JILATAN 44

618 Words
Setiap malam Sekaryani diusap seluruh tubuhnya oleh tangan Lathi. Pekerjaan di balai pengobatan sangat menguras tenaga. Semakin hari, minggu, bulan, semakin banyak yang datang. Termasuk di hari libur. Nama padepokan Sapujagad semakin masyhur. Berkali-kali ada kru media yang datang untuk meliput, namun oleh Ki Yono ditolak tegas. Ki Yono pun mengerahkan murid-muridnya untuk memeriksa siapa pun pasien yang datang. Ia tahu, awak media pasti punya siasat untuk meliput diam-diam menggunakan kamera tersembunyi. Murid-muridnya itu sudah terlatih, mereka dapat mengenali siapa saja yang dipasangi kamera tersembunyi. Memang ada, sudah ditemukan tiga kali oleh muridnya. Orang itu langsung diusir pergi. Atau kalau yang dimanfaatkan adalah orang sakit betulan, kameranya dihancurkan di tempat. Mereka yang datang semakin hari semakin tidak mengindahkan manifesto awal balai pengobatan ini dibuka. Yang sakit silakan datang, tak perlu bayar. Mereka-mereka yang datang belakangan ini, justru membawa banyak uang. Segulung, segepok, sekarung, sekoper, bahkan ada yang menghadiahi mobil baru. Makin banyak orang-orang kelewat kaya yang datang untuk berobat. Seperti kita tahu, orang-orang kaya itu, penyakitnya memang yang darurat. Oleh Ki Yono mereka dinasehati, "Mohon dijaga makan dan pola hidupnya." Ki Yono tidak serta merta menolak pemberian itu. Ia mempersilakan yang datang untuk memberi. Kalau makanan, akan dibagi segera. Kalau uang, akan disimpan, tidak akan dipakai, kalau pun dipakai, akan digelontorkan ke yayasan-yayasan yang sejalan dengan pikiran Ki Yono, yang mana amat jarang. Kalau barang, akan disimpan, tidak akan dipakai. Setiap pasien yang datang sudah dipesan oleh Ki Yono, "lain kali tidak usah membawa apa-apa. Kesembuhan anda sudah cukup sebagai bayaran kami." Karena Ki Yono khawatir balai-balai pengobatan alternatif tipu-tipu di luar sana akan gerah. Mereka kemungkinan besar tidak akan tinggal diam. Mungkin mereka sudah mengirim mata-mata, yang luput dari pengawasan murid-murid Sapujagad. Sementara itu Lathi masih berlatih mempercepat caranya menyembuhkan dengan tangan. Setiap habis latihan ia akan lapor ke Ki Yono. Dan selalu oleh Ki Yono, Lathi dibilang belum siap. Terutama, Ki Yono belum siap. Lebih jauh lagi, masyarakat belum siap. "Lathi nanti akan diincar oleh mereka di luar sana. Lathi akan terpapar dunia luas. Dan ketahuilah, dunia luas beserta orang-orangnya, ganas. Ki Yono tak ingin Lathi dieksploitasi. Para praktisi pengobatan alternatif lain sudah mulai gerah. Takutnya apabila Lathi diliput oleh media, orang-orang itu akan memburu Lathi." "Bagaimana kalau Lathi bersembunyi di balik dinding, jadi hanya tangan Lathi saja yang menjulur dari lubang. Atau, pakaikan saja Lathi topeng, atau yang semacam cadar begitu." "Sama saja, Lathi. Orang-orang jadi tahu, dari mana asal darah ajaib itu. Ternyata dari seorang anak manusia. Mereka akan penasaran dan menghalalkan segala cara untuk menguak jati diri penyembuh mereka. Ki Yono belum siap membiarkan Lathi diperlakukan tak baik oleh mereka. Ki Yono pun yakin, Mama Sekaryani juga tidak setuju." Saat Lathi menyembuhkan pegal-pegal tubuh ibu angkatnya, ia menyampaikan apa yang dibicarakannya dengan Ki Yono. Sekaryani selalu senada dengan Ki Yono. Sebagai anak yang baik, Lathi menurut. Apa yang dikhawatirkan oleh Ki Yono itu memang beralasan. Karena di kota sebelah, ada bos pengobatan alternatif yang sangat gerah dengan ketenaran Sapujagad. Mereka sepi pasien. Mereka sudah tak dipercayai lagi. "Lakukan segala cara untuk menguak, dari mana asal darah ajaib itu. Aku tidak peduli kalau kalian perlu membunuh untuk itu." Ajudan setia bos itu menunduk patuh. "Siap Bos Besar Iwan Bagong. Kami sudah menyusun rencana besar. Akan segera dilaksanakan apabila lampu hijau terlihat. Apabila mata-mata kita di sana sudah selesai memasang elemen-elemen dari rencana besar ini." "Bagus, kalau bisa percepatlah itu. Aku mulai kehabisan uangini." Bos Besar Iwan Bagong duduk di sofa berpunggung tinggi sambil mengisaprokok klobot berukuran cerutu. Samar-samar, sorot lampu di ruang remang itumenampakkan mukanya yang sesuai namanya, mirip hewan bagong.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD