Pria yang layak

1987 Words
Author POV "Dan perlu anda ketahui. Saya tidak takut ancaman anda. Di sini saya adalah psikiater nona Aurel ... jadi saya berhak melakukan apapun demi kesembuhannya." Mendengar ungkapan pria muda di hadapannya, membuat Mr Felix semakin yakin Rayyan memang pria yang paling layak untuk putrinya. Dalam hati kecilnya dia sungguh berharap Aurel bisa kembali normal dengan bantuan pria ini. Flashback "Rayyan... Aku mohon pulang lah. Di sini sangat berbahaya." Ucap Raynand memohon. Rayyan hanya melirik kembaran nya sekilas, lalu menatap dengan tegas ke arah Mr. Felix. Tatapan mata Rayyan seolah menyelami mata biru gelap pria di hadapan nya. "Lepaskan Kakak saya." Ucap Rayyan tanpa rasa takut. "Wow... Kau hebat sekali. Berani memerintahku anak muda?" Pria evil itu bertepuk tangan dan mendekat ke arah Rayyan. Tubuh tegap proporsional, dengan otot yang terlatih. Pria itu tidak tampak seperti seorang ayah yang penuh kasih sayang. Tubuhnya jelas menunjukkan bahwa dia adalah seorang penguasa. Rayyan tampak tenang dan tak terintimidasi. Kini Raynand malah semakin khawatir pada adik nya. Sekilas Rayyan menoleh ke arah Raynand dan tersenyum menenangkan. Namun dia kembali menatap seorang raja di hadapannya. Raja tanpa mahkota. "Saya hanya ingin memberi penawaran kepada anda... Dan saya yakin anda akan tergiur. Jadi saya memohon kepada anda untuk melepaskan Kakak saya," ucap Rayyan tenang. "Jika saya melepaskan Kakak anda... Apa jaminan nya?" Tanya Mr Felix menilai Rayyan. Pria itu menatap Rayyan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Seolah sedang berusaha menyelami kepribadian Rayyan dari penampilannya. "Saya," ucap Rayyan tenang. "Baiklah dengan satu syarat. Kau harus lulus permainanku," ucap Mr Felix menyeringai. Baru kali ini ada sosok muda yang berani berhadapan dengannya. Permainan pun dimulai. Rayyan harus bisa melakukan tembakan yang akurat pada sebuah apel sedikit saja meleset maka saudara kembarnya akan tewas seketika. Semua itu karena apel diletakkan tepat di kepala saudara kembarnya. Beberapa kali Rayyan melakukan pelepasan peluru semuanya berhasil tanpa melukai Raynand sedikit pun. Dan kali ini apel diletakkan tepat sejajar dengan jantung Raynand. Rayyan yakin atas ijin Allah dia bisa menyelamatkan saudara kembarnya. DOR... Suara pelepasan peluru itu menggema. Rayyan menatap apel yang terpental, karena peluru tepat mengenai tubuh merah nya. Rayyan pun menghela nafas lega. Kemudian terduduk lemas di granit hitam yang dingin. Sedangkan Raynand. Masih diam dalam posisinya. Antara lega dan sesak. Lega karena telah bebas dari maut yang mencekam. Namun juga sesak, karena dia bebas di atas penderitaan adik nya. Raynand sungguh tak ingin dalam posisi ini. Dia merasa telah menjadi laki-laki lemah yang tak bisa menjaga dirinya sendiri. Sedangkan Mr.Felix justru bertepuk tangan. Wajah evil nya langsung berubah menjadi sangat bersahabat. PROK... PROK... PROK... Penguasa dunia bisnis itu berjalan ke arah Rayyan yang masih terduduk lemas dengan keringat dingin yang membanjiri tubuhnya. "Kau sungguh hebat dan pemberani tentunya." Kalimat pujian itu meluncur dari bibir tipis pria tua itu dengan sangat tulus. Tanpa sindiran ataupun nada merendahkan. Mr.Felix pun menepuk pundak Rayyan. Merasakan tepukan halus di pundaknya. Rayyan segera bangkit. "Saya sudah berhasil. Itu artinya anda harus segera melaksanakan janji anda untuk melepas kakak saya," ucap Rayyan tegas. "Wow... Kau sungguh tak sabaran. Oke. Kau pun harus melaksanakan janjimu untuk menjadi jaminannya. Dan saya melepasnya. Tyson bebaskan kembaran anak kecil ini," ucap Mr Felix terkekeh. "Cih... Anak kecil lagi... Aku bahkan sudah bisa membuat anak kecil." Kali ini Rayyan tidak mengumpat. Dia bicara secara terang terangan. Tanpa rasa takut. "Hahaha... Saya suka gayamu. Benarkah kau bisa membuat anak kecil? Kalau begitu saya pesan selusin cucu." Lagi-lagi tawa pria itu membahana. Seolah-olah ucapan Rayyan selalu menjadi lelucon baginya. "What? Selusin? Benar-benar gila. Apa putrimu kuat melahirkan setiap tahun?" Rayyan menjawab lelucon itu dengan emosi. "Oke. Melihat keberanianmu. Kau kurestui menjadi menantuku... Hahaha," ucap Mr.Felix meninggalkan ruangan itu. Meninggalkan Rayyan dan Raynand yang terpaku. Baik Rayyan maupun Raynand bingung dengan apa yang diucapkan pria tua itu. Menantu? Siapa juga yang rela menikahi wanita gila seperti Aurel? Walaupun dia cantik, kaya dan cerdas. Tapi gadis itu pengidap kelainan jiwa. Rayyan tidak habis pikir dengan jalan pikiran pria tua itu. Rayyan pun mengabaikan apa yang telah terjadi. Dia segera bergerak mendekat pada kembaran nya. Memeluk tubuh Raynand erat. Sambil terus menghela nafas lega. "Aku tak bisa membayangkan jika peluru itu meleset. Sungguh aku tak bisa membayangkan jika aku telah membunuh saudara.ku sendiri. Ya Allah... Hamba sungguh bersyukur. Semua ini hanya karena Allah. Alhamdulillah," ucap Rayyan lega. "Dan ini justru seperti hidup di antara surga dan neraka. Aku sungguh tak bisa hidup bahagia di atas penderitaanmu. Apalagi jika kau harus menikahi seorang wanita yang memiliki gangguan kejiwaan. Ya Allah... Jika aku memilih... Aku lebih baik mati karena pelurumu. Dan aku bisa menitipkan Zahra dan Rayza padamu." "Tenang lah... Aku justru ingin Zahra bahagia bersama mmu dan Rayza. Ini lah alasanku untuk tetap melanjutkan permainan gila," ucap Rayyan masih dengan ungkapannya yang tenang. Berprofesi sebagai seorang dokter membuatnya terbiasa menghadapi kondisi di mana harus menyelamatkan jiwa yang diujung tanduk. Dan dia memang harus selalu bersikap tenang untuk hasil yang maksimal. "Mari kita bertukar posisi," ucap Raynand tak masuk akal. "Kau gila... Itu artinya kita akan menjadi pembohong seumur hidup." Rayyan menolak. "Lebih baik Aku yang menderita. Aku tak sanggup jika kau menerima penderitaan ini karena diriku. Itu artinya Aku menjadikanmu tumbal untuk kebahagiaanku. Bukankah kau mencintai Zahra? Jika kita bertukar posisi maka kau bisa bersatu dengannya." Raynand begitu frustasi membayangkan kehidupan Rayyan yang seperti neraka saat menjadi jaminan pria kejam itu. Sungguh dia tidak rela adiknya berkorban terlalu dalam untuknya. "Aku sudah belajar untuk mengikhlaskan nya untuk mu. Dan sepertinya aku jatuh cinta pada Aurel," ucap Rayyan membuat Raynand semakin terkejut. Setiap ucapan Rayyan kali ini seperti terapi syok jantung baginya. "Kau gila... Kau pasti berbohong," ucap Raynand terkejut. Mudah sekali Rayyan jatuh cinta. Apakah dia type pria yang mudah jatuh cinta pada pandangan pertama? Dulu saat jatuh cinta pada Zahra pun karena pandangan pertama. "Aku belum tahu... Makanya Aku mau memastikannya." Rayyan menjawab dengan ringan tanpa beban. "Dan aku tak akan merestuimu menikahi wanita gila," ucap Raynand geram karena rasa frustasinya sendiri. "Aku tak butuh restu mu. Aku sudah dapat restu dari ayahnya. Sebaiknya kau cepat pulang," ucap Rayyan asal. Dia hanya tak ingin membuat Raynand terlalu khawatir padanya. Sebenarnya Rayyan hanya kagum pada kecantikan Aurel. Dan dia yakin, dia tidak jatuh cinta pada gadis itu. Ditekankan kembali... Rayyan tidak jatuh cinta pada Aurel. Dia hanya tak ingin Raynand terlalu khawatir padanya. Mungkin setelah ini akan banyak kejutan yang harus dia jalani. Entah apa itu. Yang jelas dia harus membebaskan saudara kembarnya. Karena ada yang lebih membutuhkan Raynand yaitu Zahra dan putra mereka. Biarlah Rayyan menjadi jaminan di keluarga ini. "Kau gila... Ayo kita kabur bersama," ucap Raynand menarik lengan Rayyan. Dan Rayyan justru menyentaknya hingga terlepas. Raynand merasa begitu bersalah kepada saudaranya. Sungguh dia tak pernah membayangkan jika Aurel jatuh hati padanya dan terobsesi untuk memiliki Raynand. Terlebih lagi wanita itu memang gila. Keegoisan wanita itu membuat akal sehatnya rusak parah. "Pulang lah... Percayalah... Aku bisa mengubah Aurel menjadi lebih baik. Bahkan sembuh dari penyakitnya. Kau cukup mendoakan aku saja," ucap Rayyan meyakinkan. "Kau terlalu percaya diri," ucap Raynand. "Optimis." Rayyan kembali mengelak. "Kau gila," ucap Raynand membuat Rayyan terkekeh. Ungkapan gila membuatnya sadar dia harus bisa menenangkan jiwa yang gila. "Aku optimis. Kau yang terlalu pesimis," ucap Rayyan menghentikan tawanya. "Kenapa kau begitu optimis?" Tanya Raynand khawatir. Raynand kini bicara dengan nada frustasinya. Bahkan dia mengusap wajahnya dengan kasar. Matanya memerah menahan segala emosi. Marah, sedih, kecewa, menyesal, terluka semua dimixer dalam hati menjadi adonan rasa yang sungguh tak karuan. "Dulu kau saja bisa membuat Aurel normal, menjadi dirinya sendiri. Mengapa Aku tak bisa? Aku yakin... Aku bisa melakukannya. Bukankah ini namanya berani mengambil tantangan?" tanya Rayyan dengan cengiran kuda nya. Dan cengiran itu membuat Raynand semakin kalut. "Itu sama saja kau menjadi orang lain demi orang lain. Kau menjadi diriku demi perempuan gila itu," ucap Raynand geram. "Tenang saja aku akan tetap menjadi diri sendiri," ucap Rayyan membuat Raynand sudah tak bisa berkata apa-apa lagi. Sungguh dia sudah kehilangan akal untuk berfikir agar kembaran nya mau pergi dari tempat terkutuk ini. Raynand sungguh lebih memilih menderita dari pada adiknya yang menanggung derita. "Pulang lah. Segera nikahi Zahra. Jangan buat pengorbananku sia-sia," ucap Rayyan mengusir Raynand. Dia tak ingin terlalu lama berdebat dengan saudara kembarnya. "Lebih baik aku patah hati karena tak bisa bersama Zahra wanita yang ku cintai, dari pada kau menjadi jaminan di kandang singa," ucap Raynand mengacak rambutnya karena terlalu bingung bagaimana menghadapi Rayyan yang keras kepala. Raynand menggenggam jemari Rayyan. Seolah tak ada hari lagi untuk mereka bercengkrama. Matanya memanas. Lagi-lagi Raynand menangis. Akhir-akhir ini dia sendiri merasa lebih cengeng. "Kau harus ingat. Bukankah dalam hidup ini ada hukum timbal balik? Bukankah ada istilah apa yang kau tanam, itulah yang kau tuai?" ucap Rayyan tegar. "Dan kau menanam kebaikan. Seharusnya kau memanen sesuatu yang baik. Bukan seperti ini," ucap Raynand lemah. "Kau salah... Justru saat ini aku melakukannya demi kebaikan. Agar kau bersatu bersama Zahra dan anak kandungmu. Aku pun melakukan ini demi Aurel. Agar gadis itu menjadi manusia yang lebih baik. Aku yakin... Hanya Allah yang mampu membolak-balikkan hati seseorang. Aku yakin Aurel bisa menjadi seseorang yang lebih baik. Semua butuh proses. Dan jika saat itu tiba. Sesuatu yang manis pasti akan aku dapatkan," ucap Rayyan optimis. Entah dia memiliki berapa banyak stok pikiran positif. Raynand kembali menghela nafas beratnya. "Aurel wanita yang kejam. Dia bahkan tadi nekad hampir membunuhku. Dia menyiapkan semuanya. Pistol, kunai, pisau lipat. Aku tak yakin dia bisa menjadi lebih baik... Seharusnya dia sudah masuk rumah sakit jiwa," ucap Raynand khawatir. "Jangan terlalu memandang sesuatu yang buruk berlebihan. Karena kadang sesuatu yang buruk menurut kita, belum tentu buruk menurut Allah. Begitu pun sebaliknya... Hanya Allah yang maha tau segalanya. Jangan mendahului takdir Allah dengan menjudgement sesuatu," ucap Rayyan masih dengan stok pikiran positif miliknya. "Kau sungguh... Ah... Aku sudah tak bisa berkata apapun lagi." Raynand sungguh frustasi. Adiknya terlalu cerdas. Atau dia yang terlalu bodoh? "Lalu bagaimana dengan rumah sakit Ayah? Siapa yang akan mengurusnya?" Raynand masih berusaha membujuk adiknya. "Tentu saja dirimu... Sejak awal pun ayah ingin kau yang mengurus. Kau kan anak sulung. Kau saja yang membantah dan membangkang," ucap Rayyan santai. Skak mat... Raynand tak bisa membela diri. Karena itu kenyataan. "Lalu apa yang akan kau katakan pada Ayah?" Tanya Raynand. "Tentu saja bicara baik-baik." Sungguh Rayyan memiliki tempramental yang sangat baik. Pria itu pandai mengelola perasaannya. Tenang. Dan tidak menggebu-gebu. "Ayah pasti menolak jika kau mengundurkan diri," ucap Raynand semakin kesal menghadapi pria tenang di hadapannya. Dan sayangnya dia seperti berhadapan dengan cermin melihat pria itu memiliki fisik yang sama sepertinya. "Selama ini aku selalu menuruti keinginannya. Sekarang giliranku untuk mendapatkan keinginanku," ucap Rayyan menekan kata keinginan. "Mari bertukar posisi," ucap Raynand mengulangi tawarannya. "Tidak... Pulang lah... Aku akan baik-baik saja. Doakan Aku saja. Pulang lah... Aku sedang berusaha mengejar cintaku. Jadi tolong jangan menganggu," ucap Rayyan tegas. "Kau sungguh jatuh cinta pada Aurel?" Raynand menatap mata adik nya penuh selidik. Dan Rayyan berusaha menampilkan mimik wajah dan body language yang meyakinkan. Agar sang Kakak tak menangkap kebohongan nya. "Tolong... Jangan buat aku patah hati lagi," ucap Rayyan memohon. Raynand pun terdiam. Dia sungguh lemas tak bertenaga saat akan meninggalkan adik nya. Seolah dunia sudah runtuh. "Doakan Aku. Dan kabari aku jika kau akan menikah," ucap Rayyan mengusap bahu saudara kembarnya. Perpisahan ini sungguh tak terbayangkan bagi mereka. Tak pernah singgah walaupun hanya dalam mimpi. Tanpa sadar percakapan mereka di dengar sang pemilik gedung dari sebuah layar cerdas yang menampilkan CCTV ruangan itu. "Tak salah jika kau cocok untuk mendampingi putriku yang sangat keras kepala," ucap Mr Felix kagum akan sikap Rayyan. Sungguh Mr Felix jatuh hati pada sikap tenang pria itu. Jatuh hati untuk merealisasikan keinginannya. Menjadikan Rayyan sebagai menantunya. Seluas senyum menghiasi pemilik wajah bergaris tegas dengan mata biru gelap yang mengintimidasi. Pria itu semakin yakin bahwa Rayyan memang pria yang layak bersanding dengan putrinya. Flashback end.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD