Bayang masa lalu

1004 Words
Author POV Flashback Aurel merasakan dirinya yang lemah tak berdaya. Entah apa yang sudah terjadi padanya. Yang jelas di usia 26 tahun dia tak bisa mengingat penggalan masa lalunya. Aurel begitu terpuruk. Dia merasa seperti kepompong tak berguna yang melupakan masa lalu saat menjadi ulat. Dan yang dia sadari hanya, beberapa penggalan masa lalu mengerikan selalu hadir dalam mimpinya. Mata gadis itu kembali terpejam. Entah sudah berapa hari dia menghabiskan waktunya dengan berbaring di ranjang. Tubuhnya begitu lemah. Seperti kehilangan tenaga walau hanya sekedar membuka mata. Keringat dingin mulai bermunculan membanjiri tubuhnya. Aurel merasa begitu kedinginan hingga tubuhnya menggigil hebat. Rasanya air conditioning di ruangannya terus menusuk setiap inci syaraf. Tubuhnya bergerak tak beraturan dengan bibir yang mengatup rapat. Dia merasa seolah sudah pindah dunia. Kembali ke masa remaja jatuh cinta. Tapi sayang sang pemilik hati malah mencabik-cabik harga dirinya dengan sentuhan intim. Aurel meronta, berusaha lepas dari kukungan pria yang bahkan tak bisa dia lihat dengan jelas wajahnya. Pria itu benar-benar menghujam miliknya pada kehormatan Aurel. Sungguh Aurel merasa terhina. Tak ada pertolongan dari siapapun. Dia hanya bisa menangis sendirian. Aurel merasa sakit... Terhina... Dan sendirian... Hidupnya terlampau kelam... Akankah ada sosok yang menolongnya kembali ke dunia ini? Aurel ingin kembali... Tak ingin terus dalam mimpi yang selalu membuatnya terpuruk dan putus asa... Dan akhirnya... Kelopak mata cantik itu mulai terbuka perlahan. Menampilkan netra biru yang menawan. Netra biru menenggelamkan bagi siapapun yang menatapnya. Tapi sayang tubuhnya terlalu lemah tak bertenaga. Bahkan menggerakkan jari pun tak mampu. Aurel kembali menangis tersedu tanpa ada jemari yang membantunya mengusap air mata di pipi. Tubuhnya begitu kaku. Seolah raganya tak bernyawa. Dan kini... Dalam dunia yang tampak nyata ini, Aurel menangkap sosok hitam yang menyeramkan. Sungguh tubuhnya kembali gemetar tak terkendali. Bahkan energi yang sempat hilang itu kembali datang. Hingga mampu melompat dari ranjang dan berlari ke arah meja rias di sudut ruangan. Aurel berusaha menggapai apapun yang terjangkau olehnya. Gadis itu berteriak kencang. Sambil melempar benda apapun ke sosok yang mendekatinya. Aurel tak ingin harga dirinya kembali dicabik-cabik dengan sentuhan kotor tangan pria. PRAAAK... TRAAANG... PRAAAAKK... TRANGGG... Instingnya mengatakan bahwa dia harus bisa melindungi dirinya. Tapi sayang pria bersiulet menyeramkan itu malah bergerak mendekat. Dengan langkah perlahan dan ekspresi wajah seperti seorang psikopat di netra hitamnya. "Kau akan jadi milikku... Kau akan jadi milikku... Kau akan jadi milikku..." Suara-suara itu terdengar menggema seolah hendak menghancurkan gendang telinga Aurel. Aurel pun menutup mata dan telinganya rapat-rapat. Berharap suara itu tak terdengar lagi. Tapi sayang entah dari mana datangnya, suara-suara itu seperti tak ingin menjauh darinya bahkan semakin kuat dan lantang. "Jangan!!! Tidak!!! Hentikan!!! Jangan!!!" Aurel berteriak tak terkendali. Bahkan tubuh gadis itu meronta-ronta seolah ingin lepas dari kukungan orang lain. Padahal kenyataannya di kamar ini, dia seorang diri. Tak ada siapapun dalam kamar mewah ini kecuali dirinya dan bayangannya. Aurel segera bangkit. Siulet-siulet mengerikan itu datang dalam bayangan yang abstrak. Membuat kepalanya terasa sangat pusing. Tapi gerakan siulet itu sungguh seperti ingin memangsanya hidup-hidup. Aurel semakin menggigil ketakutan. Gadis itu pun bangkit dan berlari menuju jendela kamarnya. Dengan tangan gemetar gadis itu membuka jendela kaca besar. Dia menatap takut ke arah luar jendela. Sungguh dia merasa seperti telur di ujung tanduk. Dia ingin melarikan diri dari siulet mengerikan tapi dia gemetar melihat situasi di luar jendela. Jelas saja dia berada pada ketinggian yang mungkin pada lantai 3. Tapi Aurel lebih baik mati jatuh dari ketinggian daripada menyerahkan diri pada sosok yang mencabik-cabik harga dirinya. Dengan gerakan cepat gadis itu memanjat jendela dan hendak menjatuhkan diri. Tapi sayang sebuah lengan kekar menahan pergerakannya dan dia berhasil diselamatkan. Sungguh Aurel masih beruntung. Dia masih bisa diselamatkan dari bayang-bayang malaikat pencabut nyawa. Dan entah apa yang menusuk lengannya. Yang jelas tubuhnya langsung limbung dan kembali tak sadarkan diri. Sungguh malang nasibnya. Lagi-lagi dia kembali ke dalam penggalan masa lalu yang mengerikan. Mimpi itu kembali datang menghantuinya. Lagi-lagi dia merasa terkoyak dan seperti sampah tak berarti. Harga dirinya semakin hancur dan tenggelam dalam kemalangan yang nyata. Keringat dingin kembali membasahi tubuhnya yang terasa lebih kaku dari sebelumnya. Sungguh dia merasa takut saat rasa sakit mendera pergelangan tangan dan pergelangan kakinya. Entah apa yang terjadi yang jelas saat bangun dari mimpi buruk dia harus dihadapi dengan kenyataan yang lebih menyakitkan. Kakinya dipasung dengan tangan yang diborgol. Aurel kembali meronta. Mengeluarkan seluruh energi untuk bisa melepaskan diri. Tapi sayang semua yang mengikatnya terlalu kuat. Dan gadis itu semakin ketakutan saat melihat siulet seseorang datang menghampirinya. Aurel berteriak-teriak. Sungguh dia tak bisa melakukan apapun kecuali berteriak. Siulet itu semakin jelas mengikis jarak di antara mereka. Dan hal itu membuat rasa takut di hati Aurel semakin membumbung tinggi. Aurel meronta-ronta berusaha lepas dari kayu yang menyandera kakinya. Tak peduli rasa sakit yang mendera, gadis itu juga memukul pergelangan tangannya yang terkunci borgol dengan benda-benda apapun di dekatnya. Aurel semakin liar menggerakkan tubuhnya. Walau sakit dan lelah bahkan tenggorokannya terasa gersang karena terus berteriak. Mungkin jika terus seperti ini pita suaranya akan cidera. Pria yang ditakutinya malah memeluknya. Membuat Aurel semakin ketakutan. Sungguh dia tak mau harga dirinya kembali dikoyak dan dicabik-cabik. Sungguh Aurel tidak rela. Rasa takut benar-benar menjadi sumber energi bagi Aurel saat ini. Bahkan dia terjatuh bersama pria yang memeluknya erat. "Kau akan jadi milikku... Kau akan jadi milikku... Kau akan jadi milikku..." Suara-suara mengerikan itu kembali memenuhi indera pendengarannya. Sungguh membuat Aurel ingin mati saja. Aurel lelah menghadapi hidup yang tak pernah berpihak padanya. Aurel terus berteriak ketakutan. Dan pria itu ikut berteriak keras. Membuat Aurel mematung, bibir terkunci dan tubuh tak bergerak. Dengan perlahan Aurel membuka kelopak matanya. Sesaat kemudian dia terpaku menatap wajah pria yang dicintainya. Entah ini cinta atau bukan. Yang jelas Aurel ingin terus bersamanya dan memilikinya. Ingin sekali Aurel menyentuh pahatan wajah yang dikaguminya... Ingin sekali Aurel memeluk sosok pria tampan yang selalu membuatnya tenang... Sosok pria yang selalu hadir dalam kondisi terburuknya... Aurel hanya ingin Raynand... Hanya Raynand... Tanpa Raynand jiwanya terasa kosong dan hampa... "Ray..."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD