Indahnya berumah tangga

2159 Words
Kini aku berdiri di depan cermin besar. Menatap penampilan ku dengan balutan jas putih yang sangat pas di tubuhku. Hanya saja wajahku harus diberikan make up untuk menutupi lebam-lebam akibat bertempur di ring tinju. "Kakak. Where we go? Why should I wear elaborate dresses like this? (Kita mau kemana? Mengapa pakai dress seperti ini?)" Wajah Aurel tampak cemberut saat duduk di ranjang milik ku. Haruskah aku jujur pada nya. Bahwa hari ini aku menikahi nya? Tapi dia masih dalam jiwa nya yang lain. Jiwa seorang anak kecil. Mana mungkin aku berkata jujur. "Kita akan menikah. Seperti pangeran dan putri di cerita dongeng. Kamu mau? Menikah dengan Kakak?" Ucapku lembut tak sepenuhnya berbohong. "Menikah seperti Cinderella dan pangeran? Aku mau kak. Aku jadi Cinderella dan Kakak jadi pangeran nya ya?" Ucapnya dengan wajah berbinar. "Ya... let's go. (Ayo...)" Ucapku berjalan keluar kamar. "Kok aku ga di gandeng? Kalo pangeran kan menggandeng Cinderella." Aku pun terkekeh mendengar ungkapan nya. Lalu menggandeng lengan nya dengan lembut. Ya Allah, hamba kembali berdosa. Tapi setidaknya, setelah ini aku sudah tak takut bersentuhan lagi dengan Aurel. Karena kami resmi menjadi suami istri. Aku menggandeng calon istriku yang sangat cantik ini menuju ruang tamu. Dimana penghulu dan Mr.Felix sudah menunggu kami. Jantungku berdebar kencang. Inikah rasanya menikahi seorang wanita? Aku menatap wajah Aurel yang tersenyum bahagia. Berkali-kali dia mengusapkan wajahnya ke lengan ku seperti anak kucing. Setelah sampai, kami pun duduk. Aku bersimpuh di hadapan penghulu. Bersalaman dengan wali hakim. "Saya nikahkan Muhammad Rayyan Surya Bin Indra Budiman Surya dengan Aurelia Audrey Felix binti Ambrosio Felix dengan mas kawin cincin berlian dibayar tunai." "Saya terima nikah dan kawinnya Aurelia Audrey Felix binti Ambrosio Felix dengan mas kawin tersebut tunai." Ucapku tenang namun tetap tegas. "Sah." "Sah." "Alhamdulillah." Aku bernafas lega. Mencium kening Aurel yang kini sudah berlabel halal untuk ku. "Kita sudah menikah Kak?" Ucap Aurel polos. "Iya. Kita sudah menikah, kamu bahagia?" Tanyaku menatap wajah cantiknya yang di sapu make up tipis. Aurel pun mengangguk antusias. Membuatku tersenyum bahagia. "Kita sekarang suami istri?" "Iya.. Sayang.." "Ya sudah yuk?" "Hah? Yuk apa nih?" Aku terkejut dengan ungkapan ambigu nya. Yuk untuk aktifitas suami istri? Wajah ku memerah membayangkan aktifitas itu. Sedangkan Aurel menarik lenganku ke kamar. Jantungku semakin menggila seiring dengan langkah kami yang hampir sampai di pintu kamar. "Apa sekarang saatnya aku melepas keperjakaanku?" Aku membatin. Aurel pun duduk di ranjang ungu milik nya. Tak ada yang istimewa memang di pernikahan kami. Kamar kami tak di hias selayaknya pengantin baru. Karena ini memang pernikahan dadakan yang tersembunyi. Dengan jantung yang menggila. Aku ikut duduk di sisi Aurel. Mengecup keningnya lagi. Aku melihat Aurel memejamkan matanya. Aku pun meletakkan telapak tangan kananku ke puncak kepala Aurel. "Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih.” "Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.." Aku memanjatkan doa pengantin baru. Walaupun pernikahan ini tak pernah aku konsepkan dalam hidup ku. Bagiku pernikahan bukanlah mainan. Aku berharap ini pernikahan yang akan terus terjaga hingga akhir hayat. Selesai membaca doa. Aurel membuka kelopak matanya perlahan. Kemudian mendekatkan wajahnya hingga hidung kami menempel. Lalu mengecup bibirku lembut dan lama. Tanpa lumatan. Tanpa hisapan. Namun sangat mampu meluluhlantakkan pertahanan ku sebagai seorang pria. Tubuhku terasa disengat listrik. Sengatan yang nikmat dan menggetarkan hati. Dalam batin aku berjanji akan belajar mencintai istriku. Sepenuh hati dan jiwa ku. "I love you Raynand." Ucap Aurel saat menghentikan ciuman nya. Sakit. Ya hatiku sakit. Mata gadis itu sendu dan meneteskan air mata. Aku pun memeluk tubuhnya. Aku tahu bagaimana rasanya cinta yang bertepuk sebelah tangan. Karena aku juga pernah merasakan nya. Pada Zahra istri Raynnad. Apakah aku harus merasakan hal ini lagi? Cinta bertepuk sebelah tangan pada istriku. Karena nyatanya Aurel masih mencintai Raynand saudara kembar ku. Akhirnya kuputuskan untuk keluar kamar. Aku mengalihkan rasa sakit hatiku dengan bermain game. Biarlah orang menganggap diriku aneh. Aku butuh pelampiasan rasa sakit hati. Sedangkan Aurel entah melakukan apa di kamar. Yang jelas aku sering mendengarkan suara indahnya bersenandung bahagia. Entah sampai kapan Aurel mengenali diriku sebagai Raynand. Haruskah aku berpura-pura sebagai Raynand? Yang jelas aku tak mau menjadi orang lain. Aku tetap Rayyan. Dan suatu saat aku akan berusaha menyadarkan Aurel bahwa aku adalah Rayyan. Dan aku yakin suatu saat Aurel akan mencintaiku sebagai Rayyan. Satu Minggu berlalu... Sungguh aku tak menyangka akan menjalani pernikahan yang absurd seperti ini. Aku dan Aurel sudah menikah seminggu yang lalu. Namun kami belum pernah merasakan indahnya pernikahan. Jangankan melakukan aktifitas layaknya suami istri. Mengenal ku sebagai seorang Rayyan pun tidak. Dia menganggap ku sebagai Raynand, saudara kembar ku. Jika ditanya sakit hati sih jawabannya tidak. Karena aku belum mencintai nya. Namun jika ditanya kecewa? Jelas aku kecewa. Aku ingin Aurel melihatku sebagai Rayyan. Karena bagiku pernikahan bukanlah mainan. Aku berharap pernikahan yang aku lakukan adalah satu-satunya pernikahan yang aku jalani seumur hidup ku. Kami memang tidur seranjang. Namun hanya aktifitas memejamkan mata dari malam hingga pagi hari. Aku menahan hasrat ku sebagai seorang pria. Aku hanya ingin melakukan keintiman itu, nanti saat Aurel benar-benar mencintai ku sebagai seorang Rayyan. Jujur ini sangat sulit. Karena sepanjang malam Aurel memeluk tubuhku. Bahkan gadis itu tidur dengan lingerie seksi nya. Sama halnya seperti malam ini. Aku masih terjaga. Menahan hasrat ku, apalagi saat ini aku tidur sambil mengelus punggung lembut istriku. Skin to skin. Karena lingerie yang digunakannya malam ini sungguh seksi dengan punggung yang terbuka. Hal ini membuat kejantananku menggembung dan semakin bervolume. Aku sungguh gelisah. Kalian bisa bayangkan bagaimana tersiksa nya aku. Aku memberanikan diriku mengecup kening nya. CUP. "Kakak belum tidur?" Aku tersentak kaget saat Aurel bicara dengan mata yang terpejam. "Hmmm." Aku hanya berdehem sebagai jawaban. "Apa kakak sedang memikirkan sesuatu?" Aurel masih memejamkan mata saat bertanya pada ku. Namun pelukannya semakin erat di tubuhku. Hingga aku bisa merasakan d**a nya menyentuh dadaku. Aku semakin mengerang frustasi. Entah sampai kapan aku tersiksa seperti ini. "Engghhh." Aku hanya bisa menggeram kesal. "Kakak kenapa?" "Kepala kakak pusing." Ucapku asal.. Ya aku memang pusing. Pusing karena hasrat yang tak tersalurkan. Aku pun memejamkan mata. Lalu aku merasakan pijatan halus di keningku. Rupanya Aurel menggerakkan jemarinya untuk memijat kening dan pelipis ku. Aku pun tersenyum bahagia. Hanya karena perhatian kecil itu. "Sudah lebih baik?" Tanyanya, membuatku mengangguk sebagai jawaban. "That's a kind of you ... my wife. (Kau memang yang terbaik istriku.)" Aku mengecup punggung tangan nya. "Thank you my hubby... (Terima kasih suamiku.)" Aku suka panggilan hubby dari nya yang terdengar manja. "We haven't honeymoon. Where Will you go? (Kita belum bulan madu. Kau ingin pergi kemana?)" Aku menatap wajah cantik nya. Aku suka terutama di bagian bibirnya yang tipis menggoda. Aku melihat Aurel membuka kelopak matanya perlahan. "Whatever (terserah). Aku ikut kemanapun kamu suka." Ucapnya. "Jogjakarta? Bagaimana?" "Kenapa ga ke luar negri saja?" Aku tersenyum. Sungguh luar biasa. Orang kaya beda jalan-jalannya ke luar negeri. "Kalau toh ke luar negri. Aku ingin tempat yang pertama kali kita datangi setelah menikah adalah Makkah. Tapi ... kamu kan belum hafal bacaan Sholat. Nanti saja kita ke sana kalau istriku yang cantik ini sudah lancar ibadahnya. Kita akan ibadah bersama di sana." Ucapku lalu mengecup keningnya. Aku sungguh berharap suatu saat akan menjadi kenyataan. Dan ketika saat itu tiba, kami sudah saling mencintai. Aurel kembali memejamkan matanya. Aku pun kembali mengecup wajahnya. Aku rasa mudah bagiku untuk jatuh cinta padanya. Apalagi sikapnya semanis ini. Tapi, apakah dia juga akan bisa melakukan hal yang sama? Jatuh cinta pada ku? Entahlah. Yang jelas aku ingin Aurel menatapku sebagai Rayyan bukan Raynand. "I love you Raynand. (Aku mencintaimu Raynand)." Ucapnya. Hal ini membuatku kembali menghela nafas untuk berusaha sabar. Entah bagaimana cara nya aku mengubah mainset Aurel untuk menganggap ku sebagai Rayyan. "Tidurlah. Sudah malam..." Ucapku tak menjawab ungkapan cinta yang bukan untukku. Kemudian mengeratkan pelukan ku pada tubuh Aurel. "Aku suka kamu peluk. It's very convenient. (Ini sangat nyaman.)" Ucapnya. Membuatku berfikir, setidaknya aku suka saat dia merasa nyaman di pelukan ku. Aku pun mulai memejamkan mata. Berusaha untuk lelap. Aku merasakan deru nafas Aurel mulai teratur. Seperti nya dia sudah nyenyak. Dan baru beberapa saat aku terlelap. Mataku kini mulai terjaga kembali dan sulit untuk terpejam. Rupanya sudah jam 3dini hari. Lumayan untuk tidur ku yang sudah berjalan 3jam. Aku menggeser lengan Aurel yang memelukku. Lalu beranjak dari ranjang. Menuju kamar mandi. Aku membersihkan tubuhku. Lalu mengambil wudhu hendak melaksanakan Sholat Tahajud. Aku kembali ke rutinitas harian ku. Bagiku jika aku melewati waktu Sholat Tahajud, rasanya seperti ada yang tidak lengkap. Aku menjalani Sholat Tahajud 2 raka'at lalu ditutup dengan Sholat Witir 1 raka'at. Bagai mendapatkan charger spiritual. Hatiku semakin tenang dan damai. Semoga Allah selalu melimpahkan anugerah dan kasih sayang-Nya pada keluarga kecil yang baru saja aku bangun. Dan Allah segera memberikan kami keturunan yang Sholeh dan Sholehah. Yang jelas semua itu akan tercapai jika kami sudah saling mencintai dan yang jelas sudah melakukan aktifitas produksi baby. Aku mulai membuka Al-Qur'an saku yang selalu ku bawa kemana pun aku pergi. Lalu mulai membacanya dengan baik. Ku pelankan suaraku agar Aurel tidak terganggu. Tapi rupanya sekecil apapun suaraku. Aurel tetap bangun. Aku menyadari Aurel bangun saat aku menutup bacaan Al-Qur'an ku. Dan setelah itu persis, Aurel bangun lalu duduk di sisi ku. Mengambil tangan kanan ku untuk dia cium. Sikap manisnya membuat hatiku membuncah bahagia. "Kenapa ga bangunin aku?" Ucapnya manja. "Aku ga tega bangunin kamu saat kamu lagi tidur nyenyak Sayang." Aku mengusap lembut puncak kepalanya sambil membacakan doa. "Terima kasih Hubby. Tapi bukannya Hubby sendiri yang bilang bahwa Aku harus segera bisa Sholat 5waktu?" Ucap Aurel. "Tadi Kakak Sholat Sunnah Tahajud dan Witir bukan Sholat wajib 5 waktu. Kamu mau ikut Sholat Sunnah juga?" Ucapku mencium pipinya. Sedangkan Aurel memeluk tubuhku manja. "Kan aku mau cepat hafal bacaan sholat. Jadi kita bisa jalan-jalan ke luar negeri." Ucapnya polos membuatku tersenyum mendengar jawaban polos nya. "Ya sudah. Sambil menunggu Subuh, kamu mandi gih. Lalu siap-siap berjamaah dengan Kakak." Ucapku membuat Aurel melepas pelukannya di tubuh ku lalu mengecup pipi ku sekilas. "Siap Kak. Cium dulu donk." Aurel memonyongkan bibir nya dengan imut. Membuat jantungku kembali bergetar dengan getaran 7.3 skala Richter. "Malu sama reader. Tuh ... Reader lagi pada bayangin kita." Ucapku malu. "Hehehe. Maaf ya Reader, tapikan aku sudah halal. Cup ... jangan baper ya. Cup ... jangan teriak juga. Malu..." Aurel mengecup bibir ku dua kali dengan kilat. Aduh reader. Aku jantungan nih. Disaat aku berdebar. Istriku malah kabur masuk ke kamar mandi. Sebenarnya ada hal yang mengganjal pikiran ku. Perihal Wudhu ada beberapa hadist yang masih belum bisa ku tetapkan untuk mengikuti yang mana. Ada hadist yang menyatakan bahwa bersentuhan antara istri dan suami maka wajib untuk melaksanakan wudhu. "Sentuhan tangan seorang laki-laki terhadap istrinya atau menyentuhnya dengan tangan wajiblah atasnya berwudhu." (HR Malik dan as-Syafii). Ada juga yang menyatakan bersentuhan suami istri tidak membatalkan wudhu, berdasarkan hadist lainnya. Syekh Salih bin Muhammad bin Utsaimin berpendapat tidak batal wudhunya suami istri yang bersentuhan bahkan berciuman. Dasarnya adalah hadis dari Aisyah RA. Aisyah RA meriwayatkan, Nabi SAW mencium salah satu istrinya kemudian melaksanakan shalat tanpa berwudhu lagi (HR Ahmad, Tirmidzi, Abu Daud). Hadis ini diperselisihkan di kalangan ulama mengenai derajatnya. Syekh Nashiruddin al-Albani menshahihkannya. Tidak utuhnya para ulama menerima derajat shahih hadis ini juga menjadi penyebab perbedaan pendapat masalah ini. Pendapat ketiga dari mazhab Malik dan Hanbali yang menyatakan batalnya wudhu akibat persentuhan yang mengakibatkan birahi, baik terhadap suami istri ataupun selainnya. Ibnu Qudamah lebih menekankan hukum asalnya tidak membatalkan, namun jika keluar madzi dan m**i maka wudhunya batal. Adakah Reader yang bisa membantuku? Aku bingung nih. Rayyan sampai galau... Wudhu... engga... wudhu... engga... Akhirnya aku putuskan kembali berwudhu. Daripada kelamaan nunggu jawaban. Nanti waktu Subuh keburu habis. Hal yang mendasari aku mengambil keputusan itu adalah. Para ulama menyatakan bahwa wara’ adalah bagian dari ushul dan pokok agama kita. Di antara bentuk wara’ adalah meninggalkan hal yang meragukan. Sebagaimana ada hadits dari Abu Muhammad Al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia menghafalkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perkataan berikut, دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ ، وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ “Tinggalkanlah segala yang meragukanmu dan ambillah yang tidak meragukanmu. Kejujuran akan mendatangkan ketenangan. Kedustaan akan mendatangkan kegelisahan.” (HR. Tirmidzi, no. 2518. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih) Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir (3: 529) menyatakan bahwa yang dimaksud, tinggalkanlah yang meragukan, ragu apakah itu baik ataukah jelek, ragu apakah itu halal atau haram, pilihlah yang tidak meragukan yaitu yang diyakini baik dan halalnya. Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fath Al-Bari (4: 343) menyatakan makna hadits yaitu jika engkau ragu pada sesuatu, maka tinggalkanlah. Meninggalkan perkara yang masih ragu seperti ini termasuk dalam masalah wara’ yang cukup penting. Seorang yang dikenal zuhud, Abu ‘Abdurrahman Al-‘Umari rahimahullah mengungkapkan bahwa seseorang disebut wara’ jika ia meninggalkan yang meragukannya dan ia pilih yang yakin yang tidak meragukannya. Hasan bin Abi Sinan rahimahullah menyatakan bahwa tidak ada yang lebih ringan dari wara’, yaitu jika ada sesuatu yang meragukan, maka tinggalkanlah. Al-Baghawi rahimahullah menyatakan bahwa perkara syubhat itu ada dua macam. Macam pertama, tidak diketahui dasar halal atau haramnya. Dalam hal ini bersikap wara’ yaitu meninggalkannya. Macam kedua, jika mengetahui dasar halal dan haramnya, maka ia harus  berpegang teguh pada hukum asal tersebut. Mengambil hukum tersebut tentu berdasarkan ilmu yang yakin. Selesai wudhu, aku menunggu Aurel datang dengan mukena putih yang membalut tubuh nya. Kami pun melaksanakan Sholat Subuh berjamaah. Alhamdulillah... Indahnya berumah tangga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD