Mr. Kim Seperti Perempuan Hamil

2054 Words
Seminggu kemudian keadaan Mr. Kim makin parah. Dyenn sudah mulai bekerja sejak beberapa hari yang lalu dan merasa heran dengan kondisi bosnya yang seperti perempuan hamil. Dyenn jadi ingat dengan Letty yang waktu itu mengalami hal yang sama dengan Mr. Kim, tetapi saat ini sudah tidak mengalami hal seperti itu lagi. “Hueek ... hueek ... hueek ....” Mr. Kim pagi itu lemas tak berdaya di kamar mandi ruangan CEO miliknya. Sudah beberapa kali mual dan bahkan tak bisa makan apapun saat pagi hari tiba. Mr. Kim sudah berobat dan memeriksakan kesehatannya tetapi masih saja belum mengetahui kenapa dirinya seperti itu. “Tuan Kim, bagaimana kondisi sekarang?” tanya Dyenn yang khawatir dengan Mr. Kim. “Masih mual, astaga. Entah kenapa aku begini. Sudah genap satu minggu seperti ini,” keluh Mr. Kim yang pucat dan lemas. Dyenn menuntun Mr. Kim untuk duduk di sofa. Dyenn juga sudah membuat secangkir teh hangat untuk Mr. Kim. “Ini minumlah teh hangat dengan sedikit gula, semoga bisa mengurangi rasa mual,” ucap Dyenn sambil menyodorkan cangkir berisi teh itu kepada bosnya. “Terima kasih, Dyenn.” Mr. Kim pun menyeruput teh hangat tersebut. Aroma Jasmine itu membuat rasa tenang tersendiri. “Tuan Kim mirip kawanku yang sedang hamil. Mual muntah seperti itu seminggu yang lalu, tetapi sekarang sudah membaik,” celetuk Dyenn membuat Mr. Kim tersedak. “Uhuk ... uhuk .... hamil? Dokter waktu itu juga berkata demikian, tetapi tidak mungkin lelaki hamil, bukan? Lalu soal kawanmu itu kenapa bisa berhenti mual?” “Maaf, Tuan Kim. Sebenarnya kalau mual dan muntah itu dalam kondisi hamil satu sampai lima bulan saja. Tapi kawanku berhenti begitu saja dan sehat setelah periksa ke klinik spesialis kandungan.” “Tak mungkin aku ke sana, bukan? Ha ha ha .... Heran saja hal ini terjadi begitu saja.” Mr. Kim menggaruk kulit kepalanya yang tak gatal, merasa memang hal ini adalah kebetulan yang aneh. “Aku pernah membaca di sebuah website kalau mual morning sick itu bisa terjadi pada ibu hamil atau pada ....” “Pada apa?” “Suami dari ibu hamil tersebut,” imbuh Dyenn membuat Mr. Kim terbelalak karena terkejut. “Hah?! Mana mungkin bisa begitu, aku saja belum menikah apalagi ....” Mr. Kim terhenti karena ingat gadis yang berada di apartemennya waktu itu. Letty. Apakah Letty hamil? Namun sepertinya tidak mungkin karena mereka dalam kondisi tidak sadar melakukan hal itu dan hanya sekali, bukan? Mr. Kim jadi berkeringat dingin mengingat Letty. Bagaimana kalau benar Letty yang hamil? Mr. Kim kesulitan mencari keberadaan perempuan itu. Bahkan di panti asuhan pun belum bertemu. “Apakah Nona Hana yang hamil? Atau ....” Dyenn justru menebak-nebak apa yang terjadi. “Jangan bicara sembarangan! Menyentuh Hana saja belum pernah. Kami tahu, bukan, kalau itu hanya perjodohan dan kami sebenarnya tidak menginginkan perjodohan ini,” jawab Mr. Kim dengan sewot karena tidak suka kalau dikira benar-benar memiliki hubungan dengan Hana. Mr. Kim tidak mau menjadi penghalang karena Hana menyukai Dyenn. “Maaf, Tuan Kim.” Mr. Kim pun memijat pelipisnya perlahan dan merasa pusing memikirkan hal ini. Bagaimana kalau benar-benar kejadian itu membuat Letty hamil? Pasti orang tua Mr. Kim akan marah besar dan menganggap kalau kejadian itu merupakan jebakan. Padahal Mr. Kim yakin kalau Letty bukan perempuan yang jahat. “Dyenn, aku mau ke apartemen sejenak untuk istirahat. Hari ini tidak ada rapat dan temu janji dengan klien, bukan? Tolong handle beberapa pekerjaan yang ada,” ucap Mr. Kim yang sangat lemas tubuhnya. Dyenn jelas saja memperbolehkan karena Mr. Kim adalah bosnya. Lagipula dengan kondisi sakit seperti itu akan sulit bagi Mr. Kim untuk bekerja. “Baik, Tuan Kim. Semoga lekas membaik.” Mr. Kim pun berdiri dan melangkah pergi dari ruangan CEO kantornya. Lelaki itu memilih untuk istirahat di apartemen melepaskan rasa mual dan juga pening di kepalanya. Dia diantar oleh supir pribadi dan juga ditemani oleh bodyguardnya. Tentu saja sopir dan bodyguardnya hanya mengantar dan berjaga di luar apartemen. Mr. Kim masuk ke dalam mobil lalu mobil itu berjalan perlahan menuju ke apartemen. Sesampainya Mr. Kim di apartemen dan posisi sudah keluar dari mobil untuk masuk ke dalam gedung apartemennya, tak diduga Mr. Kim melihat Letty di seberang jalan. Sontak saja Mr. Kim tidak jadi masuk ke dalam gedung apartemen nya dan justru berlari untuk menyebrang jalan menuju ke arah Letty. Perempuan itu berjalan menuju ke kerumunan orang-orang yang berjalan di daerah ramai tersebut. Mr. Kim jelas saja mengejar perempuan itu dan bodyguardnya pun berlari mengejar Mr. Kim karena khawatir ada hal buruk yang terjadi. Saat mendekat ke arah perempuan mengenakan mantel bulu warna hitam, Mr. Kim langsung menepuk pundak perempuan itu. Perempuan tersebut menengok ke belakang dengan bingung. Mr. Kim terkejut karena perempuan itu wajahnya berbeda dengan Letty. “Maaf ....” lirih Mr. Kim sambil membungkukkan tubuhnya meminta maaf karena salah menepuk pundak perempuan itu. Padahal Mr. Kim merasa tidak salah melihat kalau yang tadi berada di seberang jalan adalah Letty. Perempuan yang membuat dirinya hampir gila karena sampai saat ini belum bisa berbicara soal hal yang terjadi waktu itu. Bahkan menemukan Letty pun sulit bagi Mr. Kim. “Ada apa, Tuan Kim?” tanya bodyguard Mr. Kim yang sudah sampai di sana. “Tadi aku melihat Letty di sekitar sini. Tolong kamu pastikan ke sekeliling apakah ada Letty. Aku akan kembali ke apartemen,” perintah Mr. Kim yang langsung diiyakan oleh bodyguardnya. Mr. Kim pun berjalan menuju ke gedung apartemennya sambil berpikir kembali karena yang dia lihat memang Letty, tetapi perempuan itu berjalan terlalu cepat dan masuk ke kerumunan sehingga tidak tersusul. Mr. Kim hendak menyeberang jalan ke gedung apartemennya. Namun dari jauh ada mobil berwarna putih seperti Van yang melaju kencang ke arah Mr. Kim. Mr. Kim yang sedang kalut memikirkan Letty pun tak tahu kalau mobil itu melaju kencang ke arahnya. Kali ini rencana buruk Suho berjalan dengan lancar. Mobil Van putih itu menabrak Mr. Kim yang menyeberang jalan hingga tubuhnya terpental. Van putih itu pun langsung kabur, melarikan diri setelah memastikan Mr. Kim benar-benar tertabrak. Orang-orang pun panik dan ada yang berteriak karena terkejut melihat kejadian itu. Sopir pribadi Mr. Kim langsung keluar dari mobil dan mendekat ke bosnya yang terbujur lemas dalam kondisi bersimbah darah, tetapi masih bernafas. Sopir Mr. Kim pun segera menelepon ambulans