JILATAN 45

980 Words
Seiring waktu berjalan, banyak orang yang dibahagiakan. Orang-orang sakit yang dulunya hampir putus asa dan mempertimbangkan bunuh diri saja daripada menyusahkan keluarga. Mereka berbahagia, sekali datang dan disuntik dengan darah ajaib, mereka sembuh total. Lebih sehat daripada orang-orang sehat di sekitarnya. Kebahagiaan seperti itu, dirasakan juga oleh orang-orang yang ikut mewujudkan itu semua di balai pengobatan Sapujagad asuhan Ki Yono. Lebih-lebih, Ki Yono pribadi, ia sungguh bahagia. Ini adalah pencapaian yang paling luar biasa. Leluhurnya pasti bangga Sapujagad dapat menolong lebih banyak orang. Sekaryani senang melihat haru bahagia memecah di setiap penyembuhan. Melihat orang lain bahagia, menjadikan kita sendiri bahagia, itu betul. Terutama ketika kita tidak sedang dirundung kesedihan menyusahkan. Semua berjalan baik-baik. Lathi masih kerap waktu menjadikan Guntho sebagai kelinci percobaannya dalam menyembuhkan menggunakan usapan tangan. Guntho pun semakin paham bagaimana Lathi bisa ketagihan menyakiti diri sendiri. Seolah ada jaminan nyata. Kalau kau sakit, tenanglah, kau ada penyembuhnya. Kiranya sudah satu tahun berjalan. Padepokan Sapujagad tak pernah sepi didatangi pasien. Dari yang penyakit umum sampai penyakit paling langka. Bahkan, kabar ini sudah menyeberang ke luar negeri. Orang-orang sakit yang datang, mulai sering kelihatan bermuka asing. Mereka sama diperlakukannya. Mereka akan dibahagiakan dengan kesembuhan. Namun ada yang terjadi kemudian hingga menyebabkan orang-orang sakit tak semuanya dapat tertolong. Stok darah ajaib penyembuh berkurang. Gudang darahnya, yakni gadis berlidah cabang bernama Lathi, mengalami masalah yang tidak sepele. Ki Yono kasihan dan juga panik luar biasa. Ia menyiasati hal itu dengan menghemat pemakaian darah yang tersedia. Ia menerapkan setetes saja untuk yang penyakit cukup berat. Tidak lagi satu dosis jarum suntik mini. Ki Yono meminta mereka untuk datang kembali di kemudian hari. Ki Yono harus mengecek keadaan Lathi. Inilah yang ditakutkannya semenjak memulai kegiatan kemanusiaan ini. Di hari ulang tahunnya yang keempatbelas, Lathi kedapatan mimpi buruk. Mimpi buruk tentang kadal dan ular raksasa yang saling membelit untuk membunuh. Pertarungan keduanya mengerikan. Lathi terombang-ambing di permukaan tanah yang terguncang dahsyat. Ia merasakan hantaman demi hantaman, guncangan demi guncangan yang diderita tanah. Lathi berkali-kali terlempar jauh tinggi lalu mendarat sampai tulang belulangnya hancur, untuk kemudian menyatu kembali. Rasa sakitnya lebih mengerikan daripada di alam sadar. Lebih menyakitkan lagi adalah kemunculan iguana peliharaan Lathi yang dulu amat ia sayangi, yaitu Iguana. Iguana lari panik di antara gegap gempita pertarungan kadal dan ular raksasa. Si kadal menggigit dan menyepak dengan ekornya yang senantiasa berubah-ubah, kadang menjadi seperti ekor buaya, kadang berubah ujungnya menjadi semacam gada berduri. Si ular memainkan tubuhnya untuk membelit dan meremukkan badan si kadal. Duri-duri yang muncul dari kulit setebal baja si kadal melukai badan ular, menyebabkan belitannya suka mengendur. Iguana kecil malang, mati terinjak oleh kaki si kadal raksasa. Lathi menjerit kencang, menyebabkan pertarungan kadal dan ular raksasa berhenti sementara, keduanya menyimak Lathi, lalu kembali lagi ke pertarungan seabad. Lathi berusaha beranjak dari tempatnya berpaku tanah. Ia menjerit sekuat tenaga, kesedihan dan amarahnya mengambil alih. Hal itu membuat si kadal dan ular raksasa gentar, tahu-tahu mereka menciut dan berubah seukuran cicak. Lathi dengan amarah membara, menginjak mereka sampai mati. Setelah itu ia menghampiri Iguana, menggendongnya bagai seorang ibu mendekap anaknya yang mati dalam pangkuan. Di alam nyata saat mimpi itu berlangsung, halaman padepokan diserbu macam-macam kadal dan ular. Penghuni padepokan terheran-heran, banyak kadal dan ular yang berusaha saling membunuh saat bertemu, takut terkena bisa atau apalah, penghuni padepokan memilih tak keluar kamar. Ki Yono dan Sekaryani, serta Bi Seroh, terperanjat dan segera menutup telinga saat Lathi tiba-tiba bangkit dari tidurnya dan menjerit sambil menggempur lantai dengan entakan kaki. Berbarengan dengan itu, tanpa diketahui siapa pun, ribuan kadal dan ular yang menyerbu padepokan mati semua. Pagi keesokan hari padepokan disibukkan dengan pembersihan bangkai kadal dan ular, yang entah bagaimana bentuknya jadi gepeng. Pagi-pagi buta, selagi orang-orang masih tidur, Lathi dalam kegelisahannya menyelinap kabur, menyusuri jalan rahasia Guntho. Ia kalut, ia teringat Iguana yang mati di mimpinya. Di mimpi saat ia mendekap Iguana, rekaman ingatan terputar, menunjukkan bahwa dirinyalah yang membunuh Iguana dengan cara mengigit kepala Iguana sampai putus. Waktu itu Lathi seperti kerasukan entah apa. Itu membuatnya begitu sedih. Terpukul kenyataan pedih. Lathi berlari sambil menangis. Ia berhenti di hadapan tanah lapang, duduk di batu runtuhan tembok pembatas. Ia teramat sedih. Ia menangis begitu lama. Matanya sampai sakit dan kantung matanya jadi mengembung. Siang hari, Guntho muncul dan berusaha menenangkannya. Guntho telah mendengar apa yang terjadi. Ia sendiri diminta Sekaryani untuk mencari Lathi. Kemunculan Guntho malah membuat Lathi menangis lagi. Lebih pedih dan lebih deras. Guntho lalu berkeliling saja ke sekitar. Ia tadi mau menenangkan dengan mengusap punggung Lathi namun didorong suruh pergi. Sekiranya ada satu jam Guntho mondar mandir di wilayah kekuasaannya. Ia menemukan seekor kucing yang sedang terluka, mengeong menyedihkan. Ia memanggil Lathi. Berharap dengan menyembuhkan seekor kucing, kesedihan Lathi bisa menyingkir sedikit. Lathi memang berhenti menangis, ia mau bagaimanapun, sangat peduli dengan makhluk hidup lain. Ia mendekati Guntho dan kucing yang ditemukannya. Kucing itu masihlah tergolong muda. Sepertinya habis dihajar oleh kucing liar yang lebih dewasa. Luka di bawah leher kucing itu menganga merah. Di tangan Guntho, kucing itu meronta-ronta. Lathi mencoba mengusapkan tangannya ke tubuh si kucing. Percobaan pertama tangan Lathi dicakar, yang mana lukanya langsung menghilang sekejap. Percobaan kedua berhasil, Lathi diperkenankan untuk mengusap tubuh si kucing. Luka di leher kucing pun mulai menutup. Hal tak terduga terjadi. Lathi berhenti mengusap si kucing, sekilas lalu terbersit bayangan kematian Iguana yang terinjak kadal raksasa, serta kenyataan yang sesungguhnya terjadi yaitu Lathi yang menggigit kepala Iguana sampai putus. Guntho terkejut sehingga melepaskan pegangannya terhadap si kucing malang. Guntho terheran, si kucing terjatuh dengan bunyi debum. Ia segeramemeriksa si kucing. "Mati." Tanpa bisa mencegah, Guntho melihat Lathi larisambil tersedu-sedu lagi. Larinya begitu kencang, Guntho pikir dirinya takdapat menyalip. Ia urus saja bangkai si kucing malang. "Aneh, biasanyasentuhannya bisa menyembuhkan. Sekarang kok malah mematikan?" pikiran itumembuat Guntho merinding. Ia harus waspada.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD