Entah kenapa pelayan masih tetap diam di sana, belum beranjak dari tempat mereka. "Kenapa tidak segera berangkat?!" hardik Dylan lagi. Tanpa adanya Kana, dia benar-benar bisa meluapkan amarahnya tanpa perlu menutupinya lagi. Selama ini amarahnya tertekan sampai tingkat paling rendah saat berada di samping Kana. Itu dia lakukan karena tak ingin menakuti gadis itu. "Baik, Den." Pelayan segera keluar dari kamar Dylan. Di luar kamar mereka kembali bicara, tentunya setelah menjauh dari kamar Dylan. "Den Dylan kumat lagi. Marahnya menakutkan sampai matanya merah gitu." "Itu kan salahnya dia sendiri membuat istrinya takut sampai kabur dari sini. Harusnya dia sadar diri dengan posisinya." "Yang lebih parah lagi kita harus mencari boneka kelinci. Aneh-aneh saja perintah Den Dylan. Kenapa