dan polisi karena hal ini tabrak lari. Letty pagi itu merasa gelisah, seakan ada hal yang mengusik benaknya. Sebenarnya hari ini Letty harus membuat rajutan syal pesanan dari toko onlinenya. Namun pagi itu Letty memilih pergi terlebih dahulu ke kota tempat dia bertemu dengan Mr. Kim. Langkah kaki membawa Letty tak dirasa ke apartemen milik Mr. Kim. “Kenapa aku ada di sini?” gumam Letty bingung setelah naik kereta bawah tanah justru menuju ke daerah apartemen Mr. Kim. Letty berjalan dengan gontai dan ragu-ragu. Tepat sampai di depan gedung apartemen Mr. Kim, Letty berhenti dan hanya mengamati dari kejauhan. Ada rasa bergejolak dalam benak Letty. Antara ingin memberi tahu semuanya kepada Mr. Kim atau justru diam saja dan tidak memberi tahu hal ini. “Mengapa perasaanku tidak karuan? Apa yang akan terjadi? Aku menemui lelaki itu atau tidak, ya?” tanya Letty pada dirinya sendiri. Letty memang tidak memberi tahu Dyenn kalau pergi ke kota yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya tinggal. Letty yang terdiam dan menatap ke seberang tempat gedung apartemen itu cukup lama berdiri di sana. Hingga dia pun berjalan berlalu pergi tepat saat Mr. Kim melihat dirinya dan mengejar. Letty berjalan menuju ke tempat kereta bawah tanah yang tadi dia gunakan untuk ke tempat itu. Letty memilih untuk pergi daripada semakin kalut dan bingung apa yang akan dia ucapakan kalau benar-benar bertemu dengan Mr. Kim. Letty masuk ke tangga turun tempat loket kereta bawah tanah, sedangkan Mr. Kim yang mengejar Letty tadi bingung dan keliru menepuk pundak orang lain. Letty seakan sudah memiliki firasat terlebih dahulu kalau Mr. Kim hendak mengalami musibah. Ikatan batin dari keduanya yang tidak bisa masuk dalam logika padahal keduanya belum saling kenal. Ternyata ikatan itu karena janin di dalam rahim Letty. Janin yang ada dalam rahim Letty menjadi pengikat batin Letty dan Mr. Kim tanpa disadari. Mr. Kim yang mengalami kecelakaan langsung tak sadarkan diri dengan kondisi berdarah-darah. Ambulans datang setelah ada laporan dari sopir pribadi Mr. Kim. Sedangkan polisi segera mengusut kejadian tersebut. Berita Mr. Kim ditabrak lari oleh mobil Van warna putih itu langsung menjadi trending topik. Dyenn yang tahu dari sopir pribadi Mr. Kim pun bergegas ke rumah sakit. Tuan dan Nyonya Besar Hae Soon juga panik dan langsung menuju ke rumah sakit setelah diberi tahu oleh sopir pribadi Mr. Kim. Semua menjadi panik dan segera ke rumah sakit. Dyenn ketakutan mendengar berita bosnya tabrak lari dan masuk Unit Gawat Darurat dalam kondisi tak sadarkan diri. Dyenn takut kalau Mr. Kim mengalami hal buruk. Dyenn ingat selama seminggu ini Mr. Kim mual-mual dan muntah. Apakah itu suatu pertanda buruk? Dyenn pun kalut dan menyetir mobil sendiri segera ke rumah sakit pusat. Letty hendak pulang ke rumah sewa dengan naik kereta api bawah tanah. Dia belum tahu kalau Mr. Kim mengalami kecelakaan baru saja dan dibawa ke rumah sakit. Hanya saja saat itu, perut Letty terasa sakit dan d**a nya sesak seakan ada sesuatu yang menusuknya. “Aduh ... ada apa ini? Sakit sekali ....” Letty tidak jadi masuk ke pintu pemberangkatan. Perempuan itu kembali naik tangga keluar untuk mencari klinik terdekat karena perutnya nyeri dan dadanya sakit. Di tempat lain, Suho tertawa terbahak-bahak merasa puas melihat semua berita yang muncul di televisi maupun ponsel. Kali ini rencana busuk Suho berhasil seratus persen. Saat akan ada proyek besar, Mr. Kim terkapar di rumah sakit karena kecelakaan. Suho sudah pastikan mendapatkan proyek bisnis itu jika perusahaan MixStars tidak bisa menghandle. “Bagus! Bagus! Bagus! Kerja kalian kali ini sangat bagus! Aku akan memberikan kalian bonus! Ha ha ha .... kalau sampai Mr. Kim tamat, aku akan lipat kali gandakan bonus kalian!” seru Suho yang merasa sangat senang sudah membuat Mr. Kim terbaring di rumah sakit. Banyak berita beredar di media masa membuat Suho merasa puas dan menang. Selama ini saingan terberatnya adalah Mr. Kim. Orang tuanya pun kadang kesal kalau ada proyek bagus yang jatuh pada Mr. Kim. Sedangkan Suho selalu saja mendapatkan proyek sampingan yang tidak diambil oleh Mr. Kim. Persaingan bisnis itu pun makin menjadi dan membuat Suho merasa panas. “Terima kasih, Bos!” Semua anak buah Suho yang berada di dalam ruangan pun senang mendapatkan bonus. Mereka sama sekali tidak memikirkan tentang nyawa Mr. Kim dan konsekuensi yang harus ditanggung kalau ketahuan menjadi salah satu penyebab kecelakaan atas Mr. Kim. Hari ini Suho bisa tertawa dan merasa menang, tetapi dia tak tahu apa yang akan terjadi kelak. Suho memang menyewa anak buah khusus untuk melakukan aksi tabrak lari tersebut. Selain itu, rencana ini sudah matang sehingga anak buah Suho juga membuat nomor polisi palsu pada Van putih yang digunakan. Setelah berhasil menabrak Mr. Kim, mobil itu melaju menuju ke terowongan dan menghilang dari rekaman CCTV yang ada. Suho sudah menyiapkan anak buah lainnya yang membawa truk besar untuk memasukkan mobil Van itu saat di dalam terowongan dan mengamankan ke tempat lain untuk menghilangkan jejak. Sungguh rencana jahat Suho kali ini dirancang dengan sebaik mungkin. Itu semua demi terwujudnya rencana itu dan tidak gagal seperti sebelumnya. Suho sudah muak dengan niat jahatnya yang selama ini selalu saja gagal. Sebegitu bencinya Suho pada Mr. Kim yang sebenarnya tidak pernah berbuat jahat pada Suho. Mr. Kim tahu kalau Suho tidak begitu suka dengan dirinya. Namun Mr. Kim tidak pernah berpikir kalau Suho adalah musuhnya. Hanya sebatas bisnis dan rival bisnis itu pastinya ada dan bukan hanya satu orang saja. Mr. Kim memilih fokus pada pekerjaannya saja dan tidak memikirkan hal-hal lain yang kurang penting. Berpikir buruk dan negatif hanya akan membuat pikiran lelah dan juga semakin banyak beban yang dirasakan. Begitulah yang Mr. Kim pikirkan jadi lebih baik tidak berprasangka buruk pada orang lain. Berbeda dengan Suho yang selalu berpikiran negatif dan penuh prasangka dengan orang lain. Sejak kejadian adik perempuannya menghilang, Suho menjadi sulit percaya terhadap orang lain. Suho memang berpikir seperti itu untuk melindungi dirinya sendiri dan juga orang tuanya. Penuh curiga karena ingin lebih berhati-hati dan menjaga apa yang tersisa di hidupnya. Bahkan Suho ini tak segan-segan memberikan pelajaran bagi orang yang menyusahkan pekerjaannya. Tipe arogan, kejam, pendendam, dan antagonis, seperti itulah Suho yang kurang kasih sayang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD