SAYATAN 19

1093 Words
Kong Jaal segera berguling menghindari hantaman batuh pipih itu. Bajunya masih bayah kuyup dan napasnya tersengal. Dia seumur hidup memang tak pernah menceburkan diri ke kolam itu. Sama halnya seperti Wastu, ada beberapa hal dalam dunia ini yang sebetulnya dia belum percayai sepenuhnya. Dia hanya menggunakan alam ini untuk suasananya saja. Misterinya, dia kesampingkan selalu selama ini. Wastu kecewa hantaman batu pipihnya bisa dihindari. Dia mengejar Kong Jaal yang kini sudah memasang kuda-kuda. Kong Jaal bergerak ke arah bawah, menjegal kaki Wastu, tapi Wastu sudah mengantisipasi itu. Dia bergerak meniup, justru mata kakinya dia hantamkan ke muka Kong Jaal. “Wastu, apa yang merasukimu?” Wastu membuang batu pipihnya, dia rasa tidak ada guna. Wastu menunjuk ke kolam. “Gadis itu, Kong. Gadis itu membawa bahaya padepokan kita!” Kong Jaal menggeleng, satu hal yang sangat mengganggunya adalah bagaimana Wastu bisa masuk. “Bagaimana kau bisa masuk ke sini?” Wastu mengendurkan langkahnya. Dia berdiri menghadap kolam, jemari bergemeletuk karena dia mengepal begitu kuat. Buku jarinya sampai memutih. “Karena aku layak, Kong.” “Layak?” Kong Jaal mengusap hidungnya. Dia sadar betul, kemampuan adidayanya di padepokan menurun di sini. Itu kenapa dia mudah diserang oleh Wastu. “Ya, seperti yang Kong selalu katakan. Hanya orang-orang berhati bijak dan welas asih yang dapat masuk ke sini. Menemukan pintunya dan melenggang masuk ke dalamnya. Alam ini dapat mengenali siapa yang berniat busuk.” Kong Jaal tidak mengerti. “Tapi, kau menyerangku, Wastu!” Kong Jaal berdiri, berjalan mendekat. Dia selalu yakin bahwa masalah seberat apa pun, bisa diselesaikan dengan dibicarakan terlebih dahulu. Dia selalu yakin ada sisi baik di hati manusia. “Apa masalahnya?” Wastu mengamati riak air di kolam yang warna airnya hitam kelam tapi dapat memantulkan benda. “Aku masuk ke sini dengan niatan bersih. Niatan bahwa aku ingin mengenali alam ini sebagai bentuk pembelajaran. Belajar jadi bijaksana. Segampang itu, Kong.” “Tapi, pintunya hanya ada satu! Dan itu sudah Kong minta kepada alam ini untuk sembunyikan rapat-rapat.” Wastu mendengus. “Serius? Kong Jaal yang paling pandai ilmunya memercayai itu?” Kong Jaal terhenyak. Dia menyadari satu hal. Ada perubahan dari sorot mata Wastu. Bola mata Wastu biasanya tidak memancarkan aura balas dendam seperti itu. Meski dia mengincar Lathi, seharusnya dia tak perlu menghajar dirinya. “Ada seseorang yang kautemui ya?” selidik Kong Jaal. Wastu tergelak. “Akhirnya kepintaran Kong Jaal sudah kembali. Sisanya, Kong Jaal bisa tebak lah ya.” Kong Jaal mengepalkan tangan. Bersiap-siap bila tiba-tiba Wastu menyerangnya lagi. Dari semua murid yang telah diajarnya. Murid pendekar senior inilah yang bisa membuatnya khawatir. Ilmunya tinggi. Dia sangat haus ilmu pengetahuan. Kong Jaal sering mendapatinya menghabiskan waktu di perpustakaan. Karena percaya, Kong Jaal mengijinkan Wastu berselancar ilmu di seksi-seksi terlarang. Baginya tidak ada salah murid kepercayaannya untuk memelajari itu semua. Dia percaya itu tidak akan disalahgunakan. Nyatanya, dia salah. “Ke mana gadis itu? Kenapa dia tidak muncul-muncul?” Wastu gerah, dia tidak melihat Lathi muncul. Dia memang melihat Lathi berendam, lalu mencemplungkan diri ke sana. Tapi kok lama? Dia pikir Lathi sedang berlatih ilmu pernapasan. Kong Jaal menggeleng getir. “Ke mana dia, Kong?” “Apa yang ingin kau lakukan memangnya?” Kong Jaal mulai mengendurkan kewaspadaannya. Dia melihat Wastu mulai panik dan kehilangan ketenangannya tadi. “Aku ingin memusnahkannya. Biar dia tidak membuat dunia ini menderita.” “Apa yang terjadi di luar sana memangnya?” Kong Jaal memang melihat sendiri bagaimana alam ini menghukum Lathi. Apakah keberadaan Lathi di alam sini juga mempengaruhi alam sana? “Rumah penginapan kena teror berdarah. Mengerikan. Banjir darah. Ada ular piton. Ada serangan kelelawar. Ada serangan bilah-bilah pisau.” Wastu menunjuk ke kolam, menegaskan bahwa dugaannya kuat terhadap Lathi yang menjadi pemicu pergolakan gaib di atas sana. “Tidak mungkin, Lathi dari tadi ada di sini. Bagaimana dia bisa?” “Dia bukan makhluk biasa, Kong. Kehadirannya membuat lingkungan padepokan kita yang asri dan damai jadi bergemuruh cemas. Kong sendiri yang berkata, bahwa tempat kita itu memiliki pikiran dan perasaannya sendiri. Seperti alam ini!” Kong Jaal terkejut mendengarnya. Itu padahal sesuatu yang dia katakan sebagai kiasan saja. Tujuannya untuk membuat murid-murid lebih sadar atas tugasnya ke alam belaka. “Kong tahu betul Lathi bukanlah manusia biasa dan Kong tahu dia bisa membawa malapetaka besar bagi dunia kita. Tapi, dia punya kesempatan. Dia punya pilihan. Dia hanya belum mengenali dirinya. Bukankah dulu Kong ajarkan kau begitu?” Wastu merenung. Dia mengendurkan kepalan tangannya. “Wira tewas, Kong.” “Tewas? Apa yang terjadi?” “Dia tewas dibunuh alam ini.” Kong Jaal tersentak. “Dia ikut ke alam ini?” Wastu mengangguk. “Dia tidak bisa mempertahankan niatan baiknya.” Kong Jaal mengendurkan alis. “Ah, jadi… Ki Sekti Aji mengajari kalian untuk mengubah niat, mengelabui alam ini di pintu masuknya. Ketahuilah, alam ini tetap menilai niatanmu selama kau memijak di tanah alam ini.” “Jadi, Wira yang salah?” tuduh Wastu. “Bukan begitu maksud Kong. Itu hanyalah fakta bahwa alam ini tetap menilaimu.” “Tidak, Kong. Alam ini perwujudan iblis. Dia bukanlah istimewa bagi orang istimewa. Alam ini bahaya. Seberbahaya Lathi. Lathi masuk ke sini? Itu dobel bahaya!” Seiring nada Wastu meninggi, di luar sana alam bergejolak, awan-awan menggelap dan bergemuruh, petir menyambar-nyambar bukit batu tinggi ini. Ada guncangan terasa. Itulah kenapa air di kolam semakin beriak. Kong Jaal waspada. “Wastu, tarik napas dan embuskan teratur. Jangan kau gegabah meledak di sini. Itu hanya akan membahayakan kita semua.” “Jika itu harga yang mesti dibayar untuk menjaga padepokan tetap aman, akan kubayar, Kong.” “Wastu, kenapa kau jadi ekstremis seperti ini? Kong tidak pernah mengajarimu seperti ini.” “Kong Jaal. Kau tidak perlu mengajariku semua hal. Setiap murid di padepokan mestinya merdeka untuk mempelajari yang mereka inginkan. Bukankah itu yang ingin kau tanamkan, Kong? Bukankah itu yang lebih baik justru? Kok Kong Jaal selalu mengembalikan lagi seolah-olah itu adalah atas jasa Kong Jaal?” Kong Jaal melihat tidak ada pilihan lain. Wastu tampak sulit untuk diajak bicara sekarang ini. Dia mengamati situasi. Gentong di sekitaran ruangan ini berjatuhan dan pecah. Kong Jaal mengentakkan tubuhnya, melenting cepat dan mendarat di belakang Wastu. Tepat di saat dia mau menotok saraf Wastu, pintu ruang pagoda itu meledak disambar petir. Patahan pintunya menghantam mereka berdua. Keduanya tercebur ke kolam. Wastu merasa dikhianati. Gurunya sendiri ingin mencelakainya. Langsung saja dia mencekik Kong Jaal. Keduanya ditarik tangan tak kasat mata. Menyeret mereka ke dasar kolam dan ditelan sebuah lubang menganga membuka mendadak. Tepat saat mereka lenyap, Lathi dimuntahkan oleh kolam itu.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD