gak usah!" Hhhaaa... Apa gak usah, apa ia harus terus tampil polos seperti ini, apa ia juga kehilangan haknya untuk memakai baju? "Lo pakai ajah bathrobe warna pink yang ada di kamar mandi. Sekarang lo mandi sana" usir Kale. Mina bisa bernafas lega, setidaknya ia tidak diminta untuk bugil sepanjang waktu di depan pria itu, yah... setidaknya itulah fikiran Mina. Dengan susah payah Mina melilit sprei ke tubuhnya. "Ngapain bawa-bawa sprei. Tinggal" suruh Kale yang sedang sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk. Rasanya Mina ingin memukul kepala Kale. Kenapa juga ia bisa tahu, padahal posisinya tengah tertunduk dengan handuk menutupi setengah matanya. Mina langsung berlari kecil masih dalam keadaan tanpa sehelaipun benang yang menutupinya. Kale yang memang iseng jadi tersenyum melihat b****g Mina yang bergoyang saat ia lari. Setelah Mina masuk ke dalam, Ia langsung menghampiri ranjangnya. 'Hhhaaah... gue udah merawanin cewek. Benar kata Archie rasanya betul-betul. aahkk... Baru memikirkan saja juni-orku sudah ingin merasakannya lagi. Tapi gimana caranya buat gue ngajakin dia lagi, sedang tadi kelihatan banget kalau dia takut sama gue' pikirnya dipandangnya pintu kamar mandi. "Ahhhkkk... " sesaat cowok sesat itu memiliki ide. 'tttoookkk... tttoookk... Mina yang sedang larut menyabuni tubuhnya jadi semakin gugup. "Se... Sebentar..." teriaknya dari dalam, ia langsung mengguyur dirinya di bawah shower dan membersihkannya dengan bathrobe berbulu halus itu. Ceklleekk... Mina membuka pintunya dengan pandangan takut. Tangannya mengeratkan bathrobenya pada bagian d**a. Kale memindai tampilan Mina yang masih sangat basah karena ia yang buru-buru keluar tadi. "Udah mandinya?" tanya Kale. Mina mengangguk cepat. "Oooh..." sahutnya seraya mencibikkan bibirnya, ia pikir tadi bisa mandi bareng sama Mina. "Mas mau pakai kamar mandinya?" tanya Mina lebih perhatian "Enggak" sungguh jawaban Kale membuat Mina geram, tidak bisakah ia dibiarkan mandi sesuai keinginannya. Kaku, keduanya tak lagi berucap satu patahpun. "Sekarang lo harus lakukan apa yang gue suruh!" titah Kale. Mina mengangguk paham, memang sudah seharusnya seperti itukan "Aku mengerti, Mas. Aku tidak boleh menyentuh Mas,kan" katanya mengulang perkataan Kale seraya menautkan rambutnya ke belakang telinga supaya tidak merepotkannya. Tapi pernyatan Mina tidak disetujui Kale, bukan itu. Ia justru ingin Mina menyentuh tubuhnya. Merabanya dan mungkin memanjakan juniornya seperti film yang biasa ia tonton. Pasti rasanya sangat... "Aaahkkk... Bukan itu! udahlah sekarang lo tiduran lagi dan cepet buka ini" katanya menyentuh bathrobe istrinya. Mina mendelik kaget, untuk apa. Ia kan sudah mandi. Dan mereka telah selesai melakukan kewajiban malam pertama. Tapi Mina terlalu takut untuk mengungkapkan isi hatinya. Ia hanya berjalan lemas ke arah ranjang. Seraya memandangi Kale terus "Eeeh cepet ngapain melotot?" serunya tak suka. "Gakpapa..." lirih Mina putus asa. "Lo kan tahu kita harus cepet punya anak biar gue bisa bebas kemanapun!" sahutnya melakukan pembelaan. Ia berdiri di depan Mina yang sudah duduk di pinggir ranjang pasrah. "Aku juga mau cepet" desis Mina hampa, ia ingin segera keluar dari sini. Seminggu saja tidak melihat adik-adiknya sudah membuat Mina rindu luar biasa. Perasaan tidak enak menggelayuti diri Kale saat menatap Mina. Ia ikut duduk di sebelah wanita itu. Memandang Mina dari arah samping. Kkkrriyyukk... Krriiukk... Mina menekan perutnya yang bunyi tapi tetap masih bisa di dengar Kale. "Itu suara perut lo?" tanyanya kaget. Mina melirik sekilas. "Aku belum makan" jujurnya. Semua maid sibuk dengan pernikahan. Dari memandikannya, mendandaninya, sampai mengurus Mrs V-nya agar wangi dan kesat. Tapi tak ada satupun yang memperdulikan asupan makannya. "Kenapa gak minta sama Eugine atau yang lainnya?" selidik Kale. Lagi Mina membuang nafasnya pasrah. Apa ia terlihat mempunyai hak untuk mengatur para maid? "Ya udah tunggu disini" Kale berniat membangunkan salah satu maid untuk menyiapkan Mina makan. Tapi saat ini di bawah tak ada siapapun, sepertinya mereka juga begitu lelah dengan pernikahan ini. Yah... Meski Rose tidak membuat perayaan tetap saja ia berusaha sangat detail untuk pernikahan putranya. "Kok gak ada orang sih?" gumam Kale, ia ingin membangunkan Eugine, Tapi Kale tahu pria tua itu harus banyak istrirahat. Maka ia putuskan ke pantry seorang diri. Jika hanya memasak sphageti Kale bisa, Ia sempat mengaplikasikannya beberapa kali saat sedang pelatihan. Dan ia cukup bangga dengan cita rasa masakannya. Kale mulai menyiapkan bahan-bahan dari pasta sampai saus khusus buatannya. Tak lupa ia memarutkan keju yang banyak supaya Mina suka. "Dia butuh makanan yang sehat biar terus kuat di ranjang" bathin Kale mulai konyol Setelah spagetinya jadi, ia kembali masuk ke kamarnya dengan terburu-buru. Dilihatnya Mina yang berusaha membersihkan spreinya dari sisa darah. "Ini makan!" katanya pongah menunjukkan hasil masakannya. Mina menyeritkan matanya. "Apa itu?" "Sphageti masa lo gak tahu?" "Mie pakai keju?" heran Mina biasanya ia hanya memakan mie dengan campuran telor "Yah... Emang kayak gini" sahut Kale. Ia pikir Mina akan suka dengan topping keju yang banyak. Tapi justru Mina terlihat ingin muntah karena mual. "Lo kenapa?" khawatir Kale. Gak mungkinkan Mina hamil, setelah baru saja pembobolan gawang satu jam yang lalu. "Enggak..." Mina berusaha menahan mulutnya, Kok tampilannya kayak martabak keju tapi ini mie. bathinnya bingung. "Dasar udik" cela Kale. Dan Mina kembali meliriknya sinis. "Jadi gimana lo mau makan gak, atau gue bangunin maid bikin masakan sesuai selera lo?" Kale tak ingin hasratnya menguar, yang jelas ia harus mendapatkan Mina lagi malam ini. "Gak usah" sahut Mina menggelang dan mengambil piring yang di tangan Kale Mina mulai memakan dimulai dari pinggirannya, mengambil sehelai demi sehelai mie. "Kapan habisnya kalo lo makannya kayak gitu?' komentar Kale tak sabaran "Akukan gak suka keju,nya. Mas" bela Mina. Lanjut ia mengambil helaian mie tanpa sengaja ia mengenai taburan kejunya. Mata melotot. baru kali ini merasakan mie senikmat ini. Tapi kalau ia cepat menghabiskannya. Bisa-bisa Kale lanjut meminta jatahnya, sedang miliknya rasanya masih begitu linu dan perih. Akhirnya Mina memutuskan melanjutkan cara makannya mengambil satu persatu mie dengan tangannya. "Gak gitu cara makannya, gini nih makannya" kritik Kale mengambil garpu dan menggulung mienya. "Aaahhh yang panjang... " titahnya gak sabaran. Terpaksa Mina membuka mulutnya, Kale langsung memasukkan satu garpu penuh spahgeti "Gimana?" tanya Kale dengan pandangan sangat ingin dipuji. Dan Mina akui rasanya sangat enak, lebih enak daripada ia memakan satu persatu. Mina mengangguk dengan mulut yang penuh. "Ya udah kalau gitu cepet habisin, gue bisa kok bikinin lo lagi kalau lo suka" bangganya baru kali ini ada yang melahap masakannya dengan pandangan layaknya anak-anak yang habis dibelikan mainan baru. "Ta... Tapi, nanti cepet habis" alasan Mina. "Gue udah bilangkan nanti gue buatin lagi" Apa sebegitu enak masakannya sampai Mina tidak rela jika cepat habis. ahk... Kale semakin bangga Tapi Mina seolah tidak mendengar ia tetap dengan caranya makan. Ia cuma ingin menjaga miliknya dari gempuran milik Kale "IIihhh..." Kale menarik piringnya berniat menyuapi Mina lagi supaya cepat. "Yyaaah..." sela Mina melihat piringnya berpindah ke tangan suaminya. Kontan ia cemberut. "Kenapa, Oh... Lo sengaja,ya makannya lama?" selidik Kale. Ia cukup ahli membaca gelagat orang lain. Mina menggeleng masih tetap cemberut, tak tahukan sikapnya membuat Kale gemas. Lelaki itu meletakkankan piringnya di atas nakas. "Lo boleh makan lagi setelah puasin gue!" "Hhaaah... Maksudnya?" kaget Mina. "Eeeemm tadi pas gue cium lo tuh kayak cium patung, gak berasa" cicitnya. Mina menyeritkan alisnya. Lelaki itukan yang minta ia untuk tidak menyentuh tubuhnya "Tapikan..." "Pokoknya kalau gue minta lo buat bales ciuman gue, lo harus bisa" jawabnya otoriter. Mina mengangguk, oh jadi gitu... padahal tadi ia sempat berfikir Kale itu baik, memang tidak boleh cepat menilai seseorang. Apalagi kalau baru sekali lihat "Sekarang lo duduk di sini!" suruhnya menunjuk ke paha besarnya. "Gimana caranya?" tanya Mina seraya menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Yah... Kayak lo naik motor ajah" Mina melirik ke intinya, gimana bisa ia mengengkang kalau rasanya masih sangat perih di bawah sana?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD