JILATAN 20

737 Words
Iguana Lathi besarnya sudah sebetis Waluyo. Tiga hari sebelum kematiannya, Lathi masih membawa iguana yang dinamainya Komodo ke sekolah. Tiap malam di tiga hari terakhir itu, Lathi masih mengajarkan Komodo cara membaca seperti yang Lathi sudah pelajari dan kuasai. Lathi merasa Komodo paham apa yang diajarkan. Itu ditandai dengan Komodo yang mengangguk-angguk dan menjulurkan lidah. Lathi yang merasa bangga terhadap kemajuan Komodo selalu memberi cemilan buatnya. Di sekolah, setiap habis istirahat Lathi memamerkan bahwa Komodo sudah bisa baca. Tentu saja ia ditertawakan. "Iguana mana bisa baca, Lathi!" kata salah satu teman laki-laki. "Itu kalau iguana biasa, ini Komodo, dia iguana istimewa yang punya kemampuan otak lebih daripada iguana biasa," Lathi bersikukuh. "Coba Komodo baca ini." Lathi menyodorkan buku pelajaran di depan muka Komodo dalam kandang. "Lathi ini halusinasi," kata teman perempuan yang lain. "Iguana kok dinamai Komodo." Semua menertawakan Lathi. Bu guru Memes pun yang tidak sengaja lewat di kerumunan anak-anak, ikut tersenyum. Ia menganggap Lathi berimajinasi terlampau tinggi. "Aku serius. Komodo bisa baca." "Mana coba. Kami gak dengar apa-apa tuh. Komodomu cuma mangap-mangap." "Itu dia lagi baca tahu, masak kalian gak dengar?" Lathi mendengar Komodo membaca judul buku pelajaran. "Aduh, ternyata sekelas kita ada yang gila ya. Kabur yuk, ih ada anak gila!" seorang anak laki-laki biang rese memulai gerakan mengolok-olok Lathi. Lathi marah. Ia tidak suka dianggap remeh. Ia tidak suka dianggap membanyol. Ia tidak suka dianggap gila. Tangan Lathi terkepal. Tiba-tiba saja banyak cicak berkerumun di langit-langit tempat mereka bermain. Satu per satu cicak jatuh dan mendarat di baju bocah-bocah. Semua langsung kabur sambil susah payah mengusir cicak-cicak. Lathi tidak melihat Komodo mengerut di pojokan kandang, ketakutan. Bukan takut terhadap adanya cicak-cicak, tetapi takut terhadap sesuatu yang lain. Sesuatu yang mengikuti Lathi setiap hari di belakang. Sesuatu yang mengerikan. Berkaki empat dan bergerak seperti dirinya. Hanya saja lebih besar, sebesar kerbau. Setelah istirahat selesai, Lathi terlambat masuk ke kelas. Ia berdiam diri lama setelah diolok-olok temannya. Berdiam diri dengan sorot mata penuh amarah. Menandai satu per satu temannya yang ikut mengolok dan menyetujui olokan itu. Di kelas mulai ramai ketika bunyi tokek terdengar berkali-kali. Bu guru Memes sampai tidak konsentrasi mengajar anak matematika. Bunyi tokek itu terdengar kencang seperti sedang bersuara di depan megafon. Tukang bersih-bersih sekolah dipanggil untuk mencari keberadaan tokek itu. Ia naik ke atas plafon. Tak lama kemudian, plafon jebol akibat si tukang bersih-bersih itu jatuh sambil berteriak kencang kesakitan. Jarinya putus satu. Si tukang itu jatuh di meja Lathi. Lathi bukannya melompat menyingkir malah menatap si tukang dengan pandangan datar. Bu guru Memes-lah yang mengajak Lathi bangkit dari bangkunya. Petugas P3K yang merangkap sebagai pegawai administrasi kantor datang untuk membebat tangan si tukang, untuk kemudian dibawa ke rumah sakit. Pak Yoto si Kepsek datang ke kelas, geleng-geleng ia melihat plafon jebol. Kelas Lathi dipulangkan cepat. Pak Yoto lama menatap Lathi yang dipeluk Bu guru Memes. Lathi membalas tatapan Pak Yoto, lalu menjulurkan lidah bercabangnya meledek. Pak Yoto berjengit tak nyaman. Sebelum kematian Komodo, Lathi mendapatkan mimpi buruk. Naga Nusantara yang mendatanginya beberapa hari lalu berubah jahat. Matanya menjadi merah api. Lidahnya seperti kabel terbakar yang menghanguskan udara. Naga Nusantara berubah raksasa dan melahap Lathi yang ingin mengajaknya bermain. Lathi kemudian dilepeh sebagai sisa-sisa makanan berbentuk tulang belulang. Saat terbangun, Lathi tidak sadar, tubuhnya digerakkan oleh sesuatu yang lain. Ia keluar kamar dan menuju kandang Komodo. Ia ambil hewan peliharaan itu dan dengan kekuatan tak disangka, ia memutar kepala Komodo sampai berbunyi krak. Ia menggigit lehernya sampai putus, lalu ia kunyah sampai lumat. Tidak ada yang melihat itu. Kecuali seseorang dari jauh yang bisa melihat melalui air dalam baskom. Waluyo dan Manjani yang percaya bahwa pelaku pembunuhan Komodo adalah kucing liar, mereka memulai perburuan kucing. Bila ketemu satu mereka bunuh dengan cara memasukkan kucing itu dalam karung lalu menggebuknya sampai mampus. Itu dilakukan di hadapan Lathi yang lagi mogok sekolah. Itu dilakukan demi menghibur Lathi yang bersedih hati. Mereka kukuh meyakinkan Lathi bahwa iguananya dimakan kucing. Moko yang tidak sependapat dengan Manjani, malamnya tidak maumelayani Manjani yang merayu-rayu minta dimandikucingkan. Ditolak seperti itu,Manjani kemudian menghampiri Sekaryani. Ia memberi kode mesra. Tapi Sekaryaniyang menyayangkan tindakan Manjani dan Waluyo, juga tidak mau melayani Manjani.Akhirnya Manjani keluar rumah malam-malam dan melakukannya bersama Waluyo. Merekamelakukannya di depan kucing yang dikerangkeng. Kucing terakhir yang merekatemukan sore itu, untuk mereka eksekusi besok pagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD