Keino tak tau apa yang terjadi, tapi Kakaknya sering sekali menangis sejak seminggu lalu. Kakaknya mengurung dirinya didalam kamar.
Keino tak tau apa yang terjadi. Ia hanya berpikir apa ia terlalu merepotkan kakaknya sehingga kakaknya menangis. Apa kondisi memburuk dan membutuhkan uang lebih. Tapi, Keino merasa badannya akhir-akhir ini sangat baik sekali. Ia bahkan tak melupakan obatnya meskipun bosan meminumnya.
Keino masuk kedalam kamar kakaknya.
“Kak.. Kenapa?” Tanya Keino.
Rasya diam saja. Keino langsung keluar lagi. Ia hanya memperhatikan kakaknya dan beberapa kali ia melihat Mira datang ke rumah barunya yang lebih sederhana.
Rumah lamanya telah dijual Rasya untuk biaya pengobatannya. Jika saja ia tak punya sakit Jantung pasti sekarang ia tak terlalu merepotkan kakaknya, itulah yang di pikirkan Keino.
Rasya sendiri merasa jijik dengan badannya. Ia tak tau berada lama ia menangis. Tiba-tiba saja ia sudah terbangun di ranjang rumah sakit. Ia melihat ke arah Keino yang menatapnya khawatir.
“Huek..”
Rasya segera turun dari ranjangnya dan berlari ke tempat sampah mengeluarkan isi perutnya.
Keino mengejarnya. Selesai mengeluarkan isi perutnya. Keino memberikan air agar Rasya mencuci tangannya dan minum.
“Kakak gapapa?” Tanya Keino.
Rasya menganguk. Ia tersenyum.
“Kakak baik-baik aja kok. Ayo pulang.” Ajaknya.
“Iya.. Kakak tunggu sini biar Keino tebus obat dulu.” Kata Keino.
Rasya menggeleng mendengarnya. Tak boleh. Ia baik-baik saja. Ia harus berhemat untuk biaya rumah sakit adiknya ini.
“Nggak perlu. Kakak baik-baik aja.” Kata Rasya.
“Kata Dokter, kandungan kakak lemah. Jadi harus minum obat dan vitamin.” Kata Keino.
Jantung Rasya berdetak keras sekali. Ia hampir saja terjatuh jika Keino tak memeganginya.
“Kak.. Kenapa?” Tanya Keino.
“Kamu ... becanda kan??” Tanya Rasya syok.
Keino menggeleng. Ia menunjukan kertas yang diberikan Dokter. Ia pikir Rasya mengetahuinya. Dan nanti di rumah baru ia akan bertanya, apa yang dilakukan Rasya sehingga ia bisa sampai hamil.
Selama Rasya pingsan pikirannya melayang. Ia membayangkan yang tidak-tidak. Apa mungkin kakaknya sampai jadi psk untuk biaya pengobatannya. Jika ia, Keino tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
Keino mendudukan kakaknya. Ia lalu menebus obat untuk Kakaknya.
Ia melihat Rasya yang masih terdiam syok bahkan sampai di rumahnya. Rasya memegang perutnya. Disini ada seorang anak. Anak yang tak ia harapkan. Anaknya dengan Aril?
Rasya menggigit bibirnya badannya gemetaran. Nggak.. Dia nggak mau anak ini. Rasya melempar obat yang diberikan Keino. Keino langsung mendekatinya.
“Kak...”
Rasya menggeleng menatap adiknya. Ia lalu menangis. Keino memeluknya.
“Aku nggak mau!! Aku nggak mau No!”
“Kak jangan bilang gitu, gimanapun ini udah takdir. Anak itu anaknya kakak. Darah daging kakak. Ponakannya Keino nanti.”
“Nggak mau!! Aku nggak mau!! Aku nggak pernah ngarepin anak ini No..” Kata Rasya sembari menangis sesenggukan.
“Siapa Ayahnya kak?” Tanya Keino akhirnya. “Biar aku samperin dia!! Orang itu harus tanggangung jawab.” Lanjut Keino.
Rasya menggeleng. Tak boleh, Keino tak boleh menemui orang itu! Rasya langsung menceritakan apa yang terjadi. Tentu saja Keino geram mendengarnya. Ia semakin semangat untuk melabrak laki-laki b******k yang memperkosa kakaknya.
Rasya melarangnya. Ia tak mau Keino juga mendapati penghinaan yang sama dengannya. Tak boleh. Keinonya tak boleh mendapat penghinaan yang sama dengannya.
Akhirnya Rasya mulai menerima keadaannya. Rasya memohon ke Mira agar Darrell mau menolongnya. Mengirimkannya ke Australia hanya sampai ia melahirkan anaknya ini.
Beruntung Mira mau menolongnya, dan Darrell akhirnya memenuhi permintaannya. Ia langsung menyekolahkan Keino disana. Sementara ia bekerja di perusahaan Darrell, sementara ia berhenti kuliah untuk sementara. Meskipun awalnya mengalami kesulitan akhirnya ia bisa mengatasinya.
Sampai Akhirnya ia melahirkan putranya, Rasya membencinya. Benar-benar membenci anak itu. Melihat mukanya saja Rasya tak sudi. Tapi, ketika Keino menggendongnya membawanya kepadanya dan anaknya yang menatapnya sembari tersenyum lebar. Air mata Rasya luruh. Ia langsung menggendongnya memeluknya. Ia memberikan nama Dellano Gabriel yang berarti Anugrah dari tuhan.
Gabriel hadiahnya. Dia hanya anak yang baru lahir dan tak berdosa. Dia hanya anak yang tak pantas menerima kebenciannya.
Meskipun Rasya mulai menyanyangi Gabriel menerimanya. Kadang semua hal tak berjalan lancar sesuai kemauannya. Dan kalau itu terjadi, ia akan terbayang ke masalalu berandai-andai. Jika Gabriel tak ada. Mungkin hidupnya tak akan begini. Jika ia tetap bekerja sebagai model. Jika Ayahnya tak meninggal, Jika ibunya tak berselingkuh lalu meninggalkannya, Dan banyak jika lainnya.
Mau membayangkan sebanyak apapun jika, Ia tetap tak bisa kembali ke masanya. Masa ia tak perlu memikirkan masalah hidupnya.
****❤****
Rasya bangkit dari tidurnya. Gabriel berlari menghampirinya ketika melihatnya datang menuju arahnya. Rasya menatap Gabriel tak suka. Gabriel sangat mengingatkannya kepada Aril. Wajahnya sangat mirip dengan laki-laki b******k itu. Orang yang menghancurkan hidupnya. Orang yang sangat ia benci.
Tapi, mata kecil polos itu menatapnya dengan memberikan sebungkus kecil permen Coklat ketika sampai di depannya. Rasya tak bisa membencinya meskipun wajah bocah itu mirip Aril.
“Mommy, Do you want Chocolate??” Tanyanya dengan suara cadel khas anak kecil. Ia tersenyum menatap Rasya ibunya.
Rasya berjongkok menjajarkan dirinya dengan putranya. Ia mengadahkan tanganya lalu menganguk. Gabriel memberikan permen tersebut di atas tangan Rasya.
“I Love you Mommy!” Kata Gabriel yang langsung memeluk leher Rasya.
Rasya langsung menggendongnya.
“Love you too Honey.” Jawab Rasya sembari mencium pipi milik Gabriel.
“Mommy..“
“Iya?”
“Don't tell me to leave again.” bisik Gabriel.
Rasya langsung memeluk putranya tersebut ia menatapnya..
“Kenapa Mommy harus nyuruh Gabriel pergi?? Gabriel nggak boleh pergi dari mommy.” Ucapnya yang langsung mencium kening Gabriel. Gabriel tersenyum. Ia memeluk Rasya erat kini.
“Mommy.. Makan.”
“Anak Mommy laper?”
Gabriel menganguk.
“Nggak makan sama Om Keino?”
Gabriel menggeleng.
“Mau makan sama Mommy.” Jawabnya.
“Yaudah kalau gitu,” Kata Rasya. Ia langsung mendudukan Gabriel di meja makan.
“Keino.. Udah makan?” Teriak Rasya.
“Udah.” Jawabnya.
“Udah minum obat?”
“Udah kak.”
“Yaudah istirahat gih.”
“Ntarr, aku lagi bikin website. Ada pesenan.” Jawabnya.
Rasya langsung membuat nugget sayur. Setelah selesai ia menaruh makanan tersebut di piring Gabriel. Gabriel memakannya lahap.
Selesai menemani Gabriel makan, Rasya langsung memandikan putranya. Rasya melihat Gabriel sedih. Putranya itu, biasanya sangat nakal. Sangat susah di ajak mandi. Kecuali mau keluar jalan-jalan. Baru ia mau mandi. Tapi, ini ketika Rasya mengajaknya mandi Gabriel menurut.
Mungkin tadi, ia terlalu keterlaluan membentak Gabriel. Sampai putranya tersebut menjadi anak yang penurut.
Selesai mandi, Rasya langsung mengganti bajunya dan menidurkan Gabriel. Gabriel memeluk Rasya erat. Rasya menatap putranya, harusnya ia tadi tak memarahi Gabriel hanya karena kesal dengan Aril. Gabriel tak salah apa-apa.