2

2699 Words
Astaga Oh Moon Goddes! apa ini yang sedang aku lihat? Aku memang melihat Luca dalam keadaan Half-Naked, bahkan bisa di bilang Full-Naked karena dapat aku simpulkan kalau ia hanya memakai selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Dan yang paling membuatku sesak adalah, karena ia tidak tidur sendiri, melainkan dengan Casey yang terlelap di pelukan-nya tanpa sehelai benang juga. Apa mereka melakukan itu? Air mataku saat itu juga tak dapat kubendung. Bagaimana ini bisa terjadi? Oh! Moon Goddes takdir apa lagi ini? Mengapa begitu meyakitkan? "Lizzy! Cepatlah pergi dari sini! Aku sudah tidak sanggup melihat ini semua." Ujar Jeslyn-She Wolf-Ku. Suaranya terdengar pilu, membuat hatiku tersayat sebab aku juga merasakan apa yang dia rasakan, itu wajar karena kita memiliki keterikatan. "Ya! Kau benar." Lirihku. Saat aku hendak berbalik untuk meninggalkan tempat ini. Tangan ku tanpa sengaja menyenggol Vas bunga yang berada di meja dekat pintu. Prang... " Apa yang kau lakukan Lizzy? Bagaimama kalau mereka bangun? Cepat kita harus meninggalkan tempat ini!" Omel Jeslyn menanggapi sikap ceroboh ku. Tapi aku tidak peduli karna saat ini tujuan ku hanya satu. Meninggalkan kamar ini. Aku pun mulai melangkahkan kakiku untuk meninggalkan tempat ini. Aku berusaha melangkah perlahan agar tidak menimbulkan suara apapun. Jika ketahuan? Sial! aku pastikan aku tidak akan dapat lagi melihat matahari terbit esok hari. "Hey! Apa yang kau lakukan?!" Sial matilah aku. Bagaimana ini? Aku pasti akan dihukum. Dengan segera kuhapus air mataku menggunakan punggung tanganku. Dengan badan bergetar aku memutar tubuhku 180º untuk menghadap casey. Yaa... Tadi yang memergoki adalah Casey. Setelah aku berhadapan dengannya tanpa berani menatap ekspresi marahnya ku tundukan kepalaku tak berani menatapnya. "APA YANG KAU LAKUKAN PELAYAN BODOH?!" Tanyanya setengah membentak. Seharusnya aku yang bertanya padamu. Sedang apa kau di kamar Mate-ku. "Hm... A-aku, ak-" "Ada ada apa ini?" Astaga, sudah di pastikan ini adalah hari terakhir ku hidup di dunia ini. itu suara Tuan Luca, bagaimana ini? Aku men-dongak-kan kepalaku menatapnya setelah mengumpulkan keberanian dalam diriku. Dan benar saja itu adalah suara Luca. Ia tengah duduk memyender di kepala kasur. Tanganya sibuk mengucek kedua matanya untuk beradaptasi dengan penerangan di kamar ini. Ia mengedarkan pandanganya, dan yap! Pandanganya tepat ke arahku, dengan segera aku menundukkan kepalaku kembali sambil merapalkan harapan agar ini bukanlah alasan aku tidak dapat melihat matahari esok hari. "Lihatlah sayang, Pelayan bodohmu itu masuk kekamar ini tanpa mengetuk pintu bukankah itu tidak sopan?" tanya Casey dengan suara serak di buat-buatnya seraya menunjukku. Dan dengan lancangnya ia bergelayut manja pada lengan Luca yang jelas-jelas adalah pasangan ku. Seharusnya aku yang ada di posisinya! "Ciih... Dasar jalang." Maki Jeslyn. "Jeslyn!" Aku mengepalkan tanganku kuat, dengan sekuat tenaga aku menahan agar Jeslyn tak mengambil alih tubuhku. "Ck, kau lagi rupanya. Apa lagi yang kau lakukan?" Luca menatapku dengan sinis dan bertanya dengan nada suara kesal terdengar dari decakannya. "Hm.. Aa-aku, aku disuruh memanggilmu untuk sarapan. Karena se-semua Anggota Pack telah me-menunggu anda Tuan" Jelasku terbata-bata. Bagaimana aku tidak terbata-bata? aku takut dengan tatapan membunuh yang di layangkan Luca padaku. Walau posisiku kini yang tengah menunduk, tapi aku bisa melihatnya lewat ekor mataku. "Sudah sayang. Kau bersiaplah. Biar aku yang mengurus b*****h ini." Mengerti akan maksud Luca, Casey mengangguk dan tanpa kuduga mereka malah berciuman. Berciuman dihadapanku. Dengan sekuat tenaga aku menahan air mataku dengan mengerjapkan mataku berkali-kali. Casey bangkit dari kasur menuju kamar mandi dengan menggunakan selimut yang menutupi tubuh naked-nya. Dan tinggalah aku bersama Luca diruangan ini. Jantungku berdegub dua kali lebih cepat, bagaimana tidak? kondisi Luca benar-benar Full-Naked tanpa sehelai benang dan tanpa tertutup apapun, karena selimut tadi ia gunakan sudah digunakan Casey untuk menutupi tubuhnya. Sial! Sial! Sial Berulang kali aku meneguk saliva-ku melihat pemandangan indah di hadapanku, aku semakin menundukkan kepalaku. Double s**t, Serigala mesumku semakin berulah melihat itu, ia semakin menekanku untuk mengambil alih tubuhku. Tuhan tolong aku! Wajahku mulai memerah lantaran malu. aku memejamkan mataku, rasanya aku tak sanggup untuk melihatnya. Aneh, udara di kamar ini benar-benar panas menyebabku sulit untuk bernapas. "Hey bodoh! buka matamu!" Perintah Luca. Dengan perlahan aku mulai membuka mataku. Sedikit mengernyit karena silau. Dan ajaibnya Luca telah berpakaian lengkap tengah beridi tegap dihadapanku, tanganya ia lipat di d**a. Dengan wajah angkuhnya, ia menatapku rendah. "Tuan... " "Ikut aku." Dengan kasar ia menarik tanganku membawa ku keluar dari kamarnya. "Tuan! s-sakit! " Ringisku. Kupastikan tanganku akan memar setelah ini. Setelah sampai dilorong Pack yang menghubungkan kamar Luca dengan kamar Casey. Dengan kasar ia menghempaskanku begitu saja sehingga punggungku berbenturan keras dengan dinding. "Akh..." "Sudah ku katakan berapa kali untuk tidak menampilkan wajah jelek mu di hadapanku." Katanya murka. Tanganya mencengkram keras rahangku. Aku tak kuasa menahan rasa sakit di punggungku, atau lebih tepatnya rasa sakit di hatiku mendengar perkataannya. Seburuk itukah aku? "Arghh... Sakit" Satu jeritan lolos ketika merasakan rambutku ditarik kebelakang oleh Luca. Oh Moon Goddes mengapa kau menyiksaku dengan menjadikanku Mate-nya. Air mata yang sedari tadi ku tahan akhirnya tak kuasa lagi untuk ku bending. Seperti biasa, aku terlihat lemah di hadapanya karena menangis. "Kau tega sekali padaku? Jika kau lupa, biar aku peringat aku adalah Mat-" Plaak... Satu tamparan keras tepat mengenai pipi kananku, saking kerasnya wajahku sampai menoleh kesamping. Rasanya sakit sekali, refleks aku memegang-Lizzy Pov– Astaga Oh MoonGoddes! apa ini yang sedang aku lihat? Aku memang melihat Luca dalam keadaan Half-Naked, bahkan bisa di bilang Full-Naked karena dapat aku simpulkan kalau ia hanya memakai selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Dan yang paling membuatku sesak adalah, karena ia tidak tidur sendiri, melainkan dengan Casey yang terlelap di pelukan-nya tanpa sehelai benang juga. Apa mereka melakukan itu? Air mataku saat itu juga tak dapat kubendung. Bagaimana ini bisa terjadi? Oh! MoonGoddes takdir apa lagi ini? Mengapa begitu meyakitkan? "Lizzy! Cepatlah pergi dari sini! Aku sudah tidak sanggup melihat ini semua." Ujar Jeslyn-SheWolf-Ku. Suaranya terdengar pilu, membuat hatiku tersayat sebab aku juga merasakan apa yang dia rasakan, itu wajar karena kita memiliki keterikatan. "Ya! Kau benar." Lirihku. Saat aku hendak berbalik untuk meninggalkan tempat ini. Tangan ku tanpa sengaja menyenggol Vas bunga yang berada di meja dekat pintu. Prang... " Apa yang kau lakukan Lizzy? Bagaimama kalau mereka bangun? Cepat kita harus meninggalkan tempat ini!" Omel Jeslyn menanggapi sikap ceroboh ku. Tapi aku tidak peduli karna saat ini tujuan ku hanya satu. Meninggalkan kamar ini. Aku pun mulai melangkahkan kakiku untuk meninggalkan tempat ini. Aku berusaha melangkah perlahan agar tidak menimbulkan suara apapun. Jika ketahuan? Sial! aku pastikan aku tidak akan dapat lagi melihat matahari terbit esok hari. "Hey! Apa yang kau lakukan?!" Sial matilah aku. Bagaimana ini? Aku pasti akan dihukum. Dengan segera kuhapus air mataku menggunakan punggung tanganku. Dengan badan bergetar aku memutar tubuhku 180º untuk menghadap casey. Yaa... Tadi yang memergoki adalah Casey. Setelah aku berhadapan dengannya tanpa berani menatap ekspresi marahnya ku tundukan kepalaku tak berani menatapnya. "Apa yang kau lakukan pelayan bodoh?" Tanyanya setengah membentak. Seharusnya aku yang bertanya padamu. Sedang apa kau di kamar Mate-ku. "Hm... A-aku, ak-" "Ada ada apa ini?" Astaga, sudah di pastikan ini adalah hari terakhir ku hidup di dunia ini. itu suara Tuan Luca, bagaimana ini? Aku men-dongak-kan kepalaku menatapnya setelah mengumpulkan keberanian dalam diriku. Dan benar saja itu adalah suara Tuan Luca. Ia tengah duduk memyender di kepala kasur. Tanganya sibuk mengucek kedua matanya untuk beradaptasi dengan penerangan di kamar ini. Ia mengedarkan pandanganya, dan yap! Pandanganya tepat ke arahku, dengan segera aku menundukkan kepalaku kembali sambil merapalkan harapan agar ini bukanlah alasan aku tidak dapat melihat matahari esok hari. "Lihatlah sayang, pelayan bodohmu itu masuk kekamar ini tanpa mengetuk pintu bukankah itu tidak sopan?" tanya Casey dengan suara serak di buat-buatnya seraya menunjukku. Dan dengan lancangnya ia bergelayut manja pada lengan Luca yang jelas-jelas adalah pasangan ku. Seharusnya aku yang ada di posisinya! "Ciih... Dasar jalang." Maki Jeslyn. "Jeslyn!" Aku mengepalkan tanganku kuat, dengan sekuat tenaga aku menahan agar Jeslyn tak mengambil alih tubuhku. "Ck, kau lagi rupanya. Apa lagi yang kau lakukan?" Luca menatapku dengan sinis dan bertanya dengan nada suara kesal terdengar dari decakannya. "Hm.. Aa-aku, aku disuruh memanggilmu untuk sarapan. Karena se-semua anggota Pack telah me-menunggu anda Tuan" Jelasku terbata-bata. Bagaimana aku tidak terbata-bata? aku takut dengan tatapan membunuh yang di layangkan Luca padaku. Walau posisiku kini yang tengah menunduk, tapi aku bisa melihatnya lewat ekor mataku. "Sudah sayang. Kau bersiaplah. Biar aku yang mengurus b*****h ini." Mengerti akan maksud Luca, Casey mengangguk dan tanpa kuduga mereka malah berciuman. Berciuman dihadapanku. Dengan sekuat tenaga aku menahan air mataku dengan mengerjapkan mataku berkali-kali. Casey bangkit dari kasur menuju kamar mandi dengan menggunakan selimut yang menutupi tubuh naked-nya. Dan tinggalah aku bersama Luca diruangan ini. Jantungku berdegub dua kali lebih cepat, bagaimana tidak? kondisi Luca benar-benar Full-Naked tanpa sehelai benang dan tanpa tertutup apapun, karena selimut tadi ia gunakan sudah digunakan Casey untuk menutupi tubuhnya. Sial! Sial! Sial Berulang kali aku meneguk saliva-ku melihat pemandangan indah di hadapanku, aku semakin menundukkan kepalaku. Double s**t, Serigala mesumku semakin berulah melihat itu, ia semakin menekanku untuk mengambil alih tubuhku. Tuhan tolong aku! Wajahku mulai memerah lantaran malu. aku memejamkan mataku, rasanya aku tak sanggup untuk melihatnya. Aneh, udara di kamar ini benar-benar panas menyebabku sulit untuk bernapas. "Hey bodoh! buka matamu!" Perintah Luca. Dengan perlahan aku mulai membuka mataku. Sedikit mengernyit karena silau. Dan ajaibnya Luca telah berpakaian lengkap tengah beridi tegap dihadapanku, tanganya ia lipat di d**a. Dengan wajah angkuhnya, ia menatapku rendah. "Tuan... " "Ikut aku." Dengan kasar ia menarik tanganku membawa ku keluar dari kamarnya. "Tuan! s-sakit! " Ringisku. Kupastikan tanganku akan memar setelah ini. Setelah sampai dilorong Pack yang menghubungkan kamar Luca dengan kamar Casey. Dengan kasar ia menghempaskanku begitu saja sehingga punggungku berbenturan keras dengan dinding. "Akh..." "Sudah ku katakan berapa kali untuk tidak menampilkan wajah jelek mu di hadapanku." Katanya murka. Tanganya mencengkram keras rahangku. Aku tak kuasa menahan rasa sakit di punggungku, atau lebih tepatnya rasa sakit di hatiku mendengar perkataannya. Seburuk itukah aku? "Arghh... Sakit" Satu jeritan lolos ketika merasakan rambutku ditarik kebelakang oleh Luca. Oh MoonGoddes mengapa kau menyiksaku dengan menjadikanku Mate-nya. Air mata yang sedari tadi ku tahan akhirnya tak kuasa lagi untuk ku bending. Seperti biasa, aku terlihat lemah di hadapanya karena menangis. "Kau tega sekali padaku? Jika kau lupa, biar aku peringat aku adalah Mat-" Plaak... Satu tamparan keras tepat mengenai pipi kananku, saking kerasnya wajahku sampai menoleh kesamping. Rasanya sakit sekali, refleks aku memegang pipiku yang dapat dipastikan akan memar setelah ini. "Sekali lagi kau menyebut kau adalah Mate-ku. kau habis di tanganku. Ingat itu..." Bisik luca penuh ancaman. Ia pun pergi meninggalkanku yang masih terisak. "Aku sudah tak kuat lagi Liz. Lebih baik kita pergi saja dari sini." Bukan hanya Jeslyn, sebenarnya aku juga sudah tidak kuat dengan sikap Luca. Betapa malangnya nasib kami. "Tidak Jes, aku yakin Luca akan berubah. Kita hanya harus menunggu hal itu. Aku yakin" Kataku meyakini jeslyn untuk tetap bertahan. Menyerah? Tidak. Aku tidak boleh menyerah aku harus memperjuangkan cinta ku, hak-ku, aku tidak boleh lemah! "Ck, Kau-" Sebelum jeslyn melanjutkan perkataanya aku sudah memutus Mind-Link kami. Sepertinya sudut bibirku mengeluarkan darah aku dapat merasakan rasa besi di lidahku, tamparannya sangatlah kencang. Tanganku terulur mengusap sudut bibirku dan benar saja bibirku berdarah. Rasanya memang sakit tapi tak sebanding dengan rasa sakit di hatiku. Hatiku jauh lebih sakit mendengar perkataan Luca dan dengan sikap Luca terhadapku. Lantas aku harus apa lagi untuk menyadarkannya? Aku berusaha berjalan normal walau kadang aku harus sedikit meringis, punggungku rasanya sangatlah sakit. Di tambah air mataku yang tak kunjung berhenti ku pastikan orang akan iba jika melihatku. Aku akan mengobati lukaku. Aku tidak ingin Alpha Jackson dan Luna Melody khawatir dan bertanya macam-macam, lebih baik aku memilih cara yang aman. "Lizzy..." Berasa namaku dipanggil aku refleks menolehkan kepalaku. Ternyata Morgan yang memanggilku. Morgan adalah Beta di Pack ini sekaligus sahabat dekat Luca. "Morgan? ada apa? kau membutuhkan sesuatu?" Tanyaku dengan senyum yang susah payah aku tampilkan. Tapi bukanya menjawab, Morgan malah memperhatikanku intens. "Ada apa dengan wajahmu?" Tanyanya yang masih memerhatikan wajahku, ada nada khawatir didalamnya. "Wajahku?" Memangnya ada apa dengan wajahku? aku tau aku tidak cantik. Karena penasaran kuusap wajahku berusaha mencari apa yang telah membuat Morgan menanyakan hal itu. Kuusap keningku, hindung, dan terakhir pipiku. Dan disaat kuusap pipiku. Aku meringis merasakan sakit. Astaga, aku melupakan tamparan itu. "Pipimu memar, bibirmu juga berdarah, dan matamu juga bengkak kau kenapa? siapa yang melakukan ini?" Cecar Morgan dengan wajah yang bertambah khawatir. "Eh, I i-ini hanya luka kecil. Tak apa sebentar lagi juga akan sembuh." "Jika tak segera diobati, itu akan lama sembuhnya. Katakan siapa yang mekakukan ini?" tanyanya lagi. Satu hal tentangnya, ia sangat keras kepala. "Eh..tak apa. Aku juga akan mengobatinya." "Huh...kau ini. Mari ikut aku, biar ku obati." Tanpa menunggu jawabanku ia sudah menarikku menuju ruang tamu. Setelah sampai mendudukan-ku ia segera pergi untuk mengambil kotak P3K. Tak lama ia pun kembali dengan membawa kotak P3K di tanganya. "Mendekatlah." Perintahnya. Mengerti, aku mulai menggerakkan tubuhku agar lebih dekat denganya untuk mempermudah ia mengobati luka-ku. Dengan cekatan ia mulai mengolesi salap pada pipiku, Ia bilang itu untuk Pereda memar di pipiku. "Tahan sedikit. Ini mungkin akan terasa perih." Tangan kanan Morgan dengan kepenuh hati-hatian menuangkan alkohol ke bola kapas dan mulai mengolesinya pada sudut bibirku. "Aw..." Ringisku. Mendengar ringisanku, refleks ia meniup pelan sudut bibirku yang terdapat luka robek disana. Jarak kami terbilang sangatlah dekat hingga aku bisa mencium aroma maskulin miliknya. Mungkin jika ada yang melihat kita dalam keadaan seperti ini, dia pasti akan berasumsi kalau kami sedang berciuman. Selain Alpha Jackson dan Luna Melody, Morgan juga peduli padaku. Aku senang bila berada di dekatnya ada rasa seperti aman jika aku berada di sekeliling-nya. "Andai Morgan adalah Mate kita." Ucap Jeslyn penuh harap. "Aku juga berharap begitu. Pasti sangat beruntung menjadi Mate Morgan." "Huh...rasanya aku ingin melumat bibir tipisnya." Aku hanya bisa memutar bola mataku perkataan jeslyn. Dasar m***m. "Ekhem..." -----°°°----- - Luca Pov - Katakan aku jahat. Ya, aku memang jahat terhadap Mate-ku sendiri. Jujur, sebenarnya aku sangat suka berada didekatnya. aroma tubuhnya sangatlah memabukkan. Tapi aku terlalu egois untuk mengakui hal itu. "Kau memang egois dan juga bodoh" Sahut Fero-wolf-ku. "Diam kau" "Mengapa Moon Goddes menakdirkanku menjadi wolf-mu. Sungguh jika aku bisa memilih aku tidak akan mau menjadi Wolf-mu." "Mengapa kau bicara seperti itu." "Karena kau lebih memilih bersama Casey daripada Mate-mu sendiri Lizzy. dia tidak terlalu buruk. Casey sudah memiliki mate Luca." "Sudah ku katakan padamu, Casey sudah tidak memilki Mate. Mate-nya sudah tewas." Geram ku. "Memangnya kau melihat jasadnya?" Benar juga perkataan Fero. Bahkan aku tidak pernah melihat jasad Mate-nya. "Kau diam. Berarti aku benar kan?" Sialan, lancang sekali dia. Saat ini aku sedang berjalan menuju meja makan untuk sarapan Lizzy bilang aku sudah ditunggu yang lainnya. Aku tarik bangku kosong yang berada disebelah Casey. Ku hempaskan bokongku di kursi tersebut. Setelah itu ku kecup singkat bibir casey dan ia tersenyum. "Oooh... Mesranya kalian, andai saja kalian adalah sepasang Mate." Ujar ibuku. Kulihat wajah Casey memerah mendengar penuturan dari ibuku. Sial! Rasanya aku ingin menerkam nya saat ini juga. "Walaupun ia bukan Mate-ku, aku akan tetap menikah dengannya dan menjadikannya Luna di Pack ini." Jawabku mantap. Kudengar helaan nafas kasar dari Fero. Kami pun mulai sibuk dengan sarapan kami. "Luca, apa kau tidak berniat untuk mencari Mate-mu terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menikahi Casey?" tanya ayahku, yang berhasil membuatku tersedak. ku raih gelas yang berisikan air putih dan meminumnya untuk meredakan tersedak-ku. Casey mengusap lembut punggungku dan aku tersenyum padanya. "Tidak ayah. Aku sangat mencintai Czsey. Tidak mungkin aku meninggalkan Casey setelah aku menemukan Mateku." "Yasudah jika itu mau mu." bagaimana jika ayah dan ibu tau jika Lizzy lah mateku? Selesai sarapan aku mencari keberadaan Morgan dia Beta di Pack ini. Aku tidak melihatnya saat sarapan tadi, ada urusan yang ingin aku sampaikan padanya. Kucari diruang kerjaku tapi tidak ada. Aku sudah mencari keberadan-nya di sekeliling Pack, tapi hasilnya nihil. Kemana dia?. Mungkin saja dia berada diruang tamu, karena aku belum mengeceknya disana. Dan kemungkinan besar dia disana. Aku melangkahkan kakiku cepat menuju ruang tamu. Dan benar saja ia berada diruang tamu dan Lizzy? Shit, apa yang mereka lakukan? tanpaku sadari tanganku mulai mengepal, ada sesuatu dalam diriku yang tidak suka melihatnya dengan Lizzy. Dan apa-apan ini mereka bericuman? Mengapa aku merasa kesal? Ada apa denganku. Aku harus mengendalikan diriku "Ekhem..." TBC go Follow @aliens.bae93 See ya next chap! 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